*****
Jieun tengah belajar cara memanah bersama Justin, Hobbert, dan Chris. Selama dua minggu ini, Jieun telah belajar memakai benda itu. Menurut Robert, panah akan menjadi senjata yang paling berguna untuk digunakan oleh Jieun nantinya. Meskipun sesekali ia juga belajar mengayunkan pedang.
Sesungguhnya belajar memanah bukan hal yang terlalu sulit bagi Jieun. Meskipun ia sedikit bodoh dalam pelajaran, namun ia cukup berprestasi di klub panahan sekolahnya. Ia mewarisi hobi itu dari almarhum ayahnya.
"Wah... Kau benar-benar cepat mahir menggunakannya" puji Chris.
"Tentu saja!" Jieun tersenyum bangga.
"Aku punya firasat kuat kalau kita akan menang nantinya!" seru Hobbert yakin.
"Jieun, istirahatlah dulu! Aku membuat Rosemarry tea untuk kalian" seru Geenie yang datang dengan nampan tehnya.
Jieun dan yang lainnya pun menikmati teh buatan Geenie. Bahkan Jack, Raymond, dan Agust kini telah bergabung bersama mereka.
Gurauan yang sesekali dilontarkan oleh Geenie dan Hobbert mampu merilekskan ketegangan yang mendera mereka beberapa hari ini.
.
."Seminggu lagi. Saat bulan purnama hampir berakhir, saat itulah kekuatan penyihir kegelapan mulai melemah. Aku yakin kau akan mampu menghadapinya"
Robert saat ini nampak berada bersama Jieun da ketujuh pangeran."Jieun, maaf kami hanya bisa membantumu sampai di hutan nantinya. Kami tak bisa masuk ke kediaman sang penyihir" sesal Geenie.
"Tak apa. Kalian menemaniku hingga di hutan saja sudah membuatku merasa lebih tenang"
"Kau yakin kali ini akan berhasil bukan?" tanya Justin penuh penekanan terhadap Robert.
"Jangan khawatir. Kali ini pasti berhasil. Kalau di kehidupan sebelumnya kalian gagal karena melakukannya terburu-buru. Saat kekuatannya masih berada di titik tertinggi".
Robert lalu berpaling pada Jieun.
"Tapi ingat, karena kita melakukannya di penghujung bulan purnama, waktumu tak banyak. Jika bulan purnama telah berakhir, dan kau belum membakar buku itu, maka kau akan kembali ke duniamu tanpa sempat membebaskan kutukan mereka. Dan juga ngatlah untuk berhati-hati. Jika kau mati di dunia ini, maka kau juga akan mati di dunia asalmu""Aku mengerti".
"Jieun, jangan cemas. Kami akan membantumu sampai akhir!" seru Hobbert.
"Kami akan melindungimu sebisa yang kami mampu"
"Terima kasih" sahut Jieun seraya tersenyum.
"Apa yang kau katakan? Kami lah yang seharusnya berterima kasih padamu" ujar Raymond.
"Raymond benar. Jieun, aku sungguh berterima kasih padamu"
"Terima kasih Jieun"
Satu per satu pangeran mengucapkan terima kasihnya kepada Jieun. Bahkan Agust yang sangat pelit bersuara pun mengucapkan terima kasih padanya.
Jieun menatap ketujuh pangeran dengan mata berkaca-kaca. Sesungguhnya, sulit baginya untuk berpikir jika mereka akan berpisah sebentar lagi. Ia sudah mulai menganggap para pangeran seperti keluarganya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Seven Princes
FantasySetiap hari aku selalu memimpikan hal yang sama. Aku mendengar suara seorang pria memanggil namaku. Anehnya, ada rasa rindu saat mendengar suaranya, tapi aku tak mengingat siapa pemilik suara itu. Sialnya, aku selalu terbangun saat hendak menoleh da...