Chapter ini adalah chapter yang udah aku pikirkan bahkan sebelum chapter 1 ditulis. Semoga kalian suka 🤭
Happy reading! 💜
Qaqa jangan lupa vote dulu yaaa
- Author's POV-
Lengkap dengan sebuah kamera yang berdiri tegak beralaskan sebuah tripod berwarna hitam, ruang kelas penuh warna yang dihuni oleh enam belas siswa dengan dominan laki-laki tersebut kini terlihat seperti ruang audisi. Dengan sang guru sebagai juri, para siswa secara bergantian maju ke depan kelas untuk mengurai cerita yang sudah mereka persiapkan sejak satu bulan terakhir.
Ini adalah penilaian akhir semester bagi siswa di sekolah Aerin sebelum mereka di pindah ke tingkatan yang lebih tinggi. Aerin yang akan segera berumur empat tahun sebentar lagi akan naik tingkat menjadi siswa sekolah dasar. Bukan sekolah dasar pada umumnya, melainkan sekolah dasar untuk peserta didik yang berusia dibawah enam tahun.
Pada penilaian akhir ini, para siswa diminta untuk bercerita mengenai apa saja yang mereka inginkan. Bisa itu cerita dongeng, legenda, fabel, kisah orang lain, kisah mereka sendiri, dan banyak lagi yang lainnya. Penilaian akhir ini akan menilai keberanian sang anak dalam bercerita didepan kelas, kemampuan berbicaranya, hafalannya, serta kemampuannya dalam berinteraksi selama proses penyampaian cerita berlangsung.
Kamera yang tadi diletakkan sang guru nantinya akan merekam setiap kegiatan para siswa. Rekaman itu akan terhubung ke aula dimana para orangtua yang tengah menunggu bisa melihat secara langsung kegiatan sang anak. Sang guru sengaja tak membiarkan para orangtua melihat langsung di kelas, hal ini diharapkan untuk meminimalisir rasa gugup yang tiba-tiba hadir ketika siswa akan bercerita serta memberikan rasa nyaman untuk mereka.
Yerin yang ditemani oleh Jungkook sudah duduk manis pada kursi yang berada di deretan paling depan. Ia merasa seperti dirinya yang akan bercerita, bukan Aerin. Yerin merasa gugup bukan main, telapak tangannya bahkan basah oleh keringat. Ini bahkan jauh lebih mendebarkan daripada saat pertama kali memasuki ruangan Jungkook dan mengenalkan dirinya dulu.
"Tenanglah, kenapa kau yang gugup huh? Aerin saja terlihat begitu santai." Jungkook mengusap telapak tangan Yerin, mencoba menenangkan wanitanya yang kini terlihat sangat gugup, jauh lebih gugup dari pesertanya sendiri.
"Dia akan melakukannya dengan baik kan?" Tanya Yerin setengah bergumam.
Jungkook mengangguk, kembali mengusap pelan tangan putih yang tersemat cincin indah pemberiannya saat melamar dulu. "Tentu saja. Anakku pasti akan melakukan yang terbaik." Ucapnya menghibur.
Yerin mengangguk, beberapa kali membuang napas guna melegakan dirinya sendiri. Ia jauh lebih tenang ketika layar besar dihadapannya menyala, menampilkan ruang kelas yang dipenuhi bocah-bocah lucu nan menggemaskan. Mereka semua terlihat antusias, tak sedikitpun terlihat gugup maupun panik. Guru mereka benar-benar pandai mengajari siswanya untuk mempercayai diri sendiri, serta berani menghadapi orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Fanfiction[COMPLETED] Sang asisten baru memiliki latar belakang yang membuat Jungkook tercengang, sedikit tak percaya. Latar belakang macam apakah itu? Bisakah Jungkook menerima latar belakang asisten barunya tersebut? -24 Juli 2018-