Part 9

728 155 28
                                    

*****

Bunyi peralatan makan yang saling beradu menggema di ruangan makan yang megah itu. Ketujuh pangeran nampak melahap sarapan mereka dengan lahap. Berbeda dengan Jieun yang sejak tadi mengamati satu per satu pangeran dengan pandangan penuh tanya. Ia sama sekali tak menyentuh makanannya dan hanya sibuk mengaduk-aduk makanannya saja. Beribu pertanyaan berputar di kepalanya pasca mimpi yang dialaminya semalam.

'Mimpi? Bahkan itu terlihat terlalu nyata. Apa maksud perkataan Robert? Apa hubungan ketujuh pangeran ini denganku?'

Matanya kembali mengabsen ketujuh pangeran itu. Lalu terhenti menatap Justin. Entah mengapa setiap ia menlmandang Justin, ada perasaan aneh yang merayapinya. Jantungnya kerap berdebar tak menentu, namun ia merasa nyaman dengan keberadaan pria itu. Meski ia selalu merasa kesal dengan sikap dingin Justin padanya, tapi di sisi lain ia selalu mencari keberadaan Justin tanpa ia sadari. Seolah ia selalu merindukan pria itu.

'Siapa sebenarnya kau bagiku, Justin? Apa arti dari bayangan yang diperlihatkan paman Robert padaku? Takdir apa yang ia maksud?'

Geenie yang tak sengaja bertemu pandang dengan Jieun nampak heran dengan kelakuan gadis itu yang tak seceria biasanya.

"Kenapa kau tidak menyentuh makananmu? Apa kau sakit?" tanya Geenie.

Pertanyaan Geenie turut menarik perhatian para pangeran lainnya. Mereka kini menatap ke arah Jieun yang masih belum menyentuh makanannya.

Sadar kini dirinya telah menjadi pusat perhatian, Jieun menjadi gugup dan mengalihkan pandangannya pada makanan di depannya.
"A...aku baik-baik saja" ujarnya.

"Apa masakan kak Geenie hari ini tak sesuai seleramu?" tanya Christian.

"Hei, apa kau begitu pemilih, huh?" imbuh Agust.

"Ti...tidak. Bukan begitu. Aku hanya sedang berpikir" jawab Jieun cepat. Ia tak ingin membuat Geenie yang memasak semua makanan itu merasa tak nyaman.

"Apa yang kau pikirkan? Kau boleh menceritakannya pada kami kalau mau" ujar Jack dengan senyum khas merekah di bibirnya.

Jieun nampak ragu sejenak. Sambil memainkan buku jarinya, ia mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara.
"Sebenarnya, ada hal yang ingin kutanyakan pada kalian."

"Jangan berbelit-belit. Langsung saja tanyakan" ujar Justin dingin.

Jieun kini menatap mereka bertujuh.
"Kita pernah bertemu sebelumnya bukan?"

Ketujuh pangeran itu nampak terkejut dengan pertanyaan Jieun. Mereka terlihat saling menatap satu sama lain, berharap salah satu di antara mereka dapat menjawab pertanyaan Jieun.

 Mereka terlihat saling menatap satu sama lain, berharap salah satu di antara mereka dapat menjawab pertanyaan Jieun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah kubilang ini pertemuan pertama kita. Kau terlalu banyak berkhayal" sahut Justin.

"Kurasa tidak begitu. Chris, aku yakin saat baru tiba di dunia ini, aku belum memperkenalkan namaku padamu, tapi kau sudah memanggil namaku Jieun. Kastil ini, aku juga merasa tak asing dengan tempat ini. Kalian juga, meskipun tidak yakin, aku...aku...sepertinya aku kerap memimpikan kalian."
Suara Jieun nampak bergetar dan mengecil di akhir kalimatnya. Ada rasa ragu di sana. Bagaimana kalau ternyata mimpi Jieun selama ini memang tak ada hubungannya dengan mereka.

The Tale of Seven PrincesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang