32

3.5K 480 23
                                    

Satu bulan sudah (namakamu) tanpa Iqbaal, tanpa kekasihnya, ia rindu kenangan manis itu, dimana mereka masih bersama tidak ada jarak yang menghadang, ia tahu Iqbaal pergi untuk magang, bukan liburan, tapi ia tidak bisa berbohong, ia sangat merindukan kekasihnya.

Hari sabtu ini ia berniat akan pergi ke Bandung, ia ingin menjenguk abang juga kekasihnya, saat ini (namakamu) sudah berada di stasiun Gambir, keberangkatan tidak akan lama lagi. (namakamu) tersenyum tipis tidak akan lama lagi ia akan bertemu kembali dengan Iqbaal, kekasihnya.

Tidak lama kereta tujuannya datang, untungnya tidak terlalu penuh, langsung saja (namakamu) memasuki kereta dan duduk di dekat jendela.

"Aku rindu kamu baal, bagaimana kamu disana tanpa aku, sejujurnya aku takut, takut kembali sama Mika, tapi aku bisa apa? Aku hanya tidak ingin kehilanganmu."

Tidak terasa kereta (namakamu) telah tiba di salah satu stasiun di Bandung, setelah itu ia berniat langsung saja pergi ke kantor Iqbaal juga Alfi, lokasinya tidak jauh dari stasiun.

Sekarang (namakamu) sudah di taksi, sambil membawa makanan untuk Iqbaal juga Alfi, ia juga membawa beberapa pakaian, ia berniat akan menginap sebentar di kota kembang ini.

"Akhirnya sampai juga." Gumam (namakamu) pelan.

Kakinya melangkah memasuki gedung yang menjulang tinggi, gedung dimana tempat Iqbaal juga Alfi magang, dengan senyuman lebar ia mulai menghampiri receptionist dan menyapanya dengan ramah.

"Siang mba, saya mau bertemu pak Iqbaal, ada?"

"Atas nama siapa mba?"

"(Namakamu)."

"Sebentar ya mba saya cek dulu."

(namakamu) mengangguk membiarkan receptionist itu mengecek terlebih dahulu.

"Pak Iqbaal ada di ruangannya mba, di lantai atas, dekat lift."

"Baik terima kasih mba."

"Sama-sama."

(namakamu) melangkah menuju lift, memasukinya dan menekan angka 2, tidak lama lift itu berdenting dan terbuka.

"Ini kali yaa."

Tok tok.

"Masuk."

(namakamu) melihat Iqbaal tengah sibuk dengan dokumen-dokumennya, ia tersenyum tipis melihat Iqbaalnya, ia rindu Iqbaalnya, rindu sikapnya.

"Assalamualaikum."

Iqbaal menoleh saat ia mendengar suara ini, suara lembut yang ia rindukan, dan benar saja di ambang pintu ada gadisnya dengan senyuman manisnya.

"Waalaikumsalam, kok kamu ga bilang mau kesini yang?"

"Kejutan dong."

Iqbaal terkekeh gemas lalu mulai menghampiri gadisnya, dan membawa gadisnya kedalam dekapannya, ia sangat merindukan gadis manis ini, rindu canda tawanya, senyuman manisnya, masakannya, juga rindu tingkah manjanya.

"Kangennnn."

"Aku lebih baal."

"Ayo duduk disana."

(namakamu) mengangguk lalu mulai duduk di sofa yang tersedia, begitupun dengan Iqbaal.

"Nih makan, buat kamu sama abang, abang dimana?"

"Di sebelah."

"Yaudah makan gih, jangan di forsir kerjanya."

"Iya sayang."

POSESIF [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang