Part 4: Ini Semua Karena Vin

4.1K 255 11
                                    

Malam yang sunyi dan dingin membuat bulu kuduk mereka berdiri. Mereka berada di ruang tengah sambil menonton film komedi sambil menikmati makanan yang mereka masak bersama. Ya, mereka suka membuat makanan bersama. Mereka menyebutnya 'masakan persahabatan'. Mereka tertawa cengengesan tanpa ada rasa takut. Tak lama Willy mengambil remote dan memindahkan saluran tv. Dipilihnya film horor.

"Wil! Serem ahh. Pindahin!"bentak Ana.

Willy murung dan tidak membalas kata-kata Ana. Ia memojok sambil menggunakan headset mendengarkan lagu favoritnya.

"Aduhh gue masih laper, coba aja ada mama,papa,bibi disini. Bakal tersedia semua,"ucap Vincent manja seolah memberi kode agar diberi makanan lagi.

Ternyata Willy mendengar itu. Sengaja tak dibesarkan volume lagu yang didengarnya.

"Ahh dasar lo anak manja, lo harus lebih dewasa, gue ngajak kalian kesini biar kalian bisa mandiri bukan makin manja."

Vincent yang mendengar itu, kesal. Ia melompat dari sofa yang ia duduki sambil berjalan menuju dapur dengan menghentakkan kaki. Dan berkata

"Bacot lo, kaya ngak pernah manja aja."

"Santai bor," kata Willy santai.

Dapur cukup jauh dari ruang tengah. Walaupun takut, Vincent tetap menuju dapur karena rasa laparnya sudah tak tertahankan. Sesampainya didapur Vincent mengambil sebungkus mi instan dan sebutir telur. Ia merebus air. Pandangannya tertuju pada jendela yang belum tertutup. Ia hendak menutup jendela tersebut namun matanya terpaku pada dua remaja yang menyeramkan. Warna tubuhnya hitam seperti habis terbakar.

Prakk!!

"Ehh Vinn,kok melamun sih?" Iti berbicara sambil menepuk pundak Vincent.

"Ini juga jendela ga ditutup," tambahnya.

"Sakit geblek, ini juga gue mau nutup"

"Ahh telat lu, apa sih yang lo liat"

"gak, gue gak liat apa-apa tuh," ucapnya sambil berkeringat.

"Iti! Gak lucu sumpah. Ini kenapa lo matiin kompornya?!" teriak Vincent.

"Apaan sih, Vin. Orang itu udah mati dari tadi ihhh. Habis kali gas nya"

"Ahhh, ya udah lo beli gas sana"

"Enak banget hidup lo dasar manja. Urusan perut lo kok gue yang harus pusing. Beli sendiri aja sana. Atau jangan jangan lo takut ya?"

"Ya ngaklah. Gue cuma males aja. Ahh ya udah, bacot"

"Elah, bukannya dia yang bacot dari tadi,sedeng"

Dengan berat hati Vincent membeli gas. Ana dan Iti yang bosan dirumah pun memutuskan untuk menemani si manja Vincent. Karena mereka tau Vincent tidak mungkin berani pergi sendiri apalagi pada malam hari. Willy memutuskan untuk tinggal dirumah karena sudah terlalu ngantuk dan sedang membereskan kamar sekaligus membersihkan rumah. Sedangkan Riza. Ditonton oleh tv.

"Beli gas dimana?"tanya Vincent kesal sambil memegang gas ditangan kanannya.

"Dimana aja boleh," kata Ana.

"Ahh udah. Gue juga gak perlu lu pada. Kan ada nenek. Lo juga gak tau apa-apa tentang Dusun ini,"ucapnya sambil melangkahkan kaki keluar dengan penuh keraguan. Baru beberapa langkah menuju rumah nenek ia berbalik badan.

"Iti, Ana temenin gue yuk," panggilnya.

"Adudu katanya berani, katanya jagoan kok minta ditemenin," kata Iti sambil terkekeh.

"Gue emang berani, cuma gue bosan kalau sendiri ga ada temen ngomong," seribu satu kata terlontar agar dapat menutupi rasa takutnya.

"Ahh udah jangan banyak alasan, ayo beb," dia menarik tangan Ana yang tengah mengancing jaketnya.

Jangan Panggil Namanya Tiga KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang