CHAPTER 23

3K 68 1
                                    

Hai hai ketemu lagi, maaf kalo pendek ya, aku cinta kalian, tapi aku usahain update tiap 2 hari sekali.
.
.
.
.
.
.
.
"ehmm, aku gak apa-apa kok ma, udah biasa juga" kilah Tama, karna ini memang sudah rutinitasnya hampir 4 bulan ini ia selalu seperti ini, ia juga mengalami mood swing layaknya seorang ibu hamil, tak lupa ngidam juga ia rasakan, seperti minggu lalu, ia terbangun saat jam 2 dini hari dan menginginkan sebuah es campur. Aneh memang, tapi entahlah mungkin itu pengaruh kehamilan dari Irina.

"maksud kamu?" tanya Dewi bingung, karna tak biasanya Tama seperti ini.

"udah empat bulan ini Tama kayak gini" jelas Tama, ia sebenarnya juga bingung, entahlah.

"empat bulan? Kamu udah periksa?" tanya Dewi memastikan, takut saja jika Tama ternyata mengidap suatu penyakit yang serius.

"udah ma, beberapa kali malahan, dan hasilnya sama aja, aku sehat" jawab Tama.

"yaudah kamu istirahat gih" saran Dewi.

DITEMPAT DARA.

"bayinya sehat Ra, kamu yang banyak istirahat ya, jangan paksain kalo terlalu berat dan capek, ini vitaminnya diminum sampe abis ya" ucap Dokter Satria. Sambil membantu Dara turun dari ranjang pemeriksaannya itu.

"makasih ya, oh iya tadi kan di USG, bisa aku minta fotonya" ucap Dara tulus, dan meminta foto USG nya pada Satria.

"bisa tunggu sebentar ya, biar aku ambilkan" ucap Dokter Satria. Sambil berjalan meninggalkan Dara.

"terima kasih" ucap Dara tulus. Sambil menerima foto USG anaknya itu.

"ehm... Sama-sama, Ra, kamu pulang sendiri? Biasanya kamu diantar Ody?" ucap Satria sambil menanyakan apa Dara pulang sendiri kalau iya, ia akan dengan senang hati mengantarkannya pulang.

"oh kak Ody, dia sibuk, jadi aku berangkat kesini sendiri" jawab Dara.

"apa boleh aku mengantarkan kamu pulang?" tanya Satria.

"apa tidak merepotkan?" tanya Dara memastikan

"tidak lah, jam kerja ku sebenarnya sudah selesai satu jam yang lalu, tapi aku melihatmu, jadi aku masuk lagi, dan memeriksamu" ucap Satria.

"oh begitukah, jadi apa tidak merepotkan?" tanya Dara sekali lagi.

"tidak, mari" jawab Satria sekali lagi, dan segera mengajak Dara masuk ke mobilnya itu.

Setelah sampai di depan rumah Dara, dokter Satria segera membukakan pintu untuk Dara.

"terima kasih dokter Satria, sebenarnya itu tak perlu" ucap Dara tak enak hati atas perlakuan dari Satria itu.

"sama-sama, dan tidak perlu memanggilku dokter jika di luar rumah sakit, panggil Satria saja, atau terserah kamu" ucap Satria, dan menyuruh Dara untuk tidak memanggilnya dokter jika di luar lingkungan rumah sakit.

"makasih mas Satria" ucap Dara yang memutuskan untuk memanggil Satria dengan embel-embel Mas, karna dilihat dari umurnya, satria memang jauh di atas Dara, usianya saat ini kira-kira 28 atau 29 seumuran dengan koko Velix nya.

"m... Mas? Satria, kenapa kamu memanggilku mas?" tanya Satria karna bingung, tak biasanya orang lain memanggil nya seperti itu, apa ia saja yang sudah keleper? Ah entahlah.

"ya karna kamu orang Malang, bukankah sebutan kakak di bahasa jawa jadi Mas ya?" jelas Dara, dia memanggil Satria dengan embel-embel mas ya karna Satria berasal dari Malang, bukan untuk bermaksud lainnya. Tapi mungkin Satria yang mengartikannya berbeda dengan jalan pemikirannya.

"hehehhe iya, terserahmu lah" tawa Satria malu, karna sudah keleper pada Dara yang terang-terang sudah hamil anak suaminya itu. Tapi mau bagaimana lagi, Satria memang sudah keleper, baper dan mulai mencintai Dara termasuk anak dari suaminya itu, apapun yang terjadi Satria akan tetap mencintainya, Dara sosok perempuan tangguh yang hidup sendiri di Malang, bahkan untuk memenuhi kebutuhannya saja Dara rela menjadi guru les untuk anak SD-SMA. Selama ini aku belum tau juga nama lengkap Dara, ia selalu berkata jika itu tak penting jika sudah waktunya semua juga akan tau sendiri siapa dia.

"hehehh okelah, apa mas mau mampir barang sebentar?" tanya Dara, menyadarkan lamunan Satria barusan.

"hemm lain waktu saja ya, aku akan berkunjung" tolak Satria halus, karna merasa tak enak jika harus berkunjung di jam segini, karna saat ini jam ditangannya sudah menunjukkan pukul 5 sore, sudah hampir masuk waktu magrib, dan ia masih mau mampir, sangat tidak etis bukan.

"oh baiklah kalo seperti itu" pasrah Dara.

"aku pulang dulu ya Ra, jaga kandunganmu, lakukan semua saran dariku" ucap Satria.

"iya mas" jawab Dara.

"aku pulang dulu ya, assalamualaikum" salam Satria.

"waalaikumsallam Mas Satria" jawab Dara.

Setelah melihat mobil Satria yang mulai tak terlihat lagi Di jalan Dara pun memutuskan untuk masuk kerumah kecil sederhananya itu, rumah yang ia beli dari uang yang ada di rekeningnya.

Saat masuk ia pun segera duduk di sofa yang ada di depan TV, dan memutuskan melihat-lihat social medianya dulu, karna selama di Malang Dara tak pernah mengaktifkan smartphone nya, ia selalu memakai handphone yang hanya bisa untuk menelepon dan mengirim sms saja, entah mengapa ia sekarang sangat merasa rindu berat pada kokonya itu. Saat ia mengaktifkan smartphone nya itu, disana terlihat di screenlocknya ada koko serta ia yang sedang tertawa lebar, ia mengingat kejadian itu, foto itu di ambil saat mereka sekeluarga pergi berlibur ke Bandung 3 bulan sebelum ia mengalami kecelakaan dan perjodohan laknat itu.

"koko, Dara kangen ko, koko gak kangen dara ya?" ucap Dara sendiri sambil tersenyum getir dan air matanya meleleh.

"ko, sebentar lagi koko bakal punya keponakan yang lucu" ucap dara ber monolog sambil menangis.

"Dara juga belum tau dia cewek apa cowok, soalnya setiap kali di USG dia selalu sembunyi ko"

"mungkin dia mau beri kejutan buat bunda sama Om nya ya" ucap Dara sambil mengusap perutnya yang mulai membesar.

Setelah melihat screenlock dari smartphonenya itu, Dara segera membuka galeri fotonya di sana, terlihat foto dari ayah, ibun, koko dan ia saat foto keluarga, ada juga saat mereka sedang berlibur, terlihat sangat bahagia bukan? Dan saat ini ia sangat merindukan mereka, KELUARGANYA.

"ayah, ibun, sebentar lagi kalian bakal jadi kakek sama nenek, Dara sekarang lagi hamil bun, Dara juga gak tau dia laki-laki atau perempuan, yang penting sehat aja" ucap Dara sambil mengusap foto keluarganya.

"gak kerasa ya, kalo ibun sama ayah udah mau dipanggil kakek sama nenek, berarti kalian udah tua ya" ucap Dara sambil tertawa getir.

"Dara juga bakal jadi seorang ibu, sama kayak ibun; Dara sekarang udah bukan gadis kecil manjanya kalian, karna Dara sekarang udah mau jadi bundanya dia" ucap Dara sambil mengusap perutnya serta air matanya yang sudah tak terbendung lagi itu.

"dia gak pernah repotin Dara kok bun, dia baik, dia selalu ngertiin bundanya, dia gak pernah minta yang aneh-aneh kok sama Dara, dia anak yang pengertian banget, dia peka banget lo ko, gak kayak koko di kode keras masih gak peka aja" curhat Dara sambil menatap foto keluarganya itu dan mengelus lembut perut besarnya.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, Dara merasa sangat lapar, karna tadi siang ia tak masak makan malam, jadi malam ini ia memutuskan untuk membeli makanan di pinggir jalan, rutinitas ini sudah ia jalani sejak 4 bulan yang lalu, ia tak akan mungkin hidup seperti dulu saat ia ada yang melayani di rumahnya. Ia harus belajar menabung, dan berhemat demi terus makan makanan yang layak untuknya dan anaknya, demi membeli susu untuk ibu hamil Dara harus tidak makan dengan lauk yang layak untuk ibu hamil.

TBC......
Aku sayang kalian, jangan luoa vote dan komennya, jangan jadi siders kalo bisa ya, maaf kalo ada typo, have a nice day everyone. 😘😘😘

NIKAH MUDA?? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang