-Author's POV-
Takdir sepertinya memang tak pernah ingin membiarkan Yerin hidup dengan tenang. Kini, disaat dirinya secara perlahan sudah mampu melepaskan diri dari bayang-bayang masa kelamnya yang disebabkan oleh laki-laki biadab yang sialnya adalah pemilik DNA dari putri kesayangannya, pria itu kembali muncul.
Muncul tanpa bisa Yerin tolak kehadirannya.
Yerin tidak sanggup. Memori ketika ia hidup bersama pria itu selama kurun waktu kurang dari satu tahun terhitung sejak kehamilannya dimulai, kini seakan kembali berputar dalam imajinasinya bak film pendek yang biasa ia lihat di auditorium kampusnya dulu.
Delapan bulan pernikahan yang dipenuhi memori menyakitkan itu terasa mengoyak kembali hatinya yang sudah susah payah ia jahit kembali. Terlalu pedih, terlalu menyakitkan.
Kini ia kembali dihadapkan pada kenyataan jika sang mimpi buruk itu sedang berada dihadapannya sekarang. Duduk dengan angkuh sembari membaca rentetan pertanyaan yang tertera pada kertas yang dipegangnya. Mata pria itu hanya menoleh pada tiga hal yang ada disekelilingnya saat ini, lembar pertanyaan, manager Jeon, dan Yerin.
Ya, pandangan penuh tanda tanya yang begitu tajam dan siap merobek Yerin hingga menjadi serpihan kecil. Wanita itu tentu saja tak berani membalas tatapannya, hanya menunduk diam meski tangannya tak segemetar hari pertama ketika ia melihat pria itu. Namun, ada hal lain yang terjadi saat ini dan membuat rasa takut tak lagi sepenuhnya menguasai diri wanita itu.
Genggaman hangat dari tangan besar sang manager.
Manager Jeon seakan tahu, jika Yerin butuh penopang. Ia membutuhkan penguat karena wanita itu kini benar-benar berada pada titik terapuhnya. Remasan serta genggaman hangat yang diberikan sesekali oleh manager Jeon dibawah meja tempat mereka duduk ini sedikit banyak menenangkannya, membuatnya sedikit mendapat penguatan jika ia tak sendiri disini.
Yerin akhirnya bisa bernapas lega kala Jaksa Park mengucapkan kata-kata dimana penyidikan mereka untuk hari ini telah berakhir. Menahan rasa takut yang berkecamuk selama dua jam lamanya tentu saja tidak mudah, sekalipun ada sokongan penguatan yang diperolehnya dari manager Jeon. Jaksa Park mengulurkan tangan untuk berjabat dengan manager Jeon dan Yerin, diikuti dengan Jaksa muda nan tampan disebelahnya yang memberikan seringaian ketika dirinya hendak berjabat dengan Yerin.
Wanita itu membeku, ia salah. Seharusnya ia tak melihat mata itu kala akan berjabat tangan dengannya. Seharusnya ia harus tetap menunduk dan menerima saja uluran tangan tersebut. Namun ia tak melakukannya, ia terlalu bodoh untuk itu. Mata keduanya beradu, membuatnya tak sengaja melihat seringaian dari wajah tampan Jaksa yang berdiri dihadapannya saat ini.
Tangannya mendadak kaku hingga tak sanggup menggapai uluran tangan Jaksa Kim. Seringaian itu, seringaian yang pernah membuatnya jatuh cinta dan disaat yang sama juga membuatnya membenci pria itu setengah mati.
Manager Jeon, sang pria sigap dengan segala kesempurnaan tersebut untungnya membaca situasi dengan cepat, mengambil alih uluran tangan Jaksa Kim untuk menggantikan Yerin dengan memasang wajah yang sangat datar, benar-benar tanpa emosi apapun disana.
"Terimakasih. Berhati-hatilah dijalan." Tukasnya kala menatap mata monolid Jaksa Kim.
Jaksa Kim dengan cepat melepas jabatan tangannya, bergegas menyusul Jaksa Park yang telah pergi lebih dulu. Jaksa tampan itu menyempatkan diri untuk melihat Yerin sekali lagi, hingga kemudian beralih melihat manager Jeon dengan pandangan merendahkan.
"Kami permisi, manager Jeon dan, Nona Jung."
Dan sosok itu benar-benar menghilang dari pandangan keduanya beberapa detik kemudian. Menyisakan aroma parfumnya yang masih tertinggal ditempat ia duduk tadi, aroma parfum yang sangat dikenali oleh Yerin. Bahkan mencium aroma parfumnya saja sudah mampu membuat Yerin bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Fanfiction[COMPLETED] Sang asisten baru memiliki latar belakang yang membuat Jungkook tercengang, sedikit tak percaya. Latar belakang macam apakah itu? Bisakah Jungkook menerima latar belakang asisten barunya tersebut? -24 Juli 2018-