Setiap hari aku selalu memimpikan hal yang sama. Aku mendengar suara seorang pria memanggil namaku. Anehnya, ada rasa rindu saat mendengar suaranya, tapi aku tak mengingat siapa pemilik suara itu.
Sialnya, aku selalu terbangun saat hendak menoleh da...
Jieun dan keluarganya kini telah kembali ke rumah Inna. Mereka tengah beristirahat di kamar mereka masing-masing. Jieun nampak membongkar kopernya. Ia mengeluarkan dress yang akan dikenakannya untuk pesta pernikahan Inna besok.
Jieun lalu beranjak menuju tempat tidurnya. Ia menatap tumpukan buku yang dibawanya dari rumah nenek Daniel. "Sebaiknya mana yang kubaca terlebih dulu ya?" gumamnya sambil memilah milih buku-buku tersebut.
"Sebenarnya buku apa ini? Membuatku penasaran saja" gumamnya kembali kala meraih buku berwarna ungu yang misterius itu. Ia lalu menyingkirkan buku itu beserta buku-buku lainnya, dan memilih salah satu buku yang dianggapnya paling menarik.
Jieun kemudian menyandarkan punggungnya pada bantal yang telah disusunnya lalu mulai membaca buku cerita itu. Selang setengah jam kemudian, mata Jieun terasa semakin berat. Meskipun ia berusaha untuk tetap terjaga, pada akhirnya ia kalah dari rasa ngantuknya.
=================================
Lagi-lagi aku berdiri seorang diri dalam kegelapan ini. Semua ini hanya mimpi, tapi mengapa terasa begitu nyata untukku. Tiba-tiba aku melihat gambaran beberapa pria yang nampak samar. Tunggu, ini pertama kalinya mimpiku terlihat seperti ini.
Gambaran-gambaran itu muncul berturut-turut layaknya cuplikan adegan sebuah drama. Namun, aku tak bisa melihat wajah-wajah itu dengan jelas. Mereka nampak seperti bayangan buram bagiku.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Siapa mereka? Apa pria yang selama ini terus mengusik dalam mimpiku itu salah satu dari mereka? Sebenarnya apa arti dari semua ini? Begitu banyak pertanyaan di kepalaku, namun tak satupun jawaban yang kudapat.
'Jieun'
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Aku menoleh ke arah sumber suara itu, sebuah potongan gambar seorang pria yang tengah tersenyum padaku. Namun seperti sebelumnya, hanya bayangan buram yang terlihat dan semakin lama semakin memudar dan tenggelam dalam kegelapan.