CHAPTER 3_WHO ARE YOU?

3.7K 469 3
                                    

"Rosé, bolehkah aku duduk di sebelahmu?" tanya seseorang dengan senyum di wajahnya. Gadis itu hanya membalas dengan tersenyum. Tak lupa juga mempersilakan orang itu untuk duduk.

Suasana di kelas tersebut mendadak ramai. Pasalnya June yang terkenal di sekolah duduk di sebelah Rosé. Gadis dari Korea yang juga terkenal. Meskipun dengan penyebab yang berbeda. June yang ketua tim basket Melbourne Junior School, dan Rosé yang terkenal lemah lembut dan manis.

"June, kau jangan mau duduk di sebelah Rosé." Gadis lain menghampiri mereka berdua.

Rosé meletakkan kuas yang tengah ia pakai. Menatap sendu palet yang ia pegang. Gadis itu, ah tidak, mereka tidak menyukainya. Ia sangat tahu.

"Maggy! Jangan seenaknya berbicara seperti itu!" June membalas dengan teriakan tak kalah keras. Ia bahkan sampai berdiri, mengabaikan seikat bunga mawar yang tengah ia lukis.

Gadis bernama Maggy itu berbalik menatapnya. Mungkin tengah mengatakan betapa bodoh June yang membela gadis di sampingnya. Ia mendekat ke arah Rosé. Mendorong hingga terjatuh.

"Hei, apa yang kau lakukan!"

Rosé bangkit meski susah. Ia menjatuhkan palet yang ia pegang ke sembarang tempat. Membuat isi catnya keluar. Menciptakan lukisan abstrak di lantai berwarna putih di bawah sana. Ia berlari. Menjauh dari tempat itu.

Berdiam diri di pinggir sungai selama lebih dua jam membuat rambutnya berantakan tertiup angin. Pipi dan hidungnya memerah. Sementara kedua matanya sembap. Ya, setelah berlari ia terus saja menangis.

Sebenarnya ia sudah terbiasa diperlakukan seperti itu. Rosé yang memang manis dan pemalu sering menjadi bahan perundungan oleh gadis-gadis lain. Terutama oleh Maggy dan teman-temannya. Bahkan semenjak pertama kali ia sampai di sekolah ini.

Seandainya oppa di sini, ia pasti akan membelaku. Batin Rosé di sela-sela isak tangisnya.

***

Jungkook mengerjap. Berusaha mencerna pertanyaan sekaligus jawaban yang ia terima. Gadis di depannya bertanya siapa ia?

"Nugusseo?" Rosé kembali mengulang pertanyaannya.

Namun, bukan jawaban yang ia terima. Pemuda itu justru meraih pundaknya. Menatap dengan mata setajam silet. Juga jangan lupa bibirnya yang terangkat sedikit.

"Apa kau telah melupakan kejadian semalam, ah-ga-ssi?"

Rosé mengerjap sebentar sebelum tersadar siapa pemuda di depannya. Bodohnya ia yang tidak mengingat kejadian semalam. Kecuali suara khas saat menyebut kata ahgassi tentu saja.

"Terima kasih dan maafkan aku semalam." Rosé membungkuk.

Senyumnya tak luntur semenjak tadi. Terkesan dipaksakan. Perlahan kakinya melangkah mundur. Meraih gagang pintu tak jauh di belakangnya. Membuka dan berlari secepat mungkin.

"Kau pikir akan dengan mudah kabur dariku?"

Pemuda itu tersenyum. Sudut bibirnya mengisyaratkan bahwa ialah sang pemenang sekarang. Ia masih setia menahan kerah baju gadis itu. Membuatnya terbatuk.

"Le ... le ... pas!" Rosé berusaha meloloskan diri.

Namun sia-sia saja. Pemuda itu justru meraih lengannya. Terdengar langkah kaki di belakang sana. Hingga perlahan ia dapat merasakan punggungnya menghangat.

"Kau tidak akan pernah lari dariku setelah apa yang kau lakukan tadi malam," bisik pemuda itu tepat di telinganya.

"Jeon Jungkook," ucap pemuda itu sembari berjalan. Mereka kini tengah menuju ke kantin. Sebenarnya Rosé tidak mau, tapi pemuda itu memaksa.

Jeon Jungkook? Kening Rosé mengernyit. Wajahnya mengisyaratkan kekhawatiran. Ia meraih tangan Jungkook dan menggenggamnya. Membuat langkah mereka terhenti.

"Aku memang tidak pernah bermasalah dengan pencernaan," ucap Rosé mengabaikan wajah Jungkook yang kebingungan. "Kau tidak usah menahannya seperti ini."

Jungkook melongo. Mereka kembali berjalan, kali ini Rosé yang memimpin. Sejenak ia memperhatikan tautan tangan mereka. Entah mengapa, tapi Jungkook menyukainya. Hingga tanpa sadar ia tersenyum sendiri seperti orang gila.

"Oh ya, namaku Roséanne. Kau bisa memanggilku Rosé."

Mereka kembali berjalanan. Rosé berniat mengajak Jungkook ke unit kesehatan. Urung saat pemuda itu menariknya ke kantin. Membuat wajah Rosé kembali sendu. Pasalnya sedari tadi Jungkook bersikap biasa saja. Bahkan pemuda itu mengambil jatah makan siangnya dengan porsi yang terbilang tak lazim menurutnya.

Rosé menghentikan tangan Jungkook yang sedang mengambil lauk. "Apa kau yakin akan memakan itu semua?" Nada cemas gadis itu terdengar jelas. Ia semakin dibuat khawatir ketika Jungkook mengangguk mantap. Oh, jangan lupakan wajah kebingungan pemuda itu.

"Hyung!" Jungkook berteriak, membuat ke tujuh pemuda yang tengah berkumpul kompak menoleh.

"Kukira kau sudah pulang, Rosé." Taehyung yang bersuara.

Kenapa oppa bersama dengan mereka? Batin Rosé saat melihat Chanyeol yang masih asyik dengan piring di depannya. Diam-diam ia kesal sekaligus senang. Bersikap seolah tidak pernah mengenal dengan kakaknya itu membuat Rosé tenang.

Jungkook dan Rosé duduk. Hanya Jisoo dan Jennie wanita di bangku panjang itu. Entahlah ke mana perginya Lisa. Mereka berdua sempat saling pandang melihat kedua orang itu datang bersama. Terlebih kedua tangan mereka saling bertaut.

Jisoo memperhatikan wajah Rosé yang nampak tengah memperhatikan seseorang. Gadis itu jelas sekali tengah cemas. Urung bertanya saat Jennie merecokinya tentang kemungkinan hubungan love at the first sight Jungkook dan Rosé. Ia menggeleng kuat, lagipula mana mungkin seorang Jungkook si pemilik otak bebal dan hati dingin jatuh cinta dengan gadis secantik Rosé?

"Jungkook-ssi, apa kau yakin memakan itu semua?" Rosé menghentikan tangan Jungkook untuk kedua kalinya. Membuat Jungkook yang akan menyuap makan siangnya berhenti seketika.

Mereka semua kompak menoleh ke arah Rosé dan Jungkook. Menatap keduanya bergantian. Sama-sama mengisyaratkan kebingungan. Terkecuali Taehyung dan Jimin. Keduanya tengah berlomba siapa yang akan terbahak terlebih dahulu.

"Aku tahu kau cukup menderita dengan terus bolak-balik ke toilet, karena itu sementara ini jangan makan dulu. Akan kuambilkan susu pisang. Sebentar, ya?" Rosé berbicara seolah ia yang berhak untuk itu di tempat ini.

"Maksudmu?" Jungkook meraih tangannya sebelum gadis itu beranjak lebih jauh.

"Itu ... anu ...," Rosé mendekatkan bibirnya di telinga Jungkook. "Masalah pencernaanmu."

"Mwo!" Jungkook berteriak setelah beberapa detik yang lalu hanya terdiam. Wajahnya memerah. Ia meletakkan sumpit yang tengah ia pegang.

Dua orang di sebelahnya, siapa lagi jika bukan Jimin dan Taehyung. Mereka tertawa begitu keras. Menular ke yang lain setelah Taehyung mengatakan alasan mereka tertawa. Lain halnya dengan Jungkook yang masih kesal.

"Bukankah kau memang mengatakan Jungkook sedang terkena masalah pencernaan, Taehyung-ssi?" Rosé masih mencoba membela diri.

"Ya ampun, Rosé! Aku tidak mengira kau sepolos itu." Jimin menimpali.

Jungkook mengumpat tertahan. Bibirnya jelas sekali berkedut. Ia menatap Jimin dan Taehyung bergantian. Ah, bagaimana caranya ia ke kelas nanti. Pasti anak-anak akan menertawakannya.

= Falling For You =

[END] FALLING FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang