Part 6: Kesurupan

3K 210 4
                                    

Seusai sholat, mereka melakukan rutinitas seperti biasa. Memasak makan malam,nonton diruang tengah, dan makan makan makan. Willy dan Riza sudah membeli stok makanan dan cemilan agar tidak ada kejadian seperti kemaren. Semua sudah cukup tersedia untuk mereka. Namun, Willy meyarankan agar stok makanan tidak di simpan sembarangan. Karena mereka tahu si rakus, Vincent akan menghabiskannya. Tiap santapan yang disantapnya habis, maka ia akan mengacak-acak dapur hingga saat yang lain ingin mengambil sudah tinggal bungkusnya saja.

"Aduhh, cemilan gue habis nih. Gue ambil dulu ahh,"ucap Vin sambil menuju dapur.

Will,Riza,Iti,Ana saling bertatap mata dan menahan tawa. Vincent yang melihat itu kebingungan.

"Apaan sih?"

"Gapapa."

Sampailah anak Tuan Clayton itu di dapur. Dia segera membuka lemari yang ada di dapur. Yang ia lihat hanyalah debu. Ia membuka kulkas. Hanya ada air putih.

"Woii makanan mana?" teriak Vin dari dapur. Teriakannya terdengar menggema.

"Udah kita habisin," Iti membalasnya dengan teriakan.

Lalu Vin datang menuju ruang tengah. Dengan kesalnya remaja blasteran itu berkata,

"Rakus banget sih lu pada. Makan tuh bagi-bagi. Jangan mikirin perut sendiri," ucapnya kesal.

"Bacot lo bocah. Lo pikir kita gak pernah sengsara gara-gara makanan yang lo habisin untuk perut lo sendiri, ha?" jawab Iti kesal

"Ya udah, gue pergi ke warung aja," ucap Vincent kesal.

"Halah sok berani lo. Ntar juga minta temenin lagi." sindir Iti.

"Gak ada anjer. Gue gak penakut."

"Ahh udah, kalian ini gak pernah akur! Lo Vincent, jangan sok berani. Lo mau kejadian lagi kaya semalem? Gakkan! Yaudah nih makan snack gue," ucap Will agar keduanya kembali tenang.

Vincent pun mengambil makanan itu sambil tersenyum malu menatap Iti. Iti hanya menjelingkan anak itu.

Bila bom nuklir diledakkan akan musnah kehidupan dibumi

"Adohhh berisik," Iti marah karena Vincent menyetel lagu yang tidak enak didengar mereka semua.

"Ya suka-suka gue lah. Kok lo yang bacot"

"Lo ini aneh ya Vin. Muka-muka bule sukanya lagu yang kaya gitu. Emang lo pikir bagus bener tuh lagu," jawab Iti kesal.

Tiba-tiba hp Vin mati.

"Yahh abis batre."

"Mampus lo. Makanya jangan banyak gaya," kata Iti sambil terkekeh.

"Ahhh berisik! Bisa gak sehari aja jangan jadi tom and jerry?" Ana teriak.

"Jangan ngegas anjay!" Vincent kesal.

Ana yang biasanya akan nangis mendengar kata-kata itu, kali ini hanya tenang dan senyum-senyum sendiri. Ternyata perempuan itu sedang berbalas pesan dengan sang pujaan hati, Aril.

Tak lama kemudian lampu padam. Tak ada lampu cas, apalagi genset. Yang bisa mereka andalkan hanyalah empat buah pelita tua dan senter di hp mereka. Seram melanda Ana, Iti, dan Vin. Mereka sungguh takut. Biasa saja. Itu yang ada dipikiran Riza dan Will.

"Guys gue pengen cerita nih," kata Vin dengan nada kaku.

"Ya cerita aja sih. Mati lampu gini serunya cerita."

"Tapi ini serem dan gue alami sendiri."

"Ahh gapapa," jawab Riza santai.

"Noooo! Gue gak mau."

"Ada aku loh beb," kata Ana sambil memeluk Iti.

"Lanjutin," tambahnya.

"Jadi guys. Tadi pas gue ke saung. Bokap sama nyokap gue nelpon. Dia nanya-nanya deh gimana gue disini. Karena ada urusan jadi bokap gue matiin vidcall nya duluan. Jadi tinggal gue sama nyokap gue. Terus..."

"Terus apa?" tanya Will penasaran.

"Terus... Nyokap gue bilang, ada cewe mukanya hitam berdiri dibelakang gue. Terus gue cek gak ada apa-apa. Tiba-tiba vidcall gue sama nyokap gue kek hilang sinyal gitu. Lalu gue biarin aja. Terus gue coba liat kebelekang lagi ternyata emang bener ada cewe baju putih robek agak hitam gitu. Gosong. Itu persis sama yang waktu itu buat gue, Iti, dan Ana lama pingsannya. Terus dia kaya..."

"Stoppp. Vin, jangan diterusin. Gue ngerasa kehadiran wanita itu disini," ucap Will.

Tak lama, Iti pingsan dipelukan Ana.

"Woii Iti woii," jerit Ana histeris

"Kenapa dia," tanya Vin.

"Gue gak tahu."

"Cepet lo pada kerumah nenek, minta tolong," suruh Ana.

Riza pun langsung segera menuju rumah nenek dengan berlari.

tok tok tok

"Assalamualaikum, nek, nekk," kata Riza sambil mengetuk pintu.

"Waalaikumsalam, kenapa cu? Ada apa? Kenapa panik?"

"Nek, Iti pingsan."

Belum sempat nenek bertanya mengapa Iti pingsan tiba tiba.

"Arghhh!!" Ana menjerit histeris.

Tanpa basa basi nenek dan Riza segera menuju ke Penginapan. Betapa kagetnya mereka ketika semua terlihat berantakan dan Ana menangis karena tangannya melepuh.

"Nenekk!!" Ana langsung memeluk nenek seolah ingin mengadu namun tak dapat berkata apa-apa.

"Ada apa ini, Will?" tanya nenek.

"Nekk, Willy tidak tahu pasti. Tapi itu bukan Iti. Dia kesurupan."

"AHAHAHA," arwah yang ada ditubuh Iti tertawa.

"Keluar dari tubuh gadis ini! Atau kau akan merasa kesakitan!" nada nenek seperti menantang arwah yang ada di tubuh Iti.

"Ahaha, aku Mar... ARGHHHHH!!" arwah yang ada ditubuh Iti teriak kesakitan saat nenek membaca ayat ayat suci.

Tak lama Iti pingsan dan tersadar kembali.

"Cu, apa yang sebenarnya terjadi?"

"Iya, Ti ada apa?"

"Jadi, saat Vin bercerita. Aku hanya memejamkan mata. Lama kelamaan, suara Vin menjadi samar dan aku mendengar suara minta tolong. Aku seolah terpisah dari ragaku. Makanya aku terlihat pingsan. Tiba-tiba, ada wanita bertubuh hitam dan masuk ke ragaku dan saat wanita itu masuk ke tubuhku, aku hanya bisa diam dan berbicara pada tiga orang. Mereka berkata kalau mereka adalah korban wanita itu. Yang namanya tidak boleh dipanggil tiga kali. Dan mereka bilang mereka adalah teman kakek Denis, ayahnya nenek. Apakah itu benar,nek?" tanya Iti.

"Ha! Kakek Denis yang tadi pagi itu kan, Will?" tanya Riza pada Willy.

"Hmm."

"Iya cu, itu benar. Kakek Denis adalah ayah nenek. Beliau sudah hidup seratus tahun lebih dan sudah tahu bahkan menjadi saksi mengapa pantangan itu sangat dilarang. Nenek anaknya pun tak tahu siapa nama wanita itu. Apakah Iti tahu siapa nama wanita itu?"

"Ya, nek. Iti tahu. Tapi mereka melarang Iti untuk menyebutnya karena jika Iti atau salah satu dari kita bahkan semua dari kita menyebut namanya tiga kali. Maka nasib kita akan sama seperti mereka," ucap Iti dengan nada ketakutan.

"Ya sudah Iti istirahat ya. Kalau butuh apa-apa nenek ada diruang tengah."

Bagi kami nenek seperti keluarga, selalu ada disaat kami susah dan senang. Banyak pelajaran yang nenek ajarkan kepada kami. Agar kami lebih mandiri dan jadi orang yang baik. Walaupun belum sampai seminggu kami disini, tapi banyak pembelajaran.

Jangan Panggil Namanya Tiga KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang