CHAPTER 33

3.2K 84 40
                                    

Hai haii ketemu lagi nih

"KENAPA? kenapa kamu tidak bisa melepaskan aku kak? Aku sudah tak berguna, kau bahkan sudah memiliki istri yang lain, lalu untuk apa kau masih mempertahankan aku?" tanya Dara dengan tatapan nyalang kearah Tama, bahkan sangat bisa Tama lihat jika Dara bergetar mengucapkan itu air matanya telah mengalir deras menghiasi mata indah yang menjadi favorit Tama.
.
.
.
.
.
.
.
.
"dengarkan aku, tanpa aku sadari, aku kacau Ra saat kamu memutuskan untuk pergi, memang penyesalan datang di akhir, di saat kamu tak ada lagi di samping ku, aku baru merasa kan semua nya, aku tak sanggup, berbulan bulan aku mencari kamu, dan ternyata kamu disini, aku sangat senang mendengar jika kamu ditemukan, kamu sehat, dan tentunya kamu bahagia, ketahuilah jika aku sudah jatuh sejatuh jatuhnya padamu" ucap Tama panjang lebar sambil merengkuh kembali tubuh kecil Dara yang begitu ia rindukan, disana Tama sangat merasakan jika tubuh Dara begitu bergetar, ia yakin jika Dara sedang menangis sesenggukan di dadanya saat ini, berbeda dengan tadi saat pertama kali di dekap Tama Dara mencoba berontak saat ini ia malah terus menangis meluapkan semua perasaan yang selama ini di pendam nya seorang diri. Beberapa menit kemudian tubuh Dara mulai melemah dan akhirnya luruh ke lantai, Tama yang merasakan itu pun segera mendekapan tubuh mungil nya itu, saat mencoba melihat ke arah bawah tubuh mereka Tama di kejutkan atas genangan darah yang mengalir dari kedua kaki Dara, saat melihat wajah Dara, disana Tama menemukan jika wanitanya itu tengah tak sadar kan diri dengan bibir yang hampir membiru juga wajah yang pucat serta bola mata yang hampir menghitam, seketika itu juga Tama menjadi panik.
"Ra...., Ra....., Dara, kamu kenapa sayang, Ra bangun" ucap Tama panik sambil menepuk lembut pipi Dara.

Tanpa menunggu lama Tama pun segera menggendong tubuh Dara masuk ke mobil nya. Sesampainya di rumah sakit Dara segera di bawa ke ruang UGD.

"CEPAT tolong istri saya sus, saya gak mau kehilangan dia" ucap Tama panik kepada salah satu perawat.

"iya pak, bapak sabar saja, kami akan bekerja semaksimal mungkin untuk menyelamatkan pasien, sebaiknya bapak tunggu disini saja, dan terus berdoa jika pasien akan bisa baik baik saja" ucap perawat itu pada Tama.

Hampir satu jam berlalu, tapi pihak medis tidak ada satupun yang menemui Tama, setelah hampir dua jam berlalu akhirnya dokter pun keluar dari dalam ruang UGD.

"keluarga dari nyonya Andara?" tanya seorang dokter yang baru saja keluar dari ruang UGD.

"saya dok" ucap Tama.

"anda siapa nya pak" tanya dokter itu.

"saya suami nya" ucap Tama mantap

"mari ikut ke ruangan saya pak" ajak dokter itu.

Diruangan......

"bagaimana, bagaimana keadaan istri saya Dok?" tanya Tama tanpa basa basi.

"alhamdulillah, nyonya Dara telah melewati masa kritisnya satu jam lalu" ucap dokter itu.

"alhamdulillah" ucap Tama lega.

"tapi saya hanya ingin berpesan jika bapak harus menjaga nyonya Dara lebih ketat lagi, dan sebisa mungkin untuk terus membuat nya bebas dari tekanan" saran dokter.

"iya dok" jawab Tama.

"syukur lah janin dari nyonya Dara termasuk janin yang kuat, ia masih mampu bertahan padahal pendarahan nyonya Dara termasuk pendarahan yang hampir parah, jika saja tadi bapak terlambat membawa nyonya Dara kesini, mungkin janin nya juga ibu nya rawan sekali tidak bisa di selamat kan" ucap dokter itu lagi.

"terima kasih dok, apa saya bisa menemui nya sekarang?" tanya Tama sambil menjabat tangan dokter yang telah menangani Dara itu.

"silahkan pak, dan sama sama" ucap dokter itu sambil menerima jabat tangan Tama

Saat memasuki ruangan Dara, air mata Tama sudah tak bisa lagi di bendung. Tangis Tama pecah seketika, melihat Dara yang dulu ia sakiti saat ini tengah terbaring lemah tak berdaya, dan itu juga karna nya lagi.

"maaf aku Ra, aku memang gak pantes sama kamu, karna aku kamu seperti ini, kamu sangat baik, sangat sabar, maaf kan aku selama ini Ra, aku gak sanggup melihat kamu seperti ini, ayo dong Ra sadar" ucap Tama frustrasi.

"maaf kan ayah nak, karna sudah menyakiti ibu kamu, ayah harap ibu kamu bisa mengajarkan hal yang baik, agar kamu tak menjadi lelaki seperti ayah, dan yang paling penting, ayah harap saat kamu besar nanti, saat kamu telah mengetahui segalanya kamu tidak akan membenci ayah atas semua yang telah ayah lakukan" ucap Tama sambil mengusap lembut dan mengecup permukaan perut Dara yang sudah terlihat membuncit.

Sudah dua jam berlalu, tapi Dara tak kunjung sadar, Tama semakin kalut. Sampai akhirnya ia tertidur sambil terus memegang telapak tangan Dara.

"enghh...kak, kak Tama bangun" ucap Dara sambil menggucang guncang tubuh Tama yang sedang tertidur dengan bersandar di brankar

"Ra, kamu udah sadar, maafin aku ya, atas semua yang udah aku lakuin selama ini" jawab Tama terkejut karna Dara yang sudah sadar.

"anak aku?" tanya Dara khawatir, karna seingat nya ia tadi tengah mengalami pendarahan.

"anak kita baik baik aja kok" ucap Tama, betapa senang nya hati Dara saat Tama mengatakan jika anak yang tengah di kandung nya itu dengan sebutan anak Kita

"jadi kakak udah tau kalo aku lagi hamil?" tanya Dara memastikan jika Tama memang telah mengetahui jika ia sedang mengandung buah hati mereka.

"iya, pasti dia anak aku kan Ra?" tanya Tama memastikan jika anak yang sedang di kandung Dara adalah anak nya.

"sayang nya bukan, dia anak aku sama kak Ody" ucap Dara dengan santai nya, nak maafin bunda ya, sudah tak mengakui jika kamu anak dari ayah kamu, ucap bathin Dara teriris.

"APA?!, jadi dia bukan anak aku?" tanya Tama dengan nada tinggi khas nya itu.

"bukan kak, jadi tolong lepasin aku detik ini juga" ucap Dara lantang menyuarakan jika anak yang di kandung nya bukan lah anak dari Tama, suami nya itu.

"oke kalo itu memang mau kamu, aku Pramudityo Adyatama dengan ini menalak istriku sendiri Valerrie Andara detik ini juga kita resmi bercerai secara agama" ucap Tama lantang, betapa remuk hati Dara mendengar kata sakral yang keluar dari mulut suami nya sendiri itu, bahkan di saat ia sedang mengandung buah hati mereka yang pertama.

"terima kasih, sekarang kakak bisa kembali" ucap Dara mempersilahkan Tama untuk segera keluar dari ruang rawat nya, karna ia takut, ia sangat takut apabila ia akan berubah pikiran dan malah bertindak bodoh, ia sudah cukup bodoh dulu, sekarang tidak akan lagi ada kebodohan kebodohan lain, ia juga sudah tak bisa membendung air mata nya itu.

"aku pamit Ra, untuk surat cerai resmi nya, biar aku yang urus, nanti aku kirim ke alamat kamu" ucap Tama lirih sambil berjalan menuju pintu keluar ruang rawat Dara itu.

"terima kasih semoga kakak bahagia dengan kak Irina juga anak kalian, maaf karna telah mengecewakanmu kak" ucap Dara lirih, sambil terus menahan aliran air mata nya itu untuk keluar.

Tbc. Author masih PAT, jadi sorry gabisa on di wattpad, yang mau kritik silahkan komen di sini atau kontak author aja 081336143538 see you for next chapt......

NIKAH MUDA?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang