#13 . Selalu

669 61 5
                                    

Ted: Sudah dua hari kamu kalah, S. Mau sampai kapan?

S: Kalah dari siapa?

Ted: Dirimu sendiri.

S: Aku lelah, Ted. Sama sekali nggak ada kekuatan.

Ted: Lalu kamu mau menyerah?

S: Mungkin.

Ted: Lalu apa yang akan kamu lakukan setelah itu?

S: Entah.

Ted: Kamu kalah telak!

S: Biar saja.

Ted: Kamu bukan S yang selama ini aku kenal.

S: S yang selama ini kamu kenal nggak nyata. Ia fiksi, hanya karakter yang aku buat hidup. Masa berlakunya sudah habis sekarang.

Ted: Selemah itu?

S: S yang sesungguhnya seperti ini. Selemah ini.

Ted: Kamu hanya lupa, S. Kamu lupa bahwa kamu bisa kalah dari dirimu sendiri. Dan kesempatan untuk kalah kali ini telah menang. Ia menang. Kebencian, cacian, makian, mereka menang. Nggak ada yang dikalahkan selain kekuatan dan keberanian yang ada di dalam dirimu. Semangatmu redup hanya karena mereka terlalu menekan. Padahal, mau sekeras apa pun tekanan yang mereka berikan, izin untuk menerima tekanan itu tergantung pada dirimu sendiri. Kamu mau menerimanya dengan baik atau melalui pemberontakan. Kalau dari dalam dirimu berontak, kamu hanya akan kalah. Karena memang pemberontakan yang terjadi di dalam dirimu sendiri yang mereka inginkan. Kamu berontak hingga merasa lemah dan lelah. Tetapi kalau kamu bisa menerimanya dengan baik, pemberontakan itu nggak perlu, sama sekali. Rasa lapang dan ikhlas akan hadir dengan sukarela, menerima tekanan sebagai bukti bahwa benar kamu kuat. Bukan hasil rekayasa. Kuat sebab memang benar seperti itu adanya dirimu. S yang kuat, selalu kuat.

S: Ted.

Ted: Kamu nggak sendirian, S. Kamu punya aku. Selalu.

***

Temu Wicara #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang