Berbeda

1.7K 270 34
                                    

Gadis bersurai gelap itu tengah terduduk di depan masjid sembari membaca novel yang di berikan kekasihnya, ia tersentak ketika sang kekasih mengagetkannya dari belakang.

"Kamu tuh ya, nyebelin." gerutu gadis itu, sementara sang kekasih tertawa puas.

Gadis itu menoleh ke arahnya, "Udah?" tanyanya.

Pemuda itu mengangguk sambil tersenyum ke arah kekasihnya itu. "Minggu kamu kosong enggak?" tanya pemuda itu.

Gadis itu —Krystal— mendongak, "Kalau siang ada, tapi kalau pagi sama sore aku ada acara di gereja." balasnya.

"Kalau Sabtu?"

"Kosong kok."

Kai—pemuda itu— beranjak dari duduknya, memperhatikan Krystal yang tengah membaca novel yang ia berikan. Kedua sudut bibirnya terangkat, ia memang sudah yakin kalau kekasihnya akan menyukai novel pemberiannya.

"Yuk!" ajak Kai sambil menjulurkan tangannya dan langsung di sambut lembut oleh sang gadis.


Sabtu ini adalah anniversary mereka yang ke 2 tahun, Kai sudah menyiapkan semuanya untuk merayakan hari jadi mereka. Bahkan sedari tadi ia tak berhenti tersenyum membayangkan momen-momen indah nanti.

Pemuda itu memang sengaja tidak menjemput Krystal hari ini, dia ingin kekasihnya itu mencari tempat yang ia maksud. Hingga akhirnya yang di tunggu datang, gadis itu datang dengan balutan dress warna putih dan jangan lupakan kalung salib menggantung di lehernya.

Kai tersenyum menatap kehadiran Krystal, dia langsung beranjak dan menghampiri Krystal. Senyuman terpancar dari wajahnya, betapa bahagianya dia saat ini.

Kai langsung mengambil se-bucket bunga, lalu ia berika pada kekasihnya. "Happy Anniversary!" ujarnya penuh semangat.

Gadis itu terkekeh pelan, "Happy Anniversary juga." balasnya. Netra Kai terfokus pada kotak yang di bawa Krystal.

"Itu apa?" tanya Kai penasaran.

"Buat kamu." ujar gadis itu.

Kai mengerutkan keningnya, "Apa isinya?" tanya pemuda itu pada Krystal. "Jangan dibuka kalau aku belum nyuruh." pemuda itu mengangguk mengiyakan Krystal.

Dengan tiba-tiba gadis itu langsung menarik diri kearah Kai, dia memeluk pemuda itu dengan erat seolah takut kalau ia akan di tinggal pergi.

"Kamu kenapa?" tanya Kai.

Gadis itu menggeleng dalam pelukan Kai dan semakin mengeratkan pelukannya. "Kalau ada masalah cerita sama aku." lagi-lagi Kai bersuara.

Krystal melepaskan pelukannya, lalu mengeluarkan kamera polaroid dari dalam tasnya. Maniknya menatap Kai lekat, kedua sudut bibirnya terangkat.

"Foto yuk!" ujar gadis itu dengan penuh semangat. Kai mengangguk mengiyakan permintaan sang gadis.

Sudah banyak foto yang mereka ambil kali ini, tapi rasanya Krystal masih belum puas. "Ini udah banyak, nanti lagi ya. Sekarang kita makan." ujar Kai lembut.

"Kotak yang kamu bawa isinya apa?" tanya Kai.

Gadis itu mendongak, "Nanti aja bukanya, abisin dulu makanan kamu." balasnya.

Kai yang penasaran pun dengan cepat menghabiskan makanannya. "Jangan cepet-cepet, nanti mati loh." ujar sang gadis. Sementara Kai hanya mengangguk saja.

"Aku udah boleh buka?" tanya Kai pada Krystal sambil menunjukkan piriingnya yang sudah kosong.

"Minum dulu!"

Dengan cepat Kai langsung meminum minumannya. Krystal menggeleng pelan melihat tingkah laku kekasihnya.

"Aku buka ya?" mohonnya pada Krystal.

Dan akhirnya sang gadis mengangguk, dengan cepat Kai membuka kotak yang di bawa Krystal. Ia tampak terkejut ketika mendapati sarung, peci dan juga Al-Qur'an di dalamnya. Bibirnya menganga tidak percaya, netranya mengarah pada Krystal.

"Kai,"

"Tal, terimakasih ya. Kamu emang pacar yang paling bisa di andelin." ujar Kai dengan mata berbinar.

"Kai, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." kali ini nada bicara Krystal terdengar sangat serius.

"Ngomong apa?"

"Aku mau," gadis itu memberikan jeda pada kalimatnya, "Kita berakhir." lanjutnya yang langsung membuat Kai reflek menyentuh tangannya.

"Kamu ngomong apa sih?"

Gadis itu meneguk salivanya, "Aku mau kita berakhir Kai." ujarnya sekali lagi.

"Jangan ngaco, kita ini lagi anniversary Tal!" balas Kai.

"Aku serius!"

Kaki pemuda itu rasanya melemas, momen bahagia yang ia rencanakan hancur berantakan.
"Tapi kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?" tanya Kai.

Krystal menggeleng pelan, "Kamu gak salah Kai." ujar sang gadis dengan mata yang sembab.

"Lalu kenapa kamu minta putus?" Pemuda itu lagi-lagi bertanya.

"Kai, kita itu memang harus berakhir."

Kai menatap heran ke arah sang gadis, "Kai, salah kita melanjutkan hubungan ini, semuanya bakalan runyam." Krystal berusaha menenangkan kekasihnya.

"Kita itu berbeda Kai."

"Kita punya banyak perbedaan, disaat kamu berdoa menghadap ke arah kiblat sementara aku berdoa menghadap ke arah altar."

"Bahkan cara kita berdoa itu berbeda."

Gadis itu mulai sesenggukan, "Kai, mama kamu sendiri menentang hubungan kita, dan kalau kita tetep ngelanjutin itu berarti sama aja kamu nyakitin hati mama kamu." ujarnya dengan suara bergetar.

"Dan hadiah itu, adalah hadiah terakhir yang aku berikan. Kamu yang rajin sholatnya, jangan bolong-bolong, rajin juga baca qur'annya."

Sama halnya dengan Krystal, pemuda itu juga menangis. "Aku rasa 2 tahun itu udah cukup Kai, setelah ini pesanku cuma satu, cari yang seiman seperti keinginan mama kamu." ujar sang gadis.

Detik itu juga Kai beranjak dan langsung memeluk Krystal, mereka sama-sama menangis hari ini. "Aku sayang sama kamu, dan aku gak mau pisan dari kamu." ujar Kai dengan mata yang berlinang air mata.

Gadis itu melepaskan pelukan Kai, menatap lekat kekasihnya lalu mengecup pipi sang pemuda. "Baik-baik ya tanpa aku." Dengan cepat Kai menggeleng, "Aku gak baik-baik aja tanpa kamu." sarkas Kai.

Tangan kecil Krystal menghapus airmata yang membasahi pipi Kai. "Kai, kamu pasti baik-baik aja tanpa aku." ujar Krystal mencoba menenangkan Kai.

"Tapi—"

"—turuti apa mau mama kamu, beliau kepengen anaknya punya pacar yang seiman." Lagi-lagi Kai menggeleng.

"Gimana caranya, aku pacaran sama orang lain tapi hatiku masih milik kamu?"

"Kai, aku yakin kamu bisa buka hati buat orang lain." ujar gadis itu. "Terimakasih untuk 2 tahunnya." Kemudian gadis itu pergi dari hadapan Kai, dengan wajah kusut dan mata sembab. Sementara Kai, hanya bisa menatap kepergian Krystal. Dan kini netranya tertuju pada kertas kecil yang terselip dalan kota terebut.

"Kai, di saat kamu berdoa tanyakan pada Tuhanmu, apakah aku yang bukan umatnya boleh mencintai hambanya?"

Seketika kaki Kai melemas, dan ia menangis lagi. Sama halnya dengan Kai, Krystal  kini juga sedang menangis di dalam mobilnya. Hubungan yang mereka bangun cukup lama berakhir dengan mudah.

tbc

gimana? nangis ga, GUA AJA YANG NULIS NANGIS!!

RemajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang