Sesampainya ia dikamar, ia langsung menceritakan apa yang ia alami dan ia lihat. Riza yang mendengar cerita itu pun kaget sekaligus heran. Ia kaget kenapa ada sesajen dan ia heran kenapa ada masalah baru lagi. Ia merasa ada sesuatu yang berkaitan dengan pingsannya Vin. Namun Riza dengan percaya diri ia berkata,
"Gue capek tau gak? Ini ni seolah ga ada habisnya!" kata Riza dengan lemas bercampur kesal.
"Hmm, gue rasa kita perlu buat penyelidikan?!" Will mengajaknya dengan teramat sangat.
"APA? LO GILA!! Kita ini udah mau masuk sekolah! Lagian gue gak mau nyari masalah baru yang pasti akan mengorbankan lo semua. Gue putuskan malam ini kita harus pulang tanpa sepengetahuan wanita tua itu!" kata Riza.
Mereka berdua keluar dan melakukan apa yang mereka bicarakan.
-//-
"Will, kita harus berbagi tugas! Lo, pertama lo awasi nenek itu dan lihat apakah dia sudah tidur atau belum. Sementara itu gue bakal ngebangunin supir gue dan jika nenek itu udah bener-bener lo pastiin tidur, lo bangunin Ana sama Iti dan gue nyuruh supir gue ngangkat Vin dan kita pergi menghindar dari masalah baru ini! " ucapnya dengan tegas.
"Lo yakin mau pulang?" Willy berkata.
"Iya! Kita harus!" Jawab Riza dengan tegas.
Mereka pun keluar dan langsung melakukan apa yang mereka bicarakan. Dengan langkah ragu-ragu mereka berjalan. Riza pun tampak sudah memasuki kamar tempat supirnya dan berusaha membangunkan supirnya itu,
"Omm.. Bangun omm. Omm..!" kata Riza berbisik.
"Ada apa den?"
"Sttt... Jangan berisik om, pokoknya kita harus keluar dari rumah ini malam ini juga!"
"Tapi kenapa den?"
"Udah om jangan banyak tanya! Sekarang bawa Vin ke mobil dan aku sama yang lain bakal nyusul."
"Siap!!"
Disisi lain, Will mengintip kamar nenek itu yang cukup jauh dari kamarnya. Namun, masih terlihat dari kamar tempatnya tidur itu. Diintipnya kaca jendela kamar nenek,diitarinya dari kanan kekiri dan nenek sedang duduk didepan cermin dan tampak membelakanginya. Ia pun langsung berbalik menuju tembok agar tak terlihat oleh nenek itu dan segera memberi aba-aba pada Vin untuk sesegera mungkin pergi dan ia membangunkan Ana serta Iti. Setelah Ana dan Iti bangun, mereka segera beranjak ke mobil yang sudah ada Vin, supir Riza, dan Riza. Tak lupa pula mereka menaiki barang bawaan mereka,
"Buruan omm!!" teriak Riza.
Ditancapnya gas mobil itu dan segera mereka pergi.
"Ini ada apaan sih?" tanya Iti.
"Ceritanya panjang. Yang paling penting kita keluar dari tempat aneh ini!" kata Riza dengan tegas.
"Tapi Vin gimana? Orangtuanya gimana?" Ana bertanya.
"Udahh itu gampang semuanya. Intinya menjauh!!"
Perjalanan mereka rasanya sungguh panjang. Namun bagaimana lagi, daripada mereka harus bertahan dirumah yang akan menjadi biang masalah bagi mereka. Lebih baik mereka pergi.
Riza masih terbangun saat itu. Tepat pukul 02.15. Temannya yang lain sudah terlelap. Ana dan Iti duduk paling belakang sementara Will dan Vin duduk ditengah. Ia masih belum sadarkan diri sama sekali. Entah apa yang terjadi pada anak itu.
-//-
"Aku dimana?! Riza? Will? Iti? Ana? Dimana kalian!"
"Disini dingin sekali! Aku harus mecari tempat hangat!"
Tak lama dari itu dilihatnya wanita yang melambaikannya dari jauh. Lalu dikejarnya hingga ia pingsan karena suhu yang tak mampu ditahan badannya lagi.
"Sudah bangun nak?" kata wanita paruh baya yang asing dimatanya.
"Ss...siapa kamu?" kata anak tuan Clayton itu.
"Tenanglah nak. Aku melihatmu pingsan lalu aku membawamu kemari. Minumlah ini," wanita itu lalu menyodorkan teh hangat pada Vincent.
"Siapa namamu bu?"
"Kenalkan. Aku Mardiana."
"Mm...mardiana?" Vincent sangat gemetar saat mendengarnya.
Lalu tak lama kemudian terdengar keributan didepan rumah wanita itu.
"Heii wanita iblis keluarlah kau! Atau kami akan menyeretmu!"
Keluarlah wanita paruh baya itu dan ia terlihat pucat namun dapat berkata,
"Apa ini? Apa salahku?"
"Kau sudah melakukan pesugihan dan melakukan tumbal! Oleh karena itu kau harus dibakar karena telah mencemari nama kampung ini!"
"Apa? Siapa yang berkata seperti itu? Apakah kau?!" ditunjuknya wanita yang sekiranya telah melakukan fitnah ini.
"Aku pernah melihat wanita itu. Tapi dimana?" tanya Vin dalam hati.
"Sudah kau tak perlu tahu siapa yang memberi tahu kami! Kami ingin kau musnah!" warga semakin naik darah dan tak dapat menahan diri hingga dibawalah wanita itu dan dibakar dalam keadaan hidup.
"Apakah ini cerita teror kampung ini?" Vin bertanya dalam hati.
"Apakah aku tak terlihat oleh mereka? Tapi kenapa Mardiana bisa melihatku?" pertanyaan yang muncul dari pikirannya pun semakin kritis.
Vin melihat warga yang bubar meninggalkan jasad wanita yang belum seutuhnya hangus.
Namun, ada sesuatu yang membuatnya kaget. Jasad wanita tersebut diseret oleh wanita yang tidak jauh beda umurnya sambil wanita itu tertawa. Diikutinya Mardiana dengan wanita itu. Dilihatnya lagi sebuah rumah yang cukup luas dengan suasana yang tidak mengenakkan. Dingin, itulah yang dirasakan, bau kemenyan yang ada disekitarnya serta asap asap dari sajen sajen yang terletak dibawah pohon beringin besar.
"Untuk apa ini?" benak Vin bertanya.
Vin pun mengintip wanita tersebut menggali lubang didekat pohon beringin tersebut dan dimasukkannya Mardiana kedalam lubang tersebut.
"HAHAHA, kau wanita yang bodoh! sungguh bodoh! Wanita mana yang suka merebut kebahagiaan orang lain !" wanita itu tertawa namun tersedu sedu.
"Kau merebut Jeremy Clayton dariku bodoh! Kau merampas segalanya. Memang pantas kau mendapatkan ini. Omonganku tak pernah bisa di tangkal sayang!"
Jeremy Clayton?
Vin seperti Tak asing dengan nama itu, ditambah lagi ada nama Clayton dibelakangnya membuatnya semakin penasaran dengan ini semua.
"Tapi sayang, kini kau hanya akan menjadi boneka ku! Keturunanmu tak akan selamat bila datang ke Kampung ini. Kaulah yang akan membantu ku. Kau sendirilah yang akan memusnahkan keturunanmu!"
Terkuburlah Mardiana dibawah pohon beringin yang di kelilingi sesajen.
Tak lama kemudian, muncul sesuatu yang aneh. Mirip dengan Mardiana namun seperti arwah. Benar itu arwah dari Mardiana. Namun, ia seperti menuruti kata wanita itu. Yang ku dengar namanya Marsih. Dia persis dengan wanita yang kulihat sebelum akhirnya aku pingsan.
Diriku semakin down saat melihat arwah Mardiana menatapku, benar ia menatap lalu berteriak padaku kemudian mengejarku. Dengan cepat aku berlari, lari, dan terus berlari.
-//-
"AAAAHHH"
Seketika seisi mobil panik dan supir Riza mengerem mobil mendadak saking terbawa dalam kepanikan.
"Vin, lu udahh sadar?! Syukur bangett Vin," Ana sembari memeluk Vin.
"Vin sebenernya kenapa sih?" tanya Will.
"Iya Vin ada apa?" serentak Riza dan Iti.
"Aduhh sumpahh gess, gue cape bangett, biar gue istirahat dulu ya," kata Vin sambil terengah-engah.
Mereka yang lain hanya mengangguk dan menunggu waktu untuk Vin bercerita.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jangan Panggil Namanya Tiga Kali
HororCerita ini seperti tiada habisnya... Wanita paruh baya, yang dibakar, mengutuk sebuah desa. Meninggalkan sebuah pantangan. Yang telah memakan korban. Sudah terkubur namanya, namun masih ada ceritanya. Hingga nama yang telah terkubur, digali oleh ma...