Siang ini Iqbaal bersama (namakamu) sedang di kantin, mereka berniat untuk memakan bakso mang Ujang, bakso yang terkenal enak di kampus.
Sampai di kantin mereka selalu menjadi sorotan mahasiswa lain, dan untuk kesekian kalinya Iqbaal tidak memperdulikan tatapan mereka.
"Iqbaal."
Refleks Iqbaal maupun (namakamu) menoleh, mendapati Zidny sedang tersenyum manis di sana.
(namakamu) hanya diam, rasa takut itu masih ada, namun sebisa mungkin ia berpikir positif.
"Iqbaal aku minta maaf, aku tahu salah, ninggalin kamu tanpa alasan, aku tahu, tapi apa kamu gabisa ngasih kesempatan sekali lagi untukku?"
Iqbaal menghela napas kasar, ia sudah malas berurusan dengan masa lalu, ia sudah tidak ingin melihat Zidny lagi.
"Untuk apa?"
Zidny terdiam, apa sebegitu besar salahnya terhadap Iqbaal, sampai Iqbaal tidak bisa memberikan maaf untukknya.
"Maaf Ibay."
Ibay panggilan Zidny untuk Iqbaal dulu, dulu Iqbaal akan senang jika di panggil Ibay, namun tidak untuk sekarang.
"Udah gue maafin, tapi untuk kembali, maaf gue gabisa."
Setelah itu Iqbaal menarik lengan (namakamu) dengan lembut , nafsu makannya sudah hilang saat melihat Zidny disini.
"Iqqi kamu gapapa?"
Iqbaal menoleh lalu menatap gadisnya dengan tulus.
"Aku gapapa, kamu gausah khawatir."
(namakamu) mengangguk mengerti, setelah itu membiarkan Iqbaal sendiri dengan pikirannya yang bercamuk.
"Kamu tunggu di sini Iqqi, aku ke bawah dulu."
Iqbaal mengangguk lalu kembali memejamkan matanya di rooftop, tempat kesukaannya, tempat yang pas untuk sendiri jika sedang terkena masalah.
Iqbaal merasa kursi di sebelahnya bergoyang, ia pikir gadisnya sudah kembali, namun ternyata bukan gadisnya melainkan masa lalunya, Zidny.
"Apalagi zid?"
Zidny memeluk Iqbaal dengan erat, ia merindukan pelukan hangat ini, namun sekarang pelukan Iqbaal terasa berbeda, ia merasa Iqbaal berubah karena gadis itu.
"Aku rindu kebersamaan kita Ibay."
Iqbaal menghela nafas kasarnya, lalu mencoba melepaskan pelukan Zidny ini.
"Zid lepas, gue udah bukan milik lo lagi, ada hati yang harus gue jaga."
Zidny terdiam, ia tahu rasa Iqbaal bukan untuknya lagi, namun sejujurnya ia merindukan ke bersamaannya dengan Iqbaal.
"Sebentar aja Ibay, aku mohon."
Tanpa mereka sadari, (namakamu) melihat itu semua, air matanya kembali lolos, ia tidak pernah menyangka sesakit ini mencintai Iqbaal.
"Iqqi." Lirihnya.
Iqbaal menoleh mendapati gadisnya tengah menangis di belakang sana, ia langsung melepaskan pelukan Zidny dan menghampiri gadisnya.
Belum sempat Iqbaal meraih lengan (namakamu), (namakamu) lebih dulu turun pergi menjauh dari rooftop, mulai saat ini rooftop adalah tempat yang paling ia hindari.
"(namakamu) tunggu."
Iqbaal berlari mengejar gadisnya, sementara Zidny tersenyum miring lalu mulai beranjak meninggalkan rooftop.
"Selamat datang di permainan gue (namakamu)."
Kini (namakamu) tengah berada di taman kampus, ia ingin sendiri untuk saat ini, lalu jarinya mulai menari apik di kertas kosong yang ia bawa.
Begini,
Singkatnya aku sudah terlalu jatuh Iqqi, jatuh dengan harapan juga perkataan manismu, namun kini aku kembali merasakan luka yang di sebabkan olehmu juga dia, aku tahu aku hanya gadis baru yang masuk ke dalam hidupmu, terlalu cepat kita menjalin sebuah hubungan yang awalnya hanya kamu yang merasakannya, namun sekarang aku merasakan hal sama, aku mencintaimu, lebih dari apapun, namun ternyata mencintaimu tidak lah mudah, banyak rintangan yang harus aku lewati sendiri.
Iqqi apa mencintaimu harus sesakit ini? Dan mengapa aku harus kembali merasakan sakit juga terluka? Apa Tuhan tidak mengizinkan aku bahagia bersamamu? Bukan, ini bukan salah Tuhan, ini karena kesalahanku dulu, sebagaimana aku selalu membuatmu terluka, kini aku juga merasakan apa yang kamu rasakan Iqqi, begini ternyata rasanya, sakit.
Bolehkah aku berharap hubungan ini akan selalu baik kedepannya? Bolehkah aku berharap akan terus bersamamu sampai Tuhan meminta aku kembali, bolehkah? Iqqi maafkan aku mengeluh, aku terlalu lelah menerima rasa sakit ini, aku lelah Iqqi, aku ingin bahagia bersamamu.
"Sayang."
(namakamu) menghentikan kegiatan menulisnya, saat melihat Iqbaal memanggilnya.
(namakamu) hanya diam menunduk tidak berani menatap bola mata milik Iqbaal, ia selalu luluh jika menatap mata itu.
"Sayang aku bisa jelasin."
(namakamu) masih diam, ia bingung harus berbuat apa sekarang.
"Maafin aku sayang."
Lagi, (namakamu) hanya diam, ia membutuhkan waktu sendiri untuk saat ini.
"Alvin."
Alvin yang kebetulan lewat pun menoleh, mendapati gadis itu memanggil namanya.
"Kenapa?"
Rahang Iqbaal mengeras, mengapa kekasihnya ini memanggil musuhnya.
"Mau ke kelas kan? Bareng ya."
Iqbaal membulatkan matanya saat mendengar perkataan gadisnya.
"Jangan main-main sama aku (namakamu)."
(namakamu) terdiam, menatap Iqbaal yang saat ini tengah menatapnya tajam.
"Apa aku marah saat aku melihat kamu tengah di peluk gadis lain? Apa aku terlihat seperti kamu saat ini?"
Iqbaal terdiam mendengar perkataan gadisnya, emosi yang tadi sempat keluar mendadak hilang.
"Aku permisi Iqqi, aku harus ke kelas, udah mau ada dosen, permisi."
(namakamu) pergi melangkah bersama Alvin menuju kelas, sementara Iqbaal hanya menghela napas, lalu menatap mereka dengan rahang mengeras dan frustasi.
"Aku ga akan biarin kamu pergi dari aku sayang."
Setelah itu Iqbaal pergi dengan perasaan kacau, gadisnya memilih pergi bersama laki-laki lain karena kesalahannya.
Tanpa Iqbaal sadari, Zidny menatapnya dengan senyuman miringnya.
"Ini baru awal sayang."
_____________________________
Hallo wattys, gimana? makin gajelas emang wkwk
Aku sempetin up, mungkin minggu depan aku rada sibuk, tugas kuliah sudah menumpuk hehe.
Jangan lupa tanggapannya juga votenya, makasih(:
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF [2]
FanfictionCinta itu indah, (namakamu) berharap ia mendapatkan laki-laki sempurna yang mengerti dirinya, namun takdir berkata lain, laki-laki yang dia dapatkan justru berbanding terbalik, ia mendapatkan laki-laki yang mencintainya dengan caranya sendiri - Pose...