🚫WARNING🚫
🐯
Cahaya lampu tampak meredup setelah menjadi sasaran kekesalan seorang pria berseragam polisi. Pada sebuah ruangan yang lembap, matahari juga tak bisa terdeteksi dari dalam ruangan berisi satu meja dan dua kursi. Sudah seharian lebih lamanya, ruang ini menjadi saksi bisu yang menjadikan aku sebagai tertuduh utama.
Aku terduduk dengan tangan dan kaki yang terikat di salah satu kursi aluminium itu. Kepalaku tertunduk lemas ke arah bawah. Kaus dan celana yang aku kenakan masih sama sejak detik aku ditangkap dan digelandang oleh gerombolan mereka. Sekujur tubuhku basah akibat seember air yang sengaja disiramkan ke kepalaku.
Rasa sakit pun mendera di sekujur tubuhku. Aku menggigil kedinginan, rahangku pun mengerat menahan semua rasa tidak menyenangkan ini. Namun, nyaliku masih panjang untuk tak bersuara. Aku merasa miris pada diri sendiri.
Berhasil tak dipuji, gagal dicaci maki. Hilang tak dicari, mati tak diakui. I'm just fine. Aku melafalkan semboyan seorang intelijen jutaan kali di dalam hati. Air mataku pun sudah terkuras habis untuk menahan siksaan demi tekanan yang aku dapatkan.
Lalu seseorang berperut buncit datang kembali padaku. "Annyeong, bagaimana kabarmu?" Pria itu menarik wajahku ke atas dengan paksaan.
Deru napasku semakin menjadi. Aku terus mengumpat dengan bahasa yang sama sekali tak dipahami mereka semua. Namun aku hanya membuat emosi pria itu meningkat drastis.
"Berengsek! Mau sampai kapan kau bungkam seperti ini, huh?" sentaknya.
Satu tangan pria itu menampar pipi kananku. Luka sobek di bibirku terbuka lagi. Apa yang aku rasakan sekarang hanya sama saja. Sama-sama perih dan panas, hingga ia sendiri tak dapat mendeteksi semua luka yang ia terima.
Aku kembali menyeringai padanya.
"SIAPA ORANG YANG BERSAMAMU MALAM ITU, GADIS SIALAN?!" Polisi itu sudah akan menghantam tubuhku. Bahkan aku sudah menutup mataku dan mengeratkan rahang supaya dapat menahan semuanya.
"Sunbae! Tenanglah." Seorang polisi yang masuk tiba-tiba itu masih tergolong muda.
Salah satu anggota kepolisian menahan lengan pria itu yang sudah terangkat ke atas. Sementara polisi berperut buncit itu menjadi emosi dan memilih untuk keluar ruangan.
Lelaki tadi mendekatiku dan menyodorkan sebotol air mineral di depan bibirku. "Ini, minumlah dulu," perintahnya.
Aku menenggak air itu cepat-cepat. Tak sadar telah menghabiskan satu botol air dalam hitungan detik. Aku terengah tak sempat bernapas saat minum barusan.
"Sebenarnya kau ini siapa? Tak ada satupun petunjuk tentangmu. Kau juga tak berbahasa Korea," lirih lelaki berseragam polisi dengan bordir nama Lee Donghae itu.
"For your information, our Head Deputy will transfer you to the Foreign Affairs. You can be expelled from this country," ucap polisi bernama Donghae itu kaku berbahasa Inggris. (Infonya, atasanku akan memindahkanmu ke bagian internasional. Kamu bisa diusir dari negara ini)
Lelaki itu menutupi tubuhku dengan selembar baliho. Tidak ada handuk di sini.
"I'm fine, thank you," lirihku begitu lelah.
"Chaa... Baiklah, mari kita bernegosiasi kembali," ucap seorang polisi keras yang baru saja masuk ke ruangan. Ia memiliki tiga balok emas di penanda pangkat. Negosiasi kepalamu?!
Aku masih terdiam. Di saat seperti ini, ingin sekali rasanya punya kekuatan super untuk berpindah tempat dengan cara menghilang. Namun sayangnya aku hanyalah manusia biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bliss For Violet (✔)
Fanfiction[PRIVATE] FOLLOW ME FIRST Lee Anna, gadis dengan beribu rahasia di dalam dirinya itu tercekat. "Anggap saja itu hanya sebuah kebetulan belaka." Kim Taehyung, lelaki normal yang menyimpan sisi lain luka di hatinya. Ia bertemu dengan seseorang yang me...