"Aku punya sesuatu yang spesial untukmu," bisik Jungkook ketika mereka masih berada di kelas.
Rosé tetap bergeming. Masih mengabaikan pemuda di belakangnya itu. Ia hanya tidak ingin kembali membuat masalah setelah kejadian kemarin. Ah, memikirkannya saja masih membuat kepala pening. Lagipula, ia masih tidak terlalu enak dengan Jihyo yang — berdasarkan kabar yang ia curi dengar dari Chanyeol — gadis itu masih menangis sesenggukan.
"Untuk tugas minggu depan, silakan masing-masing membawa sebuah buku fiksi yang masih berhubungan dengan sejarah Korea," ujar Go Min Joo yang berhasil membuat hampir seluruh kelas mendesah kecewa.
Gadis itu bangkit tanpa mempedulikan Jungkook yang masih memasukkan buku-bukunya. Ia sebenarnya tidak terlalu terburu-buru sekarang. Terlebih, saat ini Chanyeol sudah berangkat dan pulang bersama. Bisa ditebak, bahkan sang kakak masih berada di kelas.
"Chaeng! Kenapa kau meninggalkanku?" tanya Jungkook dengan bibir mengerucut. Nampak sekali ia kesal. Ya, bagaimana tidak akan kesal jika gadis yang kau sukai mendiamimu seharian ini. Sukai? Well, sebenarnya kata itu masih terlalu dini untuk muncul. Lagipula ia tidak terlalu mengerti dengan hubungannya bersama Rosé.
Gadis itu memutar bola matanya. "Memangnya aku terlihat seperti mau menunggumu, Jungkook?" timpalnya pedas.
Bukannya marah, pemuda itu justru terbahak. Ia mengacak rambut Rosé yang tergerai indah. Sebelum mencubit kedua pipinya dan baru berhenti saat melihat lirikan maut Rosé. Yang walaupun seharusnya menyeramkan, justru makin bertambah lucu. Hei, apa yang kau pikirkan, Jungkook! Teriaknya pada diri sendiri.
"Kau memang tidak perlu menungguku," Jungkook melepas tangannya. "Sana, Chanyeol-hyung sudah menunggumu."
Dan, memang benar ternyata. Tak jauh dari mereka. Chanyeol dan Jihyo berdiri bersama. Tanpa aba-aba Rosé menghampiri kedua orang itu. Meninggalkan Jungkook yang tersenyum singkat di belakang sana.
"Oppa, kapan kau akan ujian masuk universitas?" tanya Rosé begitu mobil kakaknya mulai berjalan.
Jihyo tersenyum seraya mengambil sebuah buku berjudul 'Materi Matematika Lanjutan'. "Bulan depan, Chaeng."
"Sepertinya kami akan sering pulang lebih larut untuk persiapan," sambung Chanyeol yang masih memperhatikan jalanan. "Kau tidak apa-apa pulang sendiri?"
"Kurasa kita bisa menitipkan Chaeng pada Jungkook." Kali ini Jihyo yang bersuara. Dengan diakhiri kekehan dan tentu saja, Chanyeol juga sama.
Rosé memberengut kesal. "Unnie! Kau bersikap seolah kalian melepaskanku kepada orang itu."
"Orang itu?" Chanyeol menggeleng-gelengkan kepala. "Chaeng, aku bahkan bisa lihat Jungkook menyukaimu dengan menutup mata."
"Bagaimana kau akan melihat dengan menutup mata?" Rosé mendengus. "Dan, Jungkook tidak pernah menyukaiku!"
***
Hari Minggu yang menyebalkan. Bagaimana tidak? Jika hari yang selanjutnya kau lewatkan dengan berguling seharian di tempat tidur, menghabiskan stok es krim di kulkas, atau menonton drama kesukaanmu, justru hilang menguap begitu saja? Ya, inilah yang membuat Rosé frustasi sepanjang pagi ini.
"Cepatlah mandi, pemalas!"
"Aku akan tiba setengah jam lagi."
"Chanyeol-hyung menyuruhmu menemaniku membeli kucing."
Itu adalah tiga pesan singkat dari Jung to the Kook pagi ini. Tepat ketika matahari baru saja menyelinap masuk ke kamarnya. Membuat Rosé mau tidak mau harus bangkit begitu mendengar teriakan Chanyeol. Tentu saja karena Jungkook sudah duduk di ruang tamu rumah ini bahkan kurang dari 30 menit yang dijanjikan. Hal yang ia anggap tidak ada tadi.
Dan, berakhirlah Rosé di sini. Berdiri dengan tangan menyilang di kedua dada. Menatap malas ke arah Jungkook yang belum juga melepas stick game milik sang kakak.
"Kalau kau mau bermain dengan benda itu sepanjang waktu. Kau tidak harus menggangguku dengan pesan-pesanmu itu, Tuan Jeon Jungkook!" Rosé berucap dengan nada sengit.
Pemuda itu bangkit dengan senyum lebar. "Apa kau sungguh tidak sabar berkencan denganku, Miss Roséanne?"
Lagi dan lagi, Rosé memutar bola matanya. "Kau bilang ingin membeli kucing, bukan?"
Jungkook mendecap. "Akhir-akhir ini kau sering marah-marah tidak jelas denganku."
"Siapa yang marah-marah?!"
"Kau lihat itu? Bahkan nadamu meninggi."
"Ya sudah, aku mau kembali ke kamar saja," ucap Rosé yang langsung mendapat penolakan dari pemuda itu.
Dengan buru-buru, Jungkook menggenggam tangan gadis itu. Membawanya keluar dari rumah ini. Tentu saja setelah berteriak meminta izin — kembali — dengan Chanyeol.
Beruntung hari ini Rosé mengenakan celana jins panjang dengan kaus tanpa lengan yang ditutup jaket abu-abu. Karena Jungkook membawa sepeda motornya. Tidak bisa dipercaya, bahkan pemuda itu menyuruhnya berpegangan kencang dengan alasan keselamatan. Walaupun yang sebenarnya ia inginkan hanyalah mengerjai Rosé semata. Karena pada kenyataannya, ia tetap mengemudikan kendaraan itu pelan.
"Jungkook! Aku bisa mati kering kalau kau selambat ini!" teriak Rosé dengan wajah merah menahan marah.
"Peluk aku dan kecepatan akan bertambah, Tuan Putri!" balas Jungkook tak kalah keras. Ia terkekeh melihat wajah kesal Rosé yang terpantul dari kaca spion. Walaupun tetap saja, gadis itu melakukan apa yang ia perintah.
"Pertama, aku akan mengajakmu berkencan di kebun binatang," ucap Jungkook dengan seringai lebar setelah mereka berdua berhenti. Pemuda itu tidak menyadari raut wajah Rosé yang menahan kesal.
"Hey, apa kau marah denganku?"
Rosé berlalu dengan mengentak-entakkan kaki. "Orang gila mana yang mau berkendara dengan kecepatan 80 km/jam seperti itu, Jungkook!" Teriaknya sebelum benar-benar berlalu.
"Katamu kau mau aku mempercepat motornya? Kau ini aneh sekali." Jungkook masih bertahan dengan keputusannya.
Gadis itu berbalik dengan mulut menggembung kesal. "Kau mempercepat umurku, Mr. Jeon!"
"Oh, sudahlah, Chaeng. Jangan mengacaukan kencan perdana kita."
"What?! Kita? Berkencan?" Rosé menatap Jungkook dengan kedua alis bertemu. "Hanya di mimpimu!"
Rosé kembali berjalan mendahului pemuda itu. Ia bahkan mengabaikan tawa terbahak Jungkook di belakang sana. Menyebalkan memang. Pertama, ia tidak akan pernah memaafkan Jungkook yang membangunaknnya pagi buta. Terlebih hampir membuat jantungnya copot dengan laju motornya. Kedua, ia sendiri tidak tahu caranya berhenti marah-marah kepada pemuda itu. Yang penting wajah memerahnya tidak disadari Jungkook. Ah, yang lebih penting adalah bahwa ia tidak boleh terlalu terbawa suasana dengan ungkapan 'kencan' dari mulut pemuda bermarga Jeon itu.
Mereka akhirnya berjalan bersama setelah Jungkook membujuk Rosé setengah mati. Dengan dua cup es krim cokelat dan sebuah bandana berbentuk telinga binatang. Gadis itu bahkan nampak lebih imut dengan telinga harimau putih di kepalanya.
"Bukankah kita seperti sepasang kekasih yang sedang berkencan, Chaeng?" Jungkook terkekeh mendengar ucapannya sendiri.
"Chan-oppa akan terbahak mendengarkan ucapan melanturmu itu."
Bukannya tersinggung dengan ucapan gadis itu, Jungkook justru tersenyum. "Chanyeol-hyung pasti merestui hubungan kita."
Deg! Rosé terhenti dengan keadaan jantung yang tidak baik-baik saja. Pemuda itu benar-benar membuatnya kesal sekarang. Terlebih ketika dengan tidak sadar, Jungkook telah mengalungkan lengannya di leher Rosé.
Whats wrong with you, Miss Roséanne Park? Teriaknya dalam hati.
= Falling For You =
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] FALLING FOR YOU
FanfictionJungkook tidak bisa percaya bahwa sahabat baiknya yaitu Park Chanyeol memiliki seorang adik bernama Park Chaeyoung. Gadis yang langsung membuat masalah dengannya saat pertama kali bertemu. Dibalut dengan kisah masa SMA yang tak terlupakan. Mampukah...