CHAPTER 22

3.1K 71 2
                                    

Hai hai, gimana nih malming kalian, seru ya pasti, soalnya punya pacar, apalah daya author yang cuma bisa liat aja, gapapa lah, yang penting cerita author viewers nya banyak aku udah seneng kok, yuks deh,

i love you semua, happy reading and have a nice and sweet saturday night all

Disinilah Dara sekarang, Malang, tanpa ada keluarganya, tapi untung ada Ody yang selalu ada disampingnya, pengganti seorang kakak, sebuah keluarga, sekaligus seorang suami siaga untuknya juga calon bayinya. Hari ini sudah genap 5 bulan ia meninggalkan rumah, meninggalkan keluarganya, meninggalkan suaminya itu, entah masih pantas atau tidak seorang Tama itu disebut seorang Suami. Hari ini adalah jadwalnya untuk bertemu dengan dokter Satria, dokter kandungan yang menanganinya selama 5 bulan terakhir ini, ya! Saat ini kandungan Dara memang sudah menginjak usia 4 bulan. Selama itu pula Tama terus tersiksa.

Dikediaman Tama........

Tok.... Tok..... Tok.....

"assalamualaikum" ucap seseorang yang ada di balik pintu rumah Tama.

"ya waalaikumsalam, tunggu sebentar" jawab Irina dari dalam rumah.

"siapa kamu? Kenapa ada di rumah anak saya?" tanya Dewi yang masih bingung setelah melihat siapa yang membukakannya pintu ternyata bukan Dara, menantunya melainkan seorang wanita yang sedang hamil besar, dan sepertinya wajahnya juga tidak asing untuk seorang Dewi.

"siapa yang datang sayang?" tanya Tama dari dalam rumah dengan santainya serta bertelanjang dada.

"MAMA?!" gumam Tama setelah tau siapa yang datang.

"Tama, mama minta penjelasan tentang ini semua" ucap Dewi dingin.

Di ruang Keluarga Rumah Tama .

"jelaskan semua Tama, mana menantuku dan siapa dia?" tanya Dewi sambil menunjuk ke arah Irina yang duduk tak jauh dari Tama.

"Tama bisa jelaskan ma, dia Irina, mantan pacar aku, dan sekarang dia istri aku, dan untuk Dara, aku gak tau dia pergi kemana" jelas Tama.

PLAKK....

Suara tamparan menggema hampir ke seluruh ruangan tempat mereka berada, Irina sampai terkejut di buatnya, saking kerasnya tamparan Dewi ke pipi mulus sebelah kiri milik Tama, saat ini terlihat bekas kemerahan disana.

"apa yang kamu lakukan ha?, Dara itu gadis yang baik, bagaimana ini, apa yang harus mama Jelaskan pada keluarganya?" Tanya Dewi dengan frustasi, frustasi akan semua tindakan dari anak sulungnya yang selama ini ia banggakan dan bela itu.

"aku juga gak tau ma, dia pergi begitu saja dari rumah" kilah Tama, sebenarnya ia tahu pasti sebab kepergian Dara itu karna ulah bejadnya 5 bulan lalu. Mengingatnya seakan membuat nafas Tama tercekat, serta jantungnya berhenti berdetak, betapa bejadnya ia melakukan hal seperti itu pada Dara, dikatakan menyesal? Jawabnya adalah SANGAT, saat ini ia sudah mulai sadar jika ia sebenarnya mencintai Dara, bukan Irina, cintanya pada seorang Irina sudah terkubur lama dan bersamaan saat Irina memilih memutuskan hubungannya dulu, cintanya saat ini adalah Dara, Irina hanyalah sebatas obsesinya saja.

"dia gadis baik, dia tak akan pergi dari rumah jika masalah antara kalian tidak rumit(sepele), lalu ini apa, kamu menikah lagi? Tanpa persetujuan dari mama? Sebenarnya kamu masih menganggap mama ini sebagai orang tuamu atau tidak?" Tama akui jika Dara memanglah seorang gadis yang baik dan lugu, selain itu ia juga seorang istri yang berbakti, selama ini ia tak pernah mengeluhkan apapun yang ia lakukan terhadapnya. Hanya karna malam itu Tama kelewat emosi hingga membuat Dara-nya itu, apa masih pantas jika Tama menyebutnya sebagai Dara-nya, setelah apa yang ia lakukan, setelah semuanya terjadi apa Dara masih mau untuk sekedar memaafkannya, agar ia tak tetus saja dihantui rasa bersalahnya itu, ia berjanji ia akan melepaskan Dara, setelah ia mau memaafkannya, apapun keputusan Dara nanti ia akan selalu Mencintainya. Memutuskan jika pergi mungkin memanglah hal yang terbaik untuk mereka, daripada harus terkekang dan saling tidak nyaman dan saling menyakiti, lebih baik salah satu dari mereka ada yang mengalah, dan ia lah orangnya, begitulah pikir Dara saat itu.

"aku masih sepenuhnya menganggap mama sebagai orang tua aku, tapi untuk masalah Dara, aku gak tau ma, dan jika untuk Irina aku masih sangat mencintainya, jadi aku menikahinya, dan saat ini ia hamil anakku" Ucap Tama yang masih saja mengelak dan berkilah.

PLAKK..

Sekali lagi Dewi menampar pipi anak sulungnya itu, bagaimana tidak, anak yang selama ini di bela dan di banggakannya, melakukan hal seperti ini, rasa kecewa yang sangat mendalam telah dirasakannya.

"cari Dara sekarang, mama mohon, dia tanggung jawab kamu nak, dan untuk dia? Mama tidak tahu harus memperlakukannya seperti apa" mohon Dewi. Ia sudah terlampau kecewa dengan Tama, ia tak tahu harus bagaimana lagi menghadapi anaknya itu, apa yang dilakukan Tama sudah terlewat dari batas, apa yang harus ia jelaskan jika sampai keluarga Dara tahu, tentang tindakan yang dilakukan Tama.

"Tama udah coba cari beberapa bulan ini ma, tapi Dara emang gak ketemu?" ucap Tama putus asa.

Karena jujur saja, selama lima bulan ini Tama selalu mencoba untuk mencari Dara, mulai dari ke tempat-tempat yang sering dikunjunginya, sampai ke terminal dan stasiun kereta, tapi itu semua tak pernah membuahkan hasil. Putus asa, itulah perasaan Tama saat ini. Ia Sadar jika cintanya pada Dara adalah tulus, sedangkan cintanya pada hanya obsesi. Bahkan saat Rey mengatakan jika ia juga mencintai istrinya itu, bahkan saat pertama kali mereka bertemu, disana Tama merasa jika hatinya seperti di iris, perih dan terasa menusuk.

"jadi memangnya Dara sudah pergi berapa bulan Tama?" tanya Dewi dengan nada putus Asanya. Ia tak menyangka jika Dara sudah pergi Lama, tapi mengapa ia baru mengetahuinya sekarang.

"5 bulan sudah Dara meninggalkan rumah ini, ma" ucap Tama. Sebenarnya ia sangat menyesal telah melakukan itu semua, tapi itu semua telah terjadi, saat ini ia hanya bisa pasrah dan berdo'a semoga jika Dara sudah ketemu ia mau memaafkannya, dan mungkin menerimanya kembali. Tapi mungkin itu juga cuma mimpinya saja, mana mungkin orang yang sudah di sakitinya sedemikian dalam, bisa begitu saja memaafkannya, mustahil sekali bukan?.

"masya allah, mama sudah tak sanggup lagi, jika seperti ini, selesaikan secepatnya, mama tak mau tau lagi soal ini, kamu sudah dewasa, kamu seharusnya sudah bisa menyelesaikannya sendiri, kamu laki-laki kamu imam di keluarga kamu, mama harap masalah ini secepatnya selesai, tanpa keluarga Dara tau" ucap Dewi dingin sambil beranjak dari sofa ruang keluarga itu.

HOEKK... HOEKK...HOEKK....

Suara muntahan Tama membuat sang mama reflek menoleh ke arahnya, dan segera berlari menghampiri tubuh Tama yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri itu. Sedangkan Irina hanya diam di tempat duduknya, ia merasa tak memiliki hak untuk mencampuri urusan antara ibu dan anak didepannya itu. Dan juga menurutnya ini sudah maklum dan merupakan hal biasa, Tama memang sudah memeriksakan keadaan itu, tapi selalu saja dokter yang menanganinya mengatakan jika ia baik-baik saja, tapi jika dilihat-lihat dari semua gejala-gejala uang ada, Tama menunjukkan seperti gejala kehamilan. Tapi menurut Dokter yang menanganinya, apabila seorang calon ayah mengalaminya, maka sang calon ibu tidak akan mengalaminya, tapi ini tidak, Irina juga mengalaminya saat trimester pertama kehamilannya, jadi siapa yang hamil selain Irina? Apa Dara juga? Entah.

"kamu kenapa Tama?" tanya Dewi khawatir.

"ehmm, aku gak apa-apa kok ma, udah biasa juga" kilah Tama, karna ini memang sudah rutinitasnya hampir 4 bulan ini ia selalu seperti ini, ia juga mengalami mood swing layaknya seorang ibu hamil, tak lupa ngidam juga ia rasakan, seperti minggu lalu, ia terbangun saat jam 2 dini hari dan menginginkan sebuah es campur. Aneh memang, tapi entahlah mungkin itu pengaruh kehamilan dari Irina.

"maksud kamu?" tanya Dewi bingung, karna tak biasanya Tama seperti ini.

"udah empat bulan ini Tama kayak gini" jelas Tama, ia sebenarnya juga bingung, entahlah.

"empat bulan? Kamu udah periksa?" tanya Dewi memastikan, takut saja jika Tama ternyata mengidap suatu penyakit yang serius.

"udah ma, beberapa kali malahan, dan hasilnya sama aja, aku sehat" jawab Tama.

"yaudah kamu istirahat gih" saran Dewi.

TBC, love you gaes, supportnya terus ya, ingat! Semua karya pasti ada pro dan kontranya, DON'T BREAK IF YOU TIRED, BREAK WHEN YOU DONE. 😊💪💪, MAAF KALO ada typo, silahkan vote dan komennya ya

NIKAH MUDA?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang