-Author's POV-
Gadis kecil yang baru saja mendapat izin untuk pulang dari rumah sakit itu tak henti menguraikan senyuman indahnya pada setiap orang yang ia temui. Meski tangannya masih berbalut gips -dokter sengaja tak melepaskan gipsnya karena gadis itu begitu luar biasa aktif-, ternyata tak menghalanginya untuk berlari dengan langkah riang. Yerin dan ibunya bahkan harus kejar-kejaran dengan bocah itu untuk mencegah sesuatu yang buruk kembali terjadi.Hingga akhirnya langkah gadis kecil kecil itu terhenti tatkala sosok jakung seorang pria berhenti didepannya dan segera mengangkatnya ke dalam gendongan.
"Hey nona manis, berhenti berlari atau giliran tangan kirimu yang akan diberi gips juga oleh dokter. Mau?"
"Uncle Kook!" Pekik Aerin senang. "Aelin tidak mau pakai gips lagi. Tangan Aelin jadi sepelti lobot. Lihat." Adunya pada Jungkook sambil menunjukkan tangannya yang kaku.
Jungkook terkekeh pada Aerin didalam gendongannya. Matanya kemudian beralih ke sekretarisnya dan nenek dari si gadis kecil. Ia menunduk kecil untuk memberikan salam.
"Apa managermu yang akan mengantar kita pulang Yerin-ah?" Bisik Ibunya pada Yerin setelah membalas salam Jungkook.
"Ne eomma. Dia menawarkan diri. Aku tidak enak untuk menolaknya." Jawab Yerin.
"Aigoo, sudah tampan, baik pula. Bukankah dia benar-benar sempurna?" Ujar ibunya masih berbisik pelan pada Yerin.
"Ya. Dia nyaris mendekati definisi sempurna." Balas Yerin tak kalah berbisik. Ia kemudian menyusul manager Jeon dan putrinya, melangkah bersama mereka menuju mobil manager Jeon yang terparkir tak jauh dari pintu masuk. "Ayo eomma!" Panggilnya pada ibunya yang tak kunjung menyusul.
"Mereka terlihat seperti keluarga. Seandainya Yerinku benar-benar memiliki sebuah keluarga seperti itu..." Gumam ibunya sembari melangkah menyusul putri dan cucunya.
♧♧♧
"Bagaimana keadaan Aerin? Dia sudah masuk sekolah?" Tanya Eunha pada Yerin yang sejak tadi tak melepas pandangan dari layar komputer didepannya. Pekerjaannya menumpuk akibat cuti yang terlalu lama.
Yerin menjawab Eunha tanpa sedikitpun memalingkan wajahnya dari layar komputer. "Eung. Dia menangis karena ingin kembali ke sekolah. Aku tidak punya pilihan lain selain menurutinya."
"Anak itu, dia benar-benar sangat aktif." Sambung Sinbi dari mejanya.
"Siapa yang menjaganya disekolah Yerin-ssi?" Sambung Jimin yang bertanya.
"Tidak ada. Aku hanya menitipkannya pada gurunya. Ibuku mendapat banyak pesanan kue akhir-akhir ini jadi tidak bisa menungguinya disekolah." Jawab Yerin yang melihat sekilas ke arah Jimin.
"Eoh pergilah. Atau ingin aku temani?" Tawar Jimin.
Yerin menggeleng. "Tidak usah Jimin-ssi. Aku tidak ingin merepotkanmu." Tolaknya halus.
Jimin mengangguk, ia bukanlah tipikal pria pemaksa yang menuntut seseorang untuk menerima tawarannya. Kini perhatiannya kembali lagi pada tugasnya yang menanti didepan mata.
Telepon disamping Yerin berbunyi, ia kemudian mengangkatnya dan mendengar suara manager Jeon di ujung sana.
"Yerin-ssi, setelah makan siang tolong atur jadwal meetingku dengan Mr. Han dari departemen kepegawaian." Titahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Fanfic[COMPLETED] Sang asisten baru memiliki latar belakang yang membuat Jungkook tercengang, sedikit tak percaya. Latar belakang macam apakah itu? Bisakah Jungkook menerima latar belakang asisten barunya tersebut? -24 Juli 2018-