S: Ted, selama jeda waktu perbincangan kita kemarin, aku banyak mengobrol dengan diriku sendiri. Aku menemukan banyak hal yang selama ini mungkin abai. Aku banyak jujur kepada diriku sendiri dan aku banyak mendengarkan apa yang menjadi pergumulanku sendiri. Aku bermonolog. Rasanya menyenangkan.
Ted: Kamu sering menjadi pendengar untuk orang lain, tapi lupa mendengarkan dirimu sendiri?
S: Yes.
Ted: Kamu sering mengatakan banyak hal kepada orang lain, namun lupa mengajak dirimu sendiri berbincang?
S: Kalau untuk kali ini, nggak juga. Aku sering berbicara kepada diriku sendiri. Namun hanya sekadar berbicara, kurang memiliki kemampuan untuk mendengar dan memahami. Sehingga, perkataan-perkataan itu hanya memantul, entah terlempar ke mana. Padahal hanya diri kita sendiri yang mampu mengerti siapa kita kan? Sebenar-benarnya diri kita. Orang lain nggak mungkin mampu memahami seutuhnya.
Ted: Bermonolog dengan diri sendiri itu penting sekali, S. Tapi kamu jangan sampai lupa untuk berbincang dengan orang lain. Diskusi, bercakap-cakap, bertukar pikiran, adalah hal penting lainnya yang harus dilakukan dengan orang lain.
S: Tentu saja, Ted. Takut nggak waras aku kalau hanya hidup dari diriku dan untukku sendiri.
Ted: Asal seimbang, S. Waktumu untuk sendiri dan waktu untuk bersama orang lain, jangan sampai berat sebelah.
S: Iya, Ted. Aku memahaminya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Temu Wicara #2
Tiểu Thuyết ChungDi antara apa-apa yang tidak diketahui olehmu, aku tahu, tidak selamanya aku selalu beri tahu dan kamu harus tahu. Terkecuali jika sudah semestinya kamu tahu. __________ Cover Design : sacessahci Image : Cloud by pinterest