《4》 Her Truth

2.6K 352 242
                                    

Vote juseyo~


-Jungkook's POV-
 
 
'Mommy'

Kata itu masih terngiang dikepalaku sesaat sebelum kudengar suara gadis kecil itu bergema kembali.

"Mommy itu siapa?" Tunjuknya padaku. Ia sedang bertanya pada wanita dihadapannya, wanita yang baru saja memeluknya, sekretarisku.

Yerin berbalik, tubuhnya terlihat sedikit menegang kala menyadari kehadiranku disana. Sepertinya ia lupa jika akulah yang membawanya kesini, ikut berlari bersamanya hanya untuk memastikan ia baik-baik saja setelah terlihat begitu kacau tadi.

Kulihat ia mulai melepas pelukannya pada gadis kecil tersebut, menghapus sisa-sisa air mata dipipinya, serta kembali menidurkan si gadis kecil ke ranjangnya. Ia beranjak dari tempatnya, berjalan dengan wajah tertunduk ke arahku.

"Nyonya Jung? Anda ibunya bukan?" Panggil seseorang yang mencegat langkah Yerin menuju kepadaku. Aku masih tak bergeming di tempatku berdiri, terlalu bingung harus melakukan apa saat ini karena kejadian yang begitu tiba-tiba ini benar-benar tak pernah terpikirkan sekalipun olehku.

Yerin sudah memiliki anak?

Bagaimana mungkin?

Kenapa ia tak pernah menceritakannya padaku?

Tiba-tiba saja otakku dipenuhi oleh berbagai macam pertanyaan yang sangat ingin segera ku ajukan pada Yerin.

"Ya Miss. Saya mommynya." Jawab Yerin yang semakin membuatku tercekat.

Benar. Anak itu adalah anak Yerin, sekretarisku.

"Maafkan saya atas kecelakaan ini bu, ini benar-benar diluar kendali saya." Wanita yang sepertinya sedikit lebih tua dariku tersebut terlihat begitu merasa bersalah, aku juga tak mengetahui siapa wanita itu. Apa baby sitter anak Yerin?

"Orangtua dari anak yang menyebabkan kecelakaan ini juga bersedia bertanggung jawab untuk menanggung biaya pengobatannya hingga sembuh total. Mereka meminta maaf sebesar-besarnya dan mungkin akan datang menemui anda nanti." Sambung wanita itu lagi. "Saya sebagai gurunya ingin meminta maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian yang terjadi ini. Tolong maafkan kami bu."

Ah, ternyata gurunya.

Tunggu? Sepertinya gadis itu masih terlalu kecil untuk bersekolah?

"Ya, sudah seharusnya." Yerin akhirnya bersuara setelah diam beberapa saat.

"Sudah seharusnya mereka bertanggung jawab atas hal ini. Saya tidak akan segan menuntut mereka jika terjadi sesuatu hal yang lebih buruk dari ini. Bagaimana mungkin kecelakaan disekolah bisa menjadi separah ini? Bagaimana anda mengawasi para murid?" Nada suara Yerin terdengar sedikit meninggi, ia terlihat sedang menahan amarahnya. Dan ini adalah pertama kalinya aku mendengarnya berbicara seperti ini.

"Maafkan saya bu. Saya benar-benar menyesal." Ucap wanita tersebut.

"Tidak ada gunanya, toh tangan anak saya juga sudah seperti ini. Meminta maaf tidak akan membuatnya lantas membaik seketika." Nada suara itu terdengar sinis dan penuh kekecewaan.

Guru tersebut tertunduk menyesal. Ia sepertinya mengerti dan paham jika Yerin bersikap seperti itu sekarang. Yerin yang biasanya selalu terlihat anggun dan tenang, kini tak terlihat seperti itu lagi dimataku. Ini Yerin yang berbeda.

"Saya mengerti. Sekali lagi tolong maafkan kecerobohan saya. Saya akan memastikan jika kejadian ini tidak akan terulang lagi." Ucap guru tersebut dengan penuh penyesalan. "Kalau begitu saya permisi sebentar, saya akan mengurus pemindahan kamar dan administrasinya terlebih dulu."

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang