Part 29. Too Obvious.

2.2K 373 62
                                    

🐯

Tiga hari lamanya aku dirawat pasca operasi pengangkatan biji timah dari bahuku. Setelah insiden mengerikan itu, Eunha terpaksa mengurus izin sekolahku dengan alasan sakit. Pihak sekolah sudah tahu aku tak memiliki siapa pun kecuali ibu asuhku di panti asuhan Sarang Nalgae. Namun hari ini juga aku terpaksa masuk sekolah. Murid tingkat tiga sudah harus melaksanakan ujian semester sekolah. Keberuntungan sedang tidak berpihak padaku, sebab hari ini adalah pengambilan nilai pelajaran olah raga. Murid-murid kelas 3-1 secara serentak berhamburan menuju ruang ganti yang terletak di dekat lapangan outdoor sekolah.

Setelah semua teman-teman sekelasku selesai, aku baru akan meninggalkan ruang ganti perempuan. Bertepatan dengan aku keluar, Taehyung baru saja muncul dari ruang ganti di sebelah. Lelaki itu awalnya tak peduli dengan keberadaanku. Namun sudut matanya entah bagaimana terasa berusaha memerhatikanku seolah ada yang aneh.

"Kau tak pakai seragam olahraga?" tanya Taehyung heran saat menoleh sempurna padaku yang tetap memakai kemeja putih sekolah. Padahal aku telah mengenakan celana katun olahraga.

Aku balas menatapnya tanpa menjawab pertanyaan Taehyung.

"Jangan bilang kau lupa membawanya?"

Mengalihkan pandangan lagi, aku bingung harus merespon apa. Tak mungkin juga jujur padanya jika lengan kananku belum pulih benar. Bahkan saat berusaha memasang kemeja tadi pagi saja, aku butuh waktu yang lama. Aku pun memilih untuk mengangguk pada Taehyung.

"Ck... Tunggu di sini." Taehyung berlari menuju gedung kelas menghilang dengan kecepatan penuh.

Aku kebingungan, tapi juga tak mengindahkan permintaan Taehyung. Kemudian aku segera berlalu menuju lapangan sekolah. Seperti biasa, aku hanya bermalas-malasan saat pelajaran olahraga, duduk menyendiri di pinggir lapangan sepak bola berdebu.

Tak jauh dari tempat dudukku, segerombolan murid perempuan sekelasku saling berbisik dengan melihat aneh sedikit sinis ke arahku. Meskipun begitu, beberapa orang seperti Bona tiba-tiba saja memarahi mereka. Sungguh aku tak akan peduli apa yang kalian bicarakan tentangku. Berkali-kali aku menghela napas panjang. Namun entah kenapa, walaupun sudah terbiasa dengan keadaan ini tapi dadaku selalu saja sesak. Tak apa, aku punya Eunha dan juga Mingyu di sisiku.

Sekilas aku tersenyum miris. Jung Eunha? Hanya gadis itu satu-satunya sahabat yang aku miliki di sekolah. Di mana kami berdua saling diam-diam memerhatikan satu sama lain.

Puk...

"Akh," erangku terkejut saat seseorang menepuk bahu kanan, tepat di bekas luka sialan itu.

"Eoh? Ada apa? Kau baik-baik saja?" Kim Taehyung menyodorkan selembar jaket khusus olahraga miliknya sendiri dengan tampang yang cemas. "Aku memang sudah bukan ketua kelas lagi sekarang. Tapi, melanggar peraturan sekolah hanya akan membawamu ke ruang detensi," ucap Taehyung meyakinkan.

Ruang detensi tak ada dalam kamus kehidupan sekolahku. Mau tak mau aku mengambil jaket parasut milik Taehyung itu. Peraturannya jelas, kelengkapan seragam harus diutamakan. Jam pelajaran olah raga memiliki setelan seragam tersendiri.

"Apa---kau sudah sehat?" tanya Taehyung hati-hati.

Jangan bilang Taehyung sudah tahu semuanya? "Apa mak--- maksudmu?" tanyaku gugup.

Taehyung mengusap rambutnya sendiri, namun netranya tak berpaling dari aku yang kesusahan mengenakan jaketnya. "Minggu lalu, kau sakit demam, kan? Itu yang kudengar dari Sunny Ssaem."

Seketika itu juga aku merasa lega, setidaknya alasan yang dibuat Eunha masih masuk akal. "Hmm, aku sudah baik-baik saja. Tolong jangan mencemaskanku," lirihku yang langsung mendapat anggukan kepala. Ia pun berbalik badan untuk pergi.

Bliss For Violet (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang