*****
Jieun melangkah dengan lemas menuju kamar mandi. Ia masih merasa kesal karena ibunya berteriak dengan suara yang kencang untuk membangunkannya.
Usai bersiap-siap, ia pun melangkah menuju ke ruang makan. Di sana, ibu dan adiknya tengah menunggunya sarapan. Ayah Jieun telah meninggal tiga tahun yang lalu sehingga ia kini hanya tinggal bersama ibunya dan seorang adik laki-laki yang lebih muda dua tahun darinya.
"Cepat selesaikan sarapanmu dan berangkat sekolah!" seru ibu Jieun.
"Ibu, jangan terlalu sering marah-marah. Keriput di wajahmu akan bertambah" gurau Jieun.
"Kakak, kau sendiri yang sering membuat ibu marah" sindir Jonghoon, adiknya.
Jieun menatap kesal pada adiknya itu. Ia mengepalkan tangannya seolah-olah akan memukul adiknya. Namun, ibu Jieun justru memukul kepala anak gadinya itu dengan sendok nasi yang dipegangnya.
"Dasar anak nakal. Kalau tidak mau ibu marah-marah, bangunlah sendiri. Kau ini selalu saja harus dibangunkan. Memangnya apa yang kau lakukan semalam, huh?" gerutu ibunya."Biasa bu. Dia pasti menonton konser idolanya di ***tub" sahut Jonghoon.
"Tsk! Apa kau masih bergumul dengan Bigbunmu itu?" keluh ibunya.
"Bigbang, ibu. Bigbang. Bang..bang..bang...." ujar Jieun seraya menirukan koreografi lagu itu mengarah pada ibunya.
Ibunya hanya menatap dingin pada putrinya itu.
"Terserah. Ibu tak peduli. Apa sih bagusnya grup itu?" sahut ibunya."Mereka sangat tampan dan bertalenta bu. Terutama Taeyang... Astaga, lihatlah bu, dia sangat tampan bukan?" ujar Jieun bersemangat seraya memperlihatkan foto Taeyang yang menjadi wallpaper ponselnya.
"Astaga"
Lagi-lagi ibu Jieun memukul kepala anak gadisnya itu.
"Kalau kau punya waktu untuk mengidolakan mereka, lebih baik kau menggunakan waktumu untuk belajar, Jieun! Kau ini sudah kelas tiga. Sebentar lagi kau harus bersiap masuk ke universitas. Contohlah Jonghoon, ia selalu mendapat peringkat di sekolahnya"Jieun nampak tak peduli dengan omelan ibunya. Ia hanya sibuk dengan sarapannya.
"Lihatlah gadis ini. Ckckck... Kenapa aku bisa memiliki kakak sepertimu?" gumam Jonghoon.
"Karena itu takdirmu Hoonie" sahut Jieun seraya tersenyum jahil.
Jonghoon berdecak kesal lalu beranjak dari tempat duduknya.
"Ibu, aku pergi dulu" ujarnya pamit pada ibunya.Melihat adiknya itu telah beranjak pamit, Jieun pun segera menghabiskan sarapannya lalu pamit pada ibunya.
"Yak!! Jonghoonie, tunggu aku!"
Ibu Jieun hanya bisa menggeleng melihat tingkah anak sulungnya itu.
"Kapan kau mulai bisa bersikap dewasa, Jieun?" gumamnya..
.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Seven Princes
FantasíaSetiap hari aku selalu memimpikan hal yang sama. Aku mendengar suara seorang pria memanggil namaku. Anehnya, ada rasa rindu saat mendengar suaranya, tapi aku tak mengingat siapa pemilik suara itu. Sialnya, aku selalu terbangun saat hendak menoleh da...