Part 17: Perpisahan! Wanita Tua?

2.4K 117 12
                                    

Pagi. Setelah malam panjang yang dirasakan Ajeng, ia sungguh sedih karena kelima orang baru yang ia anggap sahabat itu akan pulang ke kota. Dengan sedih ia membantu mereka mengemasi pakaian mereka dan barang bawaan lainnya.

"Kalian yakin mau pulang?" kata nenek.

"Iya nek, kami juga harus banyak persiapan untuk masuk SMA," jawab Willy.

"Oh baiklah cu,nenek mengerti."

Sementara itu, Ana terlihat diam dan air matanya menetes. Tak sampai sebulan mereka disini namun banyak hal yang rasanya ingin ia ulangi. Tak lama Ajeng, ya selalu Ajeng yang bisa menenangkan Ana saat ia merasa rapuh.

"Ana... Kau tak perlu menangis. Kau boleh kembali kapanpun kau mau. Tempat ini akan selalu menerimamu dan teman-temanmu."

Seketika pelukan Ana semakin kuat dan balasan yang sama dilakukan Ajeng pada Ana. Mereka berdua larut dalam pelukan kesedihan. Hingga...

Teett teett

Sopir Riza sudah sampai didepan rumah, mereka semua mengangkut barang-barang tak terkecuali nenek yang juga telah menyiapkan perbekalan serta oleh-oleh untuk anak-anak itu.

"Heii, tunggu sebentar," teriak Sati.

"Ini ada kenangan untuk kalian, terima ya," kata Ajeng.

Riza menatap kenangan tersebut dengan serius dan teringat,

"Ini Ajeng yang buat?" katanya.

Kenangan tersebut adalah anyaman yang dibuat sedemikian rupa mirip dengan pemandangan Dusun Roban. Riza ingat betul saat pertama kali berjumpa dengan Ajeng di saung saat Ajeng tengah menganyam.

"Ini buatan kami, aku cuma mengajarkan dan membantu sedikit-sedikit."

"Gak terasa ya Jeng, rasanya kita kaya baru ketemu kemaren, ehh udah pisah," air mata Riza pun berlinang.

"Iya, aku juga gak nyangka Riz, tapi kalian gak boleh sedih. Kalian udah kaya keluarga bagi kami, jadi kalian boleh sesuka hati berkunjung kemari."

Nenek yang melihat anak-anak itu meneteskan air mata. Secepat kilat anak-anak itu berlari menuju nenek dan langsung memberinya sapu tangan.

"Cuu... Aku harap aku selalu diberi kesehatan dan umur panjang agar aku dapat melihat kalian lagi," kata nenek dengan haru.

"Nek, orang baik sepertimu akan panjang umur, aku yakin itu," ujar Iti.

"Iya nek."

"Nekk, kau tak boleh sedih, aku berjanji akan kembali kemari bersama teman-temanku ini."

"Baiklah cu, aku tahu, sebaiknya kalian cepat, kasian sopirnya udah nunggu."

Anak-anak kota itu bersalaman kepada nenek dan berterimakasih atas semuanya. Mereka pun menaiki mobil, pintu mobil tertutup dan mereka membuka kacanya lalu berlambai-lambai.

                                -//-

19.32
-Mobil Riza

"Hmm udah na jangan sedih, kita bakal balik lagi kok," Iti berusaha menghibur Ana yang terlihat masih sedih kemudian merangkulnya.

"Iya nih Ana cengeng banget, udah pasti bakal balik lagi, orang udah janji," Vin dengan ekspresi santai yang seperti tak mengenal situasi memancing kesal teman-temannya.

"Vin! Lo tuh dimana-mana sama ya, gak tau namanya situasi. Lo aja cengeng!"

"Udah! Udah! hmm ini udah jam delapan, rasanya lama banget ya. Kemaren kita pergi gak selama ini. Terus ini masih disekitaran hutan," kata Willy sekaligus ragu-ragu.

Jangan Panggil Namanya Tiga KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang