Pagi ini (namakamu) dan Iqbaal sudah berada di kampus, mata kuliah pertama akan segara di mulai, mereka memang beda fakultas, tetapi jam mata kuliah mereka sama.
Mereka melangkah bersama, di koridor mereka berdua menjadi bahan perhatian mahasiswa lain, sejujurnya (namakamu) paling tidak suka menjadi bahan perhatian seperti ini, namun mengingat Iqbaal adalah ketua Badan Eksekutif Mahasiswa, namanya melejit di tambah ke tampanannya.
"(Namakamu)."
(namakamu) maupun Iqbaal menoleh, disana ada laki-laki jangkung berdiri dengan gagah, Iqbaal hanya mendengus kesal, sementara (namakamu) menatap laki-laki itu dengan mata berbinar.
"Arfan."
(namakamu) berlari menghampiri Arfan, ia senang sahabat kecilnya kembali, Arfan memang pindah saat mereka masih sama-sama di bangku sekolah menengah pertama.
"Gue kangen sama lo fan."
(namakamu) memeluk Arfan sekilas, ia merindukan Arfan sahabat kecilnya. Iqbaal yang melihat itu membulatkan matanya kesal.
"Ekhemm."
(namakamu) menoleh melihat Iqbaal yang kini tengah menatap tajam dengan wajah datarnya, (namakamu) hanya meringis lupa, lupa bahwa ada Iqbaal di belakangnya.
"Iqqi."
Iqbaal menatap laki-laki di depannya dengan tatapan tidak suka, ia tidak suka gadisnya dengan laki-laki selain dirinya dan keluarganya.
"Dia Arfan sahabat kecil aku, kamu jangan salah paham dulu."
Iqbaal tetap tidak peduli, sudah pernah Iqbaal bilang, ia tidak suka hak miliknya di ganggu orang lain sekalipun itu sahabatnya.
"Aku gapeduli (namakamu), udah aku bilang, aku paling tidak suka hak milikku di ganggu orang lain sekalipun itu sahabat kamu, ayo."
Iqbaal merangkul pinggang (namakamu) dengan posesif, rasa kesal itu masih ada, ia ingin melampiaskan emosinya, ia butuh samsak kembali.
"Dan lo, dia punya gue, sampai kapanpun."
Setelah itu Iqbaal dan (namakamu) melangkah meminggalkan Arfan yang sedang ke bingungan itu. Saat ini Iqbaal membawa (namakamu) pergi ke taman, sedari tadi tangan kiri Iqbaal mengepal kuat, rasa emosi itu masih ada.
"Maaf qi."
Iqbaal menghela napasnya, mata teduh gadisnya berhasil membuat ia luluh dalam sekejap, mata itu memang selalu bisa membuat ia tenang kembali.
Iqbaal tersenyum tipis melihat gadisnya yang kini tengah menatapnya dengan tatapan sedunya.
"Gapapa, aku mengerti."
"Kita main jujur-jujuran ya."(namakamu) mengangguk lalu tersenyum menatap Iqbaal yang kini tengah tersenyum manis kearahnya, baginya senyuman manis Iqbaal adalah penenang.
"Aku dulu ya qi."
Iqbaal mengangguk mantap, memang ia ingin mengetahui jelas mengenai gadisnya.
"Cowo tadi Arfan, sahabat aku pas sd, smp dia pindah ke Amerika, Aku suka banget sama permen kapas, aku suka banget sama senja, aku selalu melihat senja di dermaga, menginjak sma, aku mulai mengenal cinta, cinta pertama aku namanya Gino, setelah sama dia, aku sama Kelvin, Baru sama kamu, aku paling gasuka sama orang pembohong dan pengkhianat, aku paling suka kamu hehe."
Iqbaal terkekeh kecil mendengar perkataan (namakamu) di bagian akhir.
"Singkat cerita, kisah cintaku dan Kelvin tidak berjalan mulus, Kelvin pergi membawa rasaku dan meninggalkan luka yang amat dalam, hariku menjadi kelabu, aku takut jatuh cinta lagi, takut kecewa lagi, namun kamu datang merubah semuanya."
Iqbaal mengerti, ia juga merasakan hal yang sama, kisah cintanya dengan Zidny tidak berjalan mulus.
"Giliran aku."
"Aku semenjak smp selalu bahagia, belum mengenal cinta juga rasa sakit, menginjak sma aku mengenal cinta, aku dan Zidny berpacaran cukup lama, pas kenaikan kelas 11 dia pergi menghilang tanpa alasan, meninggalkan aku dengan rasa sakitku, kelas 11 aku pergi ke Amerika melanjutkan sekolahku, disana aku bertemu gadis cantik yang merubah semuanya, awalnya biasa saja, seperti pada umumnya, tidak lama gadis itu berubah, bahkan dia selingkuh di depan mataku, namanya Mikaela Lezcano, Mika merubahku menjadi laki-laki bejat, disana aku terkena pergaulan bebas, aku merokok, clubbing dan bahkan bercumbu, orangtuaku sangat kecewa, dan memutuskan untuk membawaku pulang, aku disana hanya satu tahun, kelas 12 aku kembali ke Indonesia untuk melanjutkan sekolahku, dan setelah lulus, aku menjadi laki-laki yang dingin berwajah datar semenjak bundaku pergi, semenjak itu aku malas untuk mengenal cinta, aku pernah terluka karena Zidny, aku terluka karena bundaku juga pergi, dan aku harap kamu tidak akan pernah pergi (nam..)."(namakamu) hanya diam merenungkan perkataan Iqbaal, ia tahu rasanya di tinggal pergi oleh orang yang paling berharga, rasa sakit itu masih ada, membekas sampai kapan pun.
"Karena kamu bahagiaku."
(namakamu) tersenyum lalu mengusap pundak Iqbaal pelan, ia tidak pernah menyangka Iqbaal memiliki masa lalu yang begitu kelam.
"Maaf, kamu jadi mengingat kembali masa lalu kamu qi."
Iqbaal tersenyum tipis lalu mengangguk mengerti, untuk (namakamu) apapun akan ia lakukan, sekalipun nyawa menjadi taruhannya.
"Gapapa sayang."
Keduanya terdiam, pikiran keduanya bercamuk menjadi satu, mereka di pertemukan dengan keadaan yang tidak terduga, awalnya (namakamu) ragu, sangat. Tetapi Iqbaal berhasil membuat ia jatuh sangat dalam, sampai lupa untuk kembali.
(namakamu) tidak menyesalinya, baginya di pertemukan bahkan menjalin kisah bersama Iqbaal adalah hal yang paling indah untuk di lakukan bersama, kisahnya bersama Iqbaal akan ia ingat sampai kapanpun.
"Terimakasih sudah mencintaiku dengan tulus Iqqi."
Iqbaal tersenyum lalu mengangguk, baginya gadis sebaik bahkan sepengertian gadisnya pantas untuk ia jaga dan ia cintai dengan tulus.
"Kamu gadisku (nam..), dan kamu pantas mendapatkan itu semua, bahagiamu bahagiku juga."
___________________________
Hallo selamat siang menjelang sore, aku kembali hehe, maafkan atas keterlambatan untuk updatenya, banyak banget hambatannya masyallah.
Otak mendadak buntu, tugasku banyak, jadi aja ditunda wkwk, lagi pula gaada yang nunggu ini kan wkwk.
Jangan lupa setelah baca vote dan komentarnya, satu bintang dan satu komentar udah cukup buat aku semangat mengetik kembali hehe.
Ditulis barusan di Kampus, Bogor
Jum'at 19 Oktober 2018
Pukul 12.52 Wib
KAMU SEDANG MEMBACA
POSESIF [2]
FanfictionCinta itu indah, (namakamu) berharap ia mendapatkan laki-laki sempurna yang mengerti dirinya, namun takdir berkata lain, laki-laki yang dia dapatkan justru berbanding terbalik, ia mendapatkan laki-laki yang mencintainya dengan caranya sendiri - Pose...