8. delapan

197 13 3
                                    

Disini lah Humaira dan Hisyam sekarang. Berada di cafe Frozen. Kafe bernuansa alam. Humaira memesan sebuah es krim rasa capuccino kesukaan nya dan Hisyam dengan secangkir matcha latte. Tak lupa mereka memesan kentang goreng sebagai teman santai.

Sambil berbincang dengan topik yang ringan mereka memandangi senja yang mulai menghilang ditandakan dengan waktu yang akan berganti malam.

"Bagus banget ya kak" gumam Humaira.

"Kakak tau dari dulu kamu kan suka banget kan sama senja" jawab Hisyam.

Hisyam menikmati matcha latte pesanannya. Tak sengaja pandangan nya bertemu dengan seseorang yang seusia dengan adik nya. Dia dulu mengenal pria itu karena abi dan ayah pria itu berteman baik. Hisyam pun sering mengatar kue kering pesanan orang tua anak itu kerumah nya. Ketika diamati, tak disangka pria tersebut berbalik dan ikut mengamati  Hisyam. Dia terkejut dan turut menghampiri Hisyam.

"Bang Hisyam ?" Tanya pria itu terkejut.

"Samudra. Anak om Damar kan ?"

"Ah iya bang." Mereka lantas bersalaman dan berpelukan rindu.
"Gimana bang di Turki ? Gue lihat makin ganteng aja lo. " Ujar Samudra sambil terkekeh tanpa canggung.

"Bisa aja Sam. Kamu juga makin dewasa makin tampan. Oh iya. Kenalin. Ini Humaira."

Humaira menoleh dan betapa terkejutnya saat ia berhadapan dengan ketua kelas nya yang ketus dan arrogant seperti Samudra.

"Lo ?"

"Samudra ?"

"Lah kalian uda saling kenal ?" Tanya Hisyam. Keduanya mengangguk.
"Samudra, ini Humaira adik kandung abang. Humaira, ini Samudra anak om Damar temen Abi waktu sekolah dulu. Mama nya juga sering beli kue kering di toko Uma. Kakak dulu sering anter ke rumah nya Om Damar. Makanya, kakak kenal sama Samudra. Dia juga anak murid kakak waktu kakak ngajar karate di SMP Bangsa Abadi." Jelas Hisyam panjang lebar.

Humaira hanya mengangguk kan kepalanya tanda mengerti.

"Oh iya Samudra. Kamu gak mau makan gabung kita ?"

Samudra melirik Humaira sekilas. Yang dilirik hanya menikmati es krim capuccino.

"Ah gak usah bang. Gue kesini cuman mau memantau cafe ini kok." Tolak Samudra sopan.

"Ini cafe kamu ?" Tanya Hisyam penasaran.

"Lebih tepatnya. Ini punya papa. Tapi kadang gue yang mantau kalo ada waktu. Oh iya. Gue permisi pulang duluan ya bang. Kasian nyokap gue dirumah sendirian"

"Hebat kamu masih kecil uda jadi pebisnis." Hisyam terkikik.

"Bisa aja lo, bang. Cuman sampingan doang." Jawab Samudra nyengir kuda.
"Yaudah gue pamit ya bang. Kapan-kapan kita ngobrol bareng. Eh iya. Boleh minta nomor lo, Bang ?" Tanya Samudra mengeluarkan ponselnya.

"Tentu." Hisyam mengetikkan beberapa angka dengan lincah di keyboard yang tertera di layar ponsel Samudra.

"Oke. Thanks... see you later, Brother"

"See you, Samudra"

Setelah kepergian Samudra, Hisyam kembali duduk di hadapan Humaira sambil menyesap matcha latte pesanannya,

"Kalian saling kenal tapi tidak bertegur sapa. Ada apa ?" Tanya Hisyam penasaran.

Humaira mendesah "Kak, Humaira memang kenal. Bahkan dia ketua kelas di kelas Humaira. Karna semenjak awal ketemu sama dia. Dia ngerasa kayak Humaira itu aneh. Sikap arrogant nya buat Humaira jadi males ngomong sama dia. Apalagi dia sering marah-marah. Orang nya emang gitu ?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Dalam IstiqomahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang