DDAENG! (Taegi) ✔

Roommate

Jumat malam, dua cangkir hot cappucino, teriring oleh gelak tawa akibat lelucon komedian di sebuah acara televisi, serta menutup diri di balik selimut tebal, meluncurkan satu kata untuk mewakili suasana saat ini; nyaman.

"Tidak bisakah kau bergeser sedikit? Sesak tau!"
Min Yoongi, secara semena-mena mendorong tubuh yang menggelendot manja pada dirinya kasar. Tak elak berbuah decihan kecewa dari si empunya yang tak terima.

"Aish! Hyuuung. Dingin!"
Dasar tidak tau diri, Kim Taehyung justru makin menyelusupkan tubuhnya pada yang lebih tua. Selimut tebal itu hampir dikuasainya sendiri kalau saja Yoongi tak melempar delikan tajam.

"Geser atau kutendang kau!"

Satu decihan ke luar dari mulut Taehyung. Dengan sangat tak rela ia menggeser posisi tubuhnya dan membagi selimut itu pada Yoongi lagi.

"Kau berbeda, Hyung. Sekarang kau tak lagi memanjakanku. Huh", protesan Taehyung hanya dibalas pukulan ringan di dahi luasnya.

"Berhentilah manja. Kau bukan balita lagi, Taehyung!"
"Tapi tetap saja aku lebih muda dua tahun di bawahmu."
"Umurmu sudah 24 tahun astaga!"
"Lalu kenapa jika sudah 24? Salahku karena tumbuh lebih tinggi darimu?"

Yoongi mengernyitkan dahi. Obrolan macam apa ini?

"Kenapa kau jadi bahas tinggi badan, hah?"
"Karena kau yang lebih dulu mengungkit umurku."
"..."
"..."
"Tae."
"Apa?"
"Kau bedebah."

Lagi, dan selalu saja Yoongi harus berpikir ekstra untuk menghadapi tingkah ajaib teman sekampungnya ini. Kadang ia merasa rindu pada Taehyung balita, yang manis, lugu, imut dan menggemaskan. Seiring berjalannya waktu, ia justru mendapati Taehyung yang hanya tumbuh secara fisik namun tidak di mental.

Boleh lah Taehyung memiliki tubuh proporsional yang menjadikannya mahasiswa modelling dan sering melakukan fashion show sampai luar negeri. Tapi secara sifat, karakter, serta naluri, jiwa Taehyung tetap tertinggal di masa kecilnya. Entah kapan ia benar-benar tumbuh menjadi pria dewasa, Yoongi terus bertanya-tanya.

Saat memutuskan untuk melanjutkan studi ke Seoul, tanpa disangka Yoongi orang tua Taehyung memintanya untuk membawa serta sang putra. Alasannya? Taehyung tidak ingin berpisah dengan Yoongi. Meski berat hati, akhirnya Yoongi sendirilah yang merawat Taehyung selama di Seoul.
Bersyukur keduanya lahir dari keluarga berkecukupan sehingga bisa menyewa sebuah apartemen yang terletak di tengah kota. Tapi tetap saja, sekalipun Taehyung bisa membayar sewa apartemennya sendiri tetap saja ia tak ingin berjauhan dengan Yoongi. Maka sejak kuliah hingga kini Taehyung tinggal di apartemen Yoongi.

Sebenenarnya bagi Yoongi sendiri tidak masalah jika Taehyung tinggal dengannya. Toh sedikit banyak bisa membantunya beres-beres jika ia sedang sibuk menulis. Oh, omong-omong Yoongi adalah seorang penulis lepas. Sudah banyak tulisannya yang diterbitkan oleh berbagai majalah juga koran. Dan tahun ini rencananya ia ingin menerbitkan novel ciptaannya sendiri.
Dan kehadiran Taehyung di apartemennya lumayan berguna. Ia bisa menyuruh Taehyung membantunya mencuci, menyapu, apa saja selain memasak. Sungguh amat tidak rela Yoongi membiarkan si Kim itu menyentuh dapurnya apalagi sampai menyalakan kompor dan microwave.

"Jangan lupa minggu depan ganti microwaveku yang sudah kau hancurkan", peringat Yoongi pada Taehyung yang kemudian mengangguk malas.

Yoongi berdecih, kesal mengingat dua hari lalu saat ia terpaksa meninggalkan Taehyung untuk ke luar kota, pemuda itu berulah di dapurnya. Entah bagaimana ceritanya, tapi saat ia kembali, kondisi dapurnya begitu memprihatinkan. Dan korban yang paling parah adalah microwave yang baru dibelinya satu minggu lalu.

Saat itu, Yoongi sudah berniat mengusir Taehyung tapi akhirnya ia urungkan mengingat amanah orang tua Taehyung agar menjaga dan merawatnya layaknya adik sendiri. Mau bagaimanapun, Yoongi tidak bisa lepas tangan begitu saja saat diberi tanggung jawab. Dia ini pria, ingat?