-Author's POV-
Yerin meneguk perlahan air mineral yang disodorkan Jungkook padanya, menegaknya hingga habis tak tersisa. Ia menyeka sisa air yang membasahi sudut bibirnya dengan tangan, menghela napas kasar sebelum melempar botol tersebut ke tempat sampah yang berada tak jauh darinya.Matanya menerawang jauh ke ujung cakrawala lautan yang memancarkan sinar keemasan, pertanda jika petang akan segera menyapa. Helaan napasnya terdengar berat, namun raut wajahnya tetap saja datar. Sebuah sentuhan pada bahunya membuat wanita itu tersadar dari lamunan singkatnya, menoleh pada sang pemilik sentuhan yang tengah menatapnya cemas.
"Kau baik-baik saja?" Pria itu bertanya pelan padanya, menatap dalam manik mata wanita itu untuk memastikan keadaannya.
Yerin mengangguk, senyum tipis terukir disudut bibirnya untuk meyakinkan pria tersebut jika ia baik-baik saja, meyakinkan jika pemandangan menjijikkan yang baru saja mereka lihat sudah tak berarti apa-apa lagi baginya.
"Apa kita sebaiknya pulang saja?" Tanya pria itu lagi padanya.
Wanita itu tak lantas menjawab. Ia memejamkan mata, menikmati hembusan angin laut yang semakin kuat menampar wajahnya, membiarkan angin membuat kusut rambutnya yang ia biarkan tergerai bebas. Bibirnya berbicara pada Jungkook masih dengan mata yang terpejam. "Sebentar lagi Jungkook-ssi, saya ingin menikmati suasana ini dulu sebelum pulang."
Pria itu mengangguk, memilih menyetujui keinginan wanita berstatus sekretarisnya tersebut dan ikut menikmati suasana tenang yang tercipta dihadapannya. Tempat yang sangat sempurna untuk dijadikan sebagai pelepas stress yang handal.
Jungkook menoleh pada Yerin yang masih asik memejamkan matanya, duduk bersandar dengan tangan yang ia lipat didepan dada. Bibir gadis itu sedikit melengkung ke atas, nyaris tersenyum meski terlihat sedikit dipaksakan. Pria itu tak hanya sebatas menoleh, melainkan mengamati lekat presensi Yerin yang entah bagaimana terlihat indah dimatanya. Bahkan sempat terbesit sekilas dalam pikirannya, jika sunset dihadapannya kini tak seindah sosok Yerin yang sedang memejamkan mata.
Drrtt! Drrtt!
Getaran di saku ponselnya membuat Jungkook akhirnya tersadar. Ia menggeleng kuat kepalanya, mengenyahkan pemikiran aneh yang melandanya karena mengamati Yerin terlalu lekat. Ia merogoh sakunya, mengambil ponselnya yang ternyata mendapat panggilan dari sang kakak yang tengah menjadi pengasuh anak sekretarisnya.
"Ne hyung?" Sapa Jungkook setelah ia menekan tombol hijau untuk menjawab panggilan Seokjin.
Terdengar suara ribut yang cukup bising menjadi backsound panggilan Seokjin. "Oh Jungkook-ah! Apa yang sedang kau lakukan sekarang?"
"Duduk menikmati matahari terbenam. Wae?" Sahut Jungkook sedikit menjauhkan ponselnya. "Hyung kenapa ribut sekali? Kau dimana?"
Seokjin tak lantas menjawab, pria itu justru sedang sibuk menjawab pertanyaan seseorang yang Jungkook yakini sedang berada didekat kakaknya tersebut. "Oh mian Jungkook-ah. Aku sedang diluar bersama Sowon dan Aerin."
"Lalu? Kenapa meneleponku?" Tanya Jungkook kesal.
"Aku tiba-tiba saja ingat kau. Sekalian, mengingatkan untuk tak lupa membawa arak beras khas Jeju yang terkenal itu." Jawab Seokjin diiringi tawa khasnya yang terdengar seperti bunyi pembersih kaca mobil.
"Aish! Menggangguku saja!" Keluh Jungkook yang langsung menutup panggilannya.
Pria itu merengut kesal pada sang kakak yang menganggu ketenangannya tadi. Ia memasukkan kembali ponsel tersebut ke sakunya, membalas pandangan penuh pertanyaan yang ternyata telah dilayangkan Yerin sejak tadi padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
Fanfiction[COMPLETED] Sang asisten baru memiliki latar belakang yang membuat Jungkook tercengang, sedikit tak percaya. Latar belakang macam apakah itu? Bisakah Jungkook menerima latar belakang asisten barunya tersebut? -24 Juli 2018-