Part 9: Selamat Jalan Kakek Denis

2.4K 196 14
                                    

02.23

Innalillahi wa innalillahi rojiun. Telah berpulang ke rahmatullah Haji Denis Ghufran bin Haji Affan Muttaqi, dini hari pada usia seratus dua belas tahun. Akan dimakamkan siang nanti di pemakaman dekat persimpangan. Innalillahi wa innalillahi rojiun. Telah berpulang ke rahmatullah Haji Denis Ghufran bin Haji Affan Muttaqi, dini hari pada usia seratus dua belas tahun. Akan dimakamkan siang nanti di pemakaman dekat persimpangan.

"Woii bangun woii!" ucap Riza pada Vin. Jam masih menunjukkan pukul setengah tiga subuh.

"Apaan sih Riz," ucap Vin males-malesan.

"Lo denger  gak sih ada yang meninggal namanya Denis?"

Seketika Vin terduduk dikasurnya dengan wajah kaget.

"Sumpah Denis mana woi! Kakek Denis?" tanya Vin dengan sangat kaget.

"Gak tau gue."

Will,Ana,dan Iti sudah dari tadi berada diruang tengah karena sangat kaget. Mereka tahu kakek Denis. Namun, tak tahu nama panjangnya. Untuk memastikan, subuh itu mereka bertiga datang kerumah nenek tanpa memberi tahu Vin dan Riza karena mereka pikir Vin dan Riza masih tidur. Dengan membawa hp, mereka pergi kerumah nenek. Karena itu subuh berjalanlah tiga anak itu ke rumah nenek dengan menghidupkan senter sembari menyenter jalan. Rumah nenek pagi itu sangat ramai. Seperti ada suara pengajian.

"Ada apa itu ya?" tanya Will

"Jangan-jangan Denis yang..." ucap Iti.

"Ahh udah, jangan negatif dulu. Di cek aja belum," Ana menjawab.

Setelah mereka sampai dirumah nenek. Pintunya terbuka, dan...

"Kakek Deniss," ucap Ana dengan mata berkaca-kaca.

Tiga anak itu masuk tanpa peduli siapapun yang ada disekitar. Tak lama datang dua lagi dan langsung masuk.

"Apa yang terjadi, nek?" tanya Ana sambil meneteskan air mata. Ana menangis karena belum pernah bertemu orang seperti kakek Denis yang baik dan suka menolong.

Nenek yang ditanya oleh Ana itupun hanya menggeleng sambil menangis. Tak apa bagi Ana karena ia tahu ini sangat menyakitkan. Terlihat pula beberapa orang menangis. Mungkin, mereka adalah kerabat almarhum.
Tangisan masih terus menyelimuti rumah yang sungguh sederhana itu.

Selang beberapa waktu, terdengar suara adzan subuh. Orang-orang lalu meminta izin untuk melaksanakan sholat subuh lalu akan kembali secepatnya untuk mengurus jenazah kakek Denis.

Anak-anak kota itu terlihat berbeda saat melihat proses pemandian, sholat, dan pemakaman jenazah. Ya, mereka sangat jarang melihat proses tersebut secara langsung. Terkadang mereka hanya melihat itu di film-film. Terlebih lagi, Vin. Sama sekali tak pernah melihat proses itu. Namun, mereka semua terlihat meneteskan air mata. Disana pula terlihat Ajeng,Bagus,Resmawan,dan Sati. Mereka sungguh histeris mendengar kabar kematian almarhum. Mungkin banyak kenangan yang telah dilalui bersama almarhum.

Seusai semua dilaksanakan, anak-anak itu berkumpul di penginapan. Ada nenek disana.

"Nek, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah ini ada kaitannya dengan kejadian semalam?"

Tangis nenek pun semakin menjadi. Tak perlu waktu lama pula bagi wanita tua itu untuk bercerita...

Jangan Panggil Namanya Tiga KaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang