CHAPTER 24_COME BACK

2.2K 242 10
                                    

"WHAT THE HELL!"

"HOLY SHIT!"

"ASTAGA ROSIE!"

"AW, SO SWEET."

"Aku menyesal datang ke tempat ini."

Mereka mengumpat begitu membuka pintu ruang inap Jungkook. Tepat di atas tempat tidur itu. Jungkook dan Rosé masih saling mengerjap. Membuat Taehyung, Jimin, Yoongi, Chanyeol, dan Lisa yang berdiri di ambang pintu terpekik.

Rosè yang tersadar dengan kondisi 'ambigu' di tempat ini buru-buru bangkit. Berniat untuk menjauh atau mungkin ke kamar mandi. Menyembunyikan rona di kedua pipinya yang pasti sudah begitu nampak. Namun, sepertinya Dewi Fortuna sedang tidak berbaik hati.

"Kau mau ke mana? Di sini saja," ucap Jungkook seraya meraih tangan gadis itu. Kemudian tanpa mempedulikan tatapan-tatapan dari semua orang, ia kembali memeluk Rosè yang sudah terduduk. Menyembunyikan wajahnya di perut gadis itu.

Chanyeol yang pertama kali maju. Ia mendekat ke tempat tidur Jungkook setelah melempar tas jinjing berisi pakaian untuk Rosé dan juga makanan. Sedangkan keempat orang yang lain hanya mendengus. Jelas sekali tengah menatap kesal pasangan di atas tempat tidur itu. Bahkan Lisa dengan semangatnya memotret Jungkook dan Rosé. Hanya dirinya saja yang mendapat pengecualian dari kesal-karena-melihat-Jungkook-dan-Rosé-tidur-bersama.

Rosè berusaha melepaskan lengan Jungkook. Ia menatap takut-takut ke arah sang kakak yang kini berdiri tepat di depannya. Dengan ekspresi yang tidak bisa dikatakan biasa saja.

"Oppa," cicit Rosè.

"HEY, BOCAH! BERANI-BERANINYA KAU TIDUR DENGAN ADIKKU!" teriak Chanyeol seraya menjitak kepala Jungkook.

Jungkook mengernyit ketika merasakan kepalanya berdenyut. Dan sialnya, kesempatan itu diambil Rosè untuk menjauh. Membiarkan kakaknya dan Jungkook untuk ... entahlah ia sendiri tidak tahu. Tidak ingin tahu lebih tepatnya. Chanyeol berubah menakutkan semenjak tadi malam. Ia bahkan masih dapat mengingat dengan jelas bagaimana Chanyeol berteriak marah kepada Eun Tak, Taeyong, dan juga orang-orang yang melukainya.

"Sakit, hyung!" Jungkook mengusap kepalanya cepat.

Chanyeol meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Aku bahkan belum merestuimu dengan Chaeng, kau tahu!"

"Tapi adikmu sendiri yang mau denganku. Bahkan kami tadi malam-"

"JUNGKOOK!"

Mereka semua, tak terkecuali Jungkook menatap ke arah Rosè. Wajah gadis itu memerah dengan geraman yang ditujukan hanya untuk pemuda di atas tempat tidur. Mereka saling berpandangan. Seolah tengah bertelepati satu sama lain.

"Tadi malam?" Taehyung menaik-turunkan alisnya. Ia dan Jimin terbahak melihat Rosè yang salah tingkah. Sedang Jungkook tersenyum pongah. Benar-benar ekspresi yang saling bertolak belakang.

Jungkook dan Chanyeol kembali berdebat. Sebagai seorang kakak, Chanyeol masih mempertanyakan 'kegiatan' mereka tadi malam. Sedangkan Jungkook masih terus membela diri. Tentu saja, seraya membawa-bawa statusnya yang seorang pasien.

"Hyung, kau sangat tidak adil di sini." Jungkook kembali berbaring dan menarik selimut. Membiarkan Chanyeol yang kini memperhatikan sang adik dari atas sampai bawah.

Chanyeol mendekat. "Gantilah bajumu dan jangan lupa makan."

Lisa mendekat ke arah Rosé pelan. Menyenggol pundak gadis itu. "Bagaimana rasanya?"

"Hmm ... manis," gumam Rosé. "HEY! APA MAKSUDMU, LALISA!" Wajahnya berubah memerah. Ia memilih untuk keluar dari tempat ini setelah menyambar tas yang dibawakan Chanyeol kepadanya.

***

Sudah tiga hari semenjak Jungkook diperbolehkan untuk meninggalkan ruang inapnya. Ia bahkan sudah kembali ke sekolah dua hari belakangan ini. Tentu saja, dengan suasana yang jauh berbeda sekarang. Terutama setelah kabar burung tentang perkelahian Jungkook dan Taeyong tersebar ke seluruh sekolah. Ah, berbicara mengenai si pucat, pemuda itu sudah dikeluarkan dari sekolah ini.

"Aku baru ingat, hanya ada satu sifatmu yang terlihat jelas sekarang," ungkap Rosè ketika dirinya dan Jungkook sedang berada di dalam rumah kaca. "Kau itu ... menyebalkan."

Jungkook terkekeh seraya kembali mengunyah keripik yang tadi dibawakan oleh gadis itu. Dengan susu pisang sebagai pengganti sarapannya pagi ini. Juga, ajang untuk membuat Rosé selalu bersamanya tentu saja.

"Aku tidak mau menurutimu lagi kali ini," ucap Rosè seraya menutup kedua telinganya. Sudah dua kali ia bolak-balik dari kantin ke tempat ini hanya untuk Jungkook. Dan, ia sudah sangat lelah.

Pemuda itu menahan sudut bibirnya yang berkedut. Berusaha kuat untuk tidak tertawa. "Hey, aku kan masih pasien di sini."

"Tapi masalahnya, aku bukan perawatmu, Jeon Jungkook." Rosé menekan setiap kata. Kedua pipinya semakin menggembung.

Bukannya menjawab, Jungkook justru merebahkan kepalanya ke paha gadis itu. Mengambil alih tangan Rosé untuk menutupi wajahnya. Menghirup aroma sakura yang menguar. Memenuhi rongga di kepalanya tentang gadis itu.

"Kau memang bukan perawatku, kau adalah alasanku ingin kembali," gumam Jungkook yang sayangnya masih dapat didengar oleh gadis itu.

Rosé terkejut sesaat. Ia menyadari bahwa kalimat sederhana dari Jungkook itu berhasil membuat jantungnya berdegup tak keruan. Membuat wajahnya memanas tanpa perlu hitungan detik lagi.

Perlahan tangannya bergerak. Menyentuh rambut Jungkook menggunakan tangannya yang bebas. Melihat dengan jelas bekas jahitan di pelipis Jungkook yang sudah mulai tersamarkan. Luka yang kembali menyadarkannya bahwa beberapa hari lalu, mereka hampir saja terpisah.

Genggaman tangan Jungkook makin kencang. Menyatakan dalam diam bahwa mereka akan selalu terpaut. Dan, keduanya seolah saling mengerti, bagaimana benang yang menghubungkan mereka baru saja hampir terputus.

"Apa yang akan kau lakukan jika kemarin aku tidak terbangun?"

Kedua alis Jungkook terangkat begitu merasakan gadis itu melepas genggamannya. Terkejut ketika merasakan pipinya basah. Memutuskan bangkit saat melihat Rosé yang menyebabkan hal tersebut.

"A-apa aku membuatmu menangis?" Suara Jungkook terdengar begitu cemas. Ia berniat ingin mengelus kepala gadis itu. Namun, Rosè menampiknya terlebih dahulu.

"Aku tidak mau memaafkanmu kalau sampai berbicara seperti itu lagi!" ucap Rosé dengan suara parau. Ia membalik tubuhnya. Menghadapkan punggungnya ke arah Jungkook.

Ada desiran aneh ketika mendapati ekspresi Rosè. Tersenyum samar begitu menyadari bahwa gadis itu mencemaskannya. Perlahan, tangannya menepuk lembut punggung di depannya. Berusaha - setidaknya - membuat isak tangis Rosé mereda.

Jungkook bangkit. "Kau tahu, aku sudah kembali dan itu artinya semua akan baik-baik saja," ucapnya seraya duduk di depan Rosè. Menghapus lembut air mata yang masih mengalir di wajah gadis itu. Tersenyum. Seolah memperjelas bahwa apa yang keluar dari mulutnya memang benar.

Ia sudah kembali.

"Kau tahu, lebih baik kita memikirkan festival minggu depan." Jungkook kembali bangkit. Kali ini seraya menggenggam tangan Rosè yang hanya menurut.

Rumah kaca di belakang mereka semakin jauh. Langkah kaki yang bergerak seirama itu mulai menapaki satu demi satu anak tangga. Menuruni jalanan menuju koridor lantai empat yang sudah mulai dihias. Menguarkan aroma 'hari raya' murid-murid Hwangji High School.

Rosé tersenyum ketika merasakan pautan tangan mereka semakin rapat. Memperhatikan setiap langkah Jungkook yang kini membelok ke arah kantin. Hingga fokusnya terpecah oleh suara cempreng Lisa yang berteriak memanggil.

= Falling For You =

[END] FALLING FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang