13

5.1K 537 7
                                    

Pagi ini seperti biasa (namakamu) menunggu Iqbaal untuk berangkat bersama menuju kampus, namun jam sudah menunjukan pukul 9.30 yang artinya ia memiliki waktu setengah jam lagi, namun sampai detik ini Iqbaal tidak menunjukan batang hidung nya sama sekali.

Tring.

Iqqi || 09.32
Yang maaf hari ini aku gabisa jemput, aku ada kelas pagi, maaf bgt ya yang.

(namakamu) hanya menghela napas membaca pesan dari Iqbaal, tanpa membalas, ia cukup kesal dengan Iqbaal saat ini. Akhirnya (namakamu) pergi menggunakan ojek online.

Selama di perjalanan (namakamu) hanya diam, sebenarnya ia merasakan perasaannya tidak enak, entah apa yang akan terjadi.

Sampai di kampus, (namakamu) memutuskan langsung pergi ke Kelas, disana sudah ada Adeeva juga Maira.

"Lo kok sendiri (nam..)?"

"Iqbaal ada kelas pagi."

"Lah tadi gue liat dia bareng cewek di motor, gue kira elo makanya gue fine fine aja."

Deg.

(namakamu) terdiam, jadi Iqbaal berbohong padanya? Apa iya? Tapi apa alasannya, Iqbaal tahu bukan bahwa dirinya paling tidak sudah di bohongi.

"Gausah di pikirin, mungkin gue salah liat."

Siangnya (namakamu) pergi ke kantin bersama Adeeva juga Maira, mereka hanya bisa diam melihat (namakamu) yang sedari tadi melamun.

"Elo kenapa? Cerita sama kita siapa tahu kita berdua bisa bantu."

(namakamu) hanya tersenyum, ia beruntung memiliki sahabat seperti mereka, Adeva juga Maira selalu ada di saat ia suka maupun duka.

"(namakamu)."

(namakamu) menoleh mendapati Iqbaal yang tengah menatapnya juga tersenyum manis kearahnya.

"Temenin aku makan."

(namakamu) mengangguk lalu beranjak untuk ikut bersama Iqbaal.

"Gue duluan ya dev, ra, sebelumnya makasih kalian selalu ada buat gue, kapan-kapan gue cerita."

Adeeva juga Maira mengangguk mengerti setelah itu mereka membiarkan (namakamu) bersama Iqbaal.

Sampai di meja paling pojok, mereka langsung saja duduk, sebelumnya Iqbaal sudah memesan makanan, bahkan makanan itu sudah ada di meja ini.

"Kamu ga makan?"

(namakamu) menggelengkan kepalanya, ia sedang tidak nafsu untuk makan sedikitpun, pikirannya bercamuk menjadi satu.

"Kamu kenapa sih?"

"Aku gapapa."

Iqbaal menatap (namakamu) dengan Intens, ia merasa ada sesuatu yang di sembunyikan gadisnya.

"Beneran?"

(namakamu) mengangguk sementara Iqbaal hanya menghela nafas pelan.

"Iqbaal."

Iqbaal dan (namakamu) menoleh bersamaan, disana terlihat Zidny sedang memasang wajah bahagianya.

"Makasih udah jemput aku."

Deg.

(namakamu) hanya tersenyum miris, benar kata Adeeva, Iqbaal memang pergi bersama gadis ini juga membohonginya.

"Seharusnya kamu jujur, aku engga akan marah baal, kamu tahu bukan aku paling tidak suka di bohongin."

Iqbaal terdiam, ia tahu salah, ia melakukan ini agar gadisnya baik-baik saja.

Flashback on.

Pagi ini Iqbaal sudah siap dengan jacket denim yang sudah menempel dengan apik di badannya, setelah itu Iqbaal berniat akan menjemput gadisnya.

Baru saja mau pergi bersama motor ke sayangannya, namun ia mendapatkan panggilan masuk dari mantan kekasihnya ini.

Zidny meminta Iqbaal menjemputnya, awalnya ia menolak, namun ternyata Zidny mengancamnya, ah bukan Zidny mengacam nyawa gadisnya.

Ia tidak rela jika gadisnya tersakiti ataupun terluka, lebih baik ia menuruti kemauan gadis licik ini.

Sampai di kampus, Zidny langsung turun dari motor Iqbaal, sementara Iqbaal hanya mendengus sebal, berbeda dengan Zidny yang tampak jauh lebih bahagia.

"Bitch, lo yang buang gue dan lo yang ngemis-ngemis sama gue, dasar ga tahu diri, lo lebih rendah dari jalang."

Zidny terdiam, hanya ini caranya agar terus bisa bersama mantan terindahnya ini, apa salah ia ingin menebus semua ke salahannya di masa lalu.

"Kalo lo pikir dengan cara licik lo ini gue bahagia? Lo salah besar zid, gue sama sekali ga bahagia lo kembali, gue muak liat wajah lo yang sok polos, tapi di balik wajah cantik lo itu ternyata lebih liar dari jalang."

Lagi-lagi Zidny hanya menunduk, hatinya sakit saat mendengar setiap penjalasan Iqbaal.

"Gue udah bahagia sama pilihan gue zid, udah bahagia, tapi lo datang menghancurkan semuanya, apa pernah lo mikirin kebahagiaan gue zid? Lo cuma mikirin diri lo sendiri, egois tahu ga."

"Salah kalo aku pengen bahagia sama kamu Ibay, aku masih cinta sama kamu, aku lakuin ini biar dapet perhatian kamu lagi."

"Salah zid, kemana lo dulu ninggalin gue saat lagi sayang-sayangnya, bahkan tanpa alasan sedikit pun, kalo cinta sama gue biarin gue bahagia sama pilihan gue zid."

"Aku gaakan biarin itu."

Iqbaal tersenyum miring melihat Zidny, ia menatap Zidny dengan tatapan kebencian.

"Well lo itu terlalu berambisi untuk dapetin apa yang lo mau, tanpa lo mikirin resiko dari tindakan yang lo ambil."

Setelah itu Iqbaal meninggalkan Zidny yang sedang mematung.

flashback off.

Iqbaal membawa (namakamu) pergi meninggalkan kantin, ia akan menjelaskan semuanya, secara rinci.

Iqbaal tidak mau gadis ini pergi karena kesalahannya, maka dari itu sebisa mungkin Iqbaal akan berusaha terus untuk mempertahankan hubungannya.

"Aku di ancem (nam..), kalo aku gamau ngikutin apa mau dia, kamu yang bakal kena sasarannya, aku tahu dia orangnya nekat, bahkan dia sangat berambisi untuk mendapatkan apa yang dia mau, tanpa peduli resikonya apa dari tindakan yang dia ambil."

(namakamu) terdiam mendengar penjelaskan Iqbaal saat ini, hatinya mencelos mendengar setiap kata yang keluar dari bibir Iqbaal, ia tidak pernah menyangka Zidny akan sejahat itu.

"Maaf aku bohongin kamu, aku engga ada maksud sama sekali, aku cuma gamau kamu salah faham, tapi nyatanya kamu bakal marah juga."

"Maaf Iqqi, aku yang salah."

Iqbaal tersenyum lalu menatap gadis ini dengan tatapan tulusnya.

"Ini salah aku."
"Dan aku engga akan pernah biarin kamu terluka (nam..),aku akan selalu menjaga kamu, sekalipun nyawaku taruhannya."

____________________________

Good Evening Wattys, apa kabar? Sebelumnya mohon maaf atas keterlambatan untuk update cerita ini, tapi akan saya usahakan supaya bisa lanjut cerita ini.

Maaf juga makin kesini makin aneh aja ini cerita wkwk, jangan lupa vote dan komentar, makasih xoxo(:

POSESIF [2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang