-Author's POV-
Mata Yerin mendadak tak berkedip setelah Jungkook mengatakan alasan ia meminta Aerin memanggilnya daddy. Terkejut tentu saja, bagaimana tidak?
"Jangan bercanda Jungkook-ssi." Elak Yerin beberapa saat setelah Jungkook menyelesaikan kalimatnya yang mengejutkan.
"Aku tidak bercanda Yerin-ssi. Aku serius ingin mencoba menjadi daddy bagi Aerin, dan juga..."
Pria itu mencoba menatap Yerin dengan seluruh kekuatannya yang baru saja terisi setelah memakan satu setengah mangkuk naengmyeon, menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Dan juga menjadi pendamping bagimu untuk membesarkannya."
Uhuk!
Yerin mendadak tersedak oleh salivanya sendiri.
Apa?! Pendamping?! Apa Jungkook sedang mabuk sekarang?
Tak terhitung banyaknya pertanyaan yang menggantung dibenak Yerin ketika Jungkook mengatakan hal tersebut padanya. Kedua mata mereka saling beradu ketika Yerin menatap Jungkook tepat dikedua manik cokelat tersebut. Sorot matanya tak sedikitpun terlihat bercanda, hanya ada keseriusan disana. Yerin bahkan dapat menghitung jumlah kedipan Jungkook yang menatapnya lekat, seakan ingin mengatakan pada Yerin jika pria itu sungguh-sungguh dengan pernyataannya.
Yerin sungguh kehabisan kata-kata untuk menjawab Jungkook. Namun getaran didadanya seakan menegaskan jika ia cukup senang dengan pengakuan yang dituturkan oleh Jungkook. Dadanya kini kembali bergetar karena seorang pria setelah tiga tahun lamanya.
"Gwajangnim..."
"Jungkook, tanpa embel-embel ssi atau apapun sapaan formal lainnya. Aku juga akan melakukan hal yang sama padamu, Yerin-ah." Ralat Jungkook ketika Yerin kembali menyebutnya dengan sapaan gwajangnim.
"S-saya, s-saya tidak salah dengar kan?" Tanya Yerin pada Jungkook.
"Tidak. Kau tidak salah dengar." Jawab Jungkook. "Apa perlu aku kesana dan membisikkannya lagi padamu?" Sambung Jungkook yang membuat kedua pipi Yerin memerah.
Ia memegangi kedua pipinya yang terasa panas, mengipasi wajahnya dengan tangan untuk meredakan rasa panas yang menderanya.
"T-tapi mengapa? Ini terasa begitu tiba-tiba." Wanita itu masih tak percaya akan apa yang ia dengar saat ini.
"Tiba-tiba? Kita sudah hampir satu tahun lamanya saling mengenal, Yerin. Ini tidak tiba-tiba." Jawab Jungkook yang menatap Yerin lekat. "Aku terkesan pada Aerin. Hidupnya sudah sulit sejak ia dilahirkan, tetapi tak sekalipun aku melihat mata indahnya memancarkan kesedihan. Ia bahkan mampu menarik perhatian setiap orang yang ia jumpai dengan keceriaannya, membuat mereka menyukainya begitu saja, tak terkecuali aku yang sebelumnya sama sekali tidak tertarik dengan anak-anak."
"Aku juga kagum padamu. Kau jauh lebih muda dariku tapi pengalaman hidupmu jauh lebih berat dari aku. Kau melewatinya dengan baik meski aku yakin itu sangat sulit. Kau tidak menyerah pada Aerin, kau bahkan membesarkannya dengan sangat baik hingga ia tumbuh membanggakan seperti ini." Sambung Jungkook. Ia menghela napas pendek, memberanikan diri mengambil tangan Yerin yang ada di atas meja dan menggenggamnya. Matanya menatap Yerin semakin lekat, seakan tak ada objek lain yang mampu menarik perhatiannya selain wanita itu.
"Jungkook-ssi..."
"Aku kagum pada kegigihanmu menghadapi pahitnya hidup. Mengamati dari dekat selama satu tahun ini membuatku tak sadar jika aku sudah jatuh cinta pada pesonamu. Aku terlambat menyadari jika aku telah jatuh cinta padamu, Yerin-ah."Tes...
Air mata Yerin seketika jatuh mendengar pernyataan cinta dari sang atasan yang tengah menggenggam erat tangannya saat ini. Pernyataan cinta itu terdengar sangat tulus keluar dari bibir Jungkook, membuat Yerin bingung dan tak tau harus membalas apa. Ia masih tidak yakin dengan perasaannya sendiri, menerima cinta dari seseorang yang hebat seperti Jungkook benar-benar tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Fanfiction[COMPLETED] Sang asisten baru memiliki latar belakang yang membuat Jungkook tercengang, sedikit tak percaya. Latar belakang macam apakah itu? Bisakah Jungkook menerima latar belakang asisten barunya tersebut? -24 Juli 2018-