Jangan Lari!

3.4K 517 174
                                    

Kenapa mood nulis book ini semakin emosional? Huhuhu
Boleh di-sad ending-in ngga nih? xD

***

Yoongi membasuh wajahnya berulang, perasaannya seketika saja gusar. Meski terdengar amat sepele, tapi ungkapan yang meluncur bebas dari mulut Taehyung berhasil membuatnya tak tenang.
Memang bukan kali ini saja pemuda yang lebih muda darinya itu merusak fokus dan mengacaukan perasaannya. Hanya saja, kali ini terasa jauh lebih menggelisahkan dari sebelumnya.

Yoongi mendadak panik. Rasa takut yang sempat menguasai diri beberapa waktu lalu kembali muncul ke permukaan. Sekelebat memori masa kecil dirinya dan Taehyung melintas tanpa diinginkan. Ia makin tak mengerti apa yang sebenarnya yanh tengah ia alami. Ia makin tak memahami apa maunya sendiri.

Meski di antara rasa takut yang mendominasi itu ada sepercik rasa menggelitik. Dan Yoongi sama sekali tidak bisa menepis perasaan itu. Terlebih ketika netranya bersinggungan tepat pada manik hitam Taehyung. Tak lupa dengan debaran kencang berulang dalam dada yang selalu gagal ia tolerir keberadaannya.

"Aku ini kenapa?! Haish!"

Merasa cukup lama meninggalkan Taehyung dalam toilet, Yoongi memutuskan ke luar setelah berulang kali menghela napas dalam-dalam. Percobaan menenangkan diri rupanya tak begitu berhasil. Karena baru saja kakinya menapak ke luar toilet, wajah tampan Taehyung sudah menyambutnya.

"Kenapa lama sekali? Apa perutmu benar-benar sakit?", tanya Taehyung dengan nada cemas. Sedang Yoongi hanya menggeleng pelan sebagai jawaban.

"Hyung, serius kau tak apa? Mau kuantar ke dokter?"

"Tidak perlu. Sebaiknya kita pulang saja. Aku lelah."

Yoongi berjalan melewati Taehyung yang masih bergeming, berusaha melawan debaran kurang ajar yang semakin mengacaukan pikirannya.

...

Pukul satu dini hari Yoongi masih terjaga di meja kerjanya. Terhitung sudah tiga cangkir kopi ia habiskan sejak dua jam lalu, bermasa bodoh dengan kondisi lambung yang terkadang tak bersahabat. Ia memilih untuk mengabaikannya untuk saat ini. Baginya, kondisi hati dan pikiran jauh lebih harus diperhatikan.

Yoongi masih gelisah hingga rasanya mau tidurpun susah. Saat jemarinya coba menyentuh kertas dan pena, ia justru semakin terbayang wajah Taehyung. Seolah-olah pemuda itu menjadi inspirasi atas ide cerita yang tengah ia rangkai. Maka yang Yoongi lakukan kini hanya terduduk sembari bermain gim komputer. Ia memang tak andal memainkannya--tak seperti Taehyung. Tapi setidaknya hal ini bisa membuat konsenterasinya terpecah sekaligus me-refresh pikirannya kembali.

Cklek.

Pintu ruang kerja Yoongi terbuka dan memunculkan seorang pemuda tampan yang dengan santainya melenggang masuk tanpa permisi.
Yoongi yang masih terpaku pada permainan gim sampai tak sadar jika Taehyung sudah mengambil duduk tepat di sampingnya.

"Kenapa belum tidur, Hyung?"

Deg!

Suara bariton itu sontak membuat Yoongi menoleh cepat tanpa sempat mem-pause permainan. Jantungnya seakan berhenti berdetak sedetik ketika mendapati wajah tampan Taehyung yang disinari cahaya redup dalam ruangannya.

Benar. Kim Taehyung memang tampan. Menawan. Banyak teman sesama model yang mengincarnya baik wanita maupun pria. Tapi kenapa, selama ini dia tak pernah berkencan? Kenapa selama ini ia tak mengencani siapapun?

'Aku tidak ingin mengencani siapapun selain dirimu.'

Yoongi tercekat ketika celoteh Taehyung kembali berdengung di telinga. Ia sampai tak sadar jika kini jemari pemuda Kim itu sibuk merapikan anak rambut yang menutupi matanya. Perlahan, dan lembut sekali. Seperti terhipnotis, Yoongi hanya diam saja ketika bibir tebal Taehyung menyapa keningnya. Membiarkannya mengecup lama, seolah menyalurkan segala rasa yang sudah dipendam lama.

DDAENG! (Taegi) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang