Samar-samar

3.7K 515 58
                                    

I'm a fool to want you
Pity me, I need you
I know it's wrong, it must be wrong
But right or wrong I can't get along
Without you

Alunan musik Chet Baker mengalun seiring decihan keras Yoongi lengkap dengan kepalan tangan mengerat di atas lutut. Batinnya menjerit frustasi, ingin berteriak pada si pengemudi agar mematikan musik dan berhenti bernyanyi. Kenapa?

Itu lagu favorit Taehyung.

Yoongi menghela napas lelah. Meski geram, ia tetap membiarkan lagu itu mengalun dan terpaksa menahan semua emosi itu dalam diam. Mengabaikan tatapan bingung Son Seungwan yang berkali menanyakan satu kalimat yang sama tiap menitnya.

"Oppa kau baik-baik saja?"

Tidak ada jawaban untuk yang kedelapan kalinya. Yoongi masih bergeming, hanya dua matanya yang memandang ke luar jendela dengan segala emosi tak terbaca. Awalnya Seungwan tak mengerti apapun sejak Yoongi masuk ke dalam kamar, mengemasi barangnya lalu menyuruhnya untuk check out saat itu juga. Kalau bisa Seungwan ingin merutuki Yoongi karena membiarkannya pergi tanpa sarapan. Tapi kemudian ada sebuah tanda yang membuatnya tersentak. Seungwan melihatnya saat Yoongi merenggangkan leher hingga kerah turtlenecknya sedikit terbuka. Dan ia tak sebodoh itu untuk menyadari satu hal yang aneh;

Ruam merah di leher Yoongi.

Apa itu? Hickey? Kissmark?

Dan butuh beberapa menit saja bagi Seungwan untuk menganalisa apa yang terjadi semalam.
Yoongi mabuk, Taehyung membawanya, dan paginya ia kembali dengan ruam merah yang tak terhitung jumlahnya itu. Seungwan bahkan yakin jika tak hanya di situ saja jejak yang ditinggalkan Taehyung untuk Yoongi. Pasti masih tercetak di beberapa bagian tersembunyi.

Bibir si gadis manis menyeringai kesal. Tak jelas sebenarnya siapa yang pantas menerima segala kemarahannya saat ini. Apakah Taehyung yang harus ia maki-maki? Atau justru Yoongi sendiri yang bertanggung jawab atas emosi tertahan dalam hati?
Tapi kemudian ia berusaha menguasai dirinya sendiri. Berkali ia menghela napas dalam, bersikap setenang mungkin seperti biasanya.

Ya, seperti biasa.

Seperti saat Yoongi mengabaikannya begitu saja. Seperti saat semua pesan dan panggilan teleponnya tak mendapat respon Yoongi. Seperti saat dia melihat Yoongi bisa bersenang-senang dengan Taehyung. Seperti saat ia menahan cemburu ketika kedua pemuda itu selalu bersama ke manapun. Dan seperti saat ia bisa membaca sesuatu yang unik di antara Yoongi dan Taehyung.

Seungwan tau sejak awal, ia bisa menerkanya dengan mudah bahwa ada yang tidak biasa antara kedua pemuda itu. Tapi selalu saja ia menepisnya, menampiknya, terus berdelusi bahwa sebenarnya Yoongipun menaruh hati padanya diam-diam, terus berdenial bahwa yang ia terka hanyalah kesalahpahaman belaka.

Tapi rupanya Seungwan harus menyerah kali ini. Tak bisa dipungkiri bahwa hatinya lelah, ia sadar bahwa harusnya ia berhenti sejak dulu. Bertahun ia tetap bertahan pada orang yang sama--orang yang bahkan tak menatapnya sama sekali. Dan kini semuanya sudah terasa jelas dan pasti, seorang Min Yoongi tak akan pernah berlari padanya kemudian menaruh hati.

Time and time again I said I'd leave you
Time and time again I went away
But then would come the time when I would need you
And once again these words I'd have to say

Take me back, I love you
Pity me, I need you
I know it's wrong, it must be wrong
But right or wrong I can't get along

Without you

Setelah memejamkan mata beberapa saat hingga buliran bening jatuh tepat mengenai pipi tirusnya, Seungwan menoleh pada Yoongi yang masih bergeming. Helaan napas dalam menuntun tangannya untuk bergerak menuju Yoongi--meletakkan telapak putihnya di atas punggung tangan si pemuda secara perlahan.

DDAENG! (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang