*****
Jieun, Robert, dan ketujuh pangeran mulai memasuki bagian terdalam hutan. Suara-suara misterius nan menyeramkan mulai terdengar. Justin merangkul erat tubuh Jieun seiring langkah mereka.
Beberapa makhluk hutan serupa elf dan goblin mulai menampakkan dirinya. Ketujuh pangeran pun mengacungkan pedangnya melawan para monster tersebut. Justin bertarung sembari melindungi Jieun.
Robert yang hanya berupa wujud roh tak dapat ikut bertarung, namun ia bisa menggunakan sedikit kekuatan sihirnya untuk melindungi para pangeran. Ia memang tidak mengeluarkan seluruh kekuatan sihirnya karena ia harus menyimpannya untuk melindungi Jieun setelah mereka tiba di kastil nanti.
"Benar kata Robert. Kekuatan para monster ini tak sekuat sebelumnya" ujar Agust usai mengalahkan beberapa monster.
"Kalau seperti ini, kurasa kita bisa menang" sahut Hobbert optimis.
"Jangan lengah. Tetaplah waspada" ujar Raymond mengingatkan saudara-saudaranya.
Mereka pun melanjutkan perjalanannya. Setiap monster yang menyerang mereka dapat diatasi dengan mudah.
"Seandainya dari dulu kau datang membantu kami, mungkin sekarang kami sudah lepas dari kutukan ini" keluh Geenie pada Robert.
"Aku juga memiliki komitmen dengan diriku yang lain. Kalau bukan karena dia terlebih dulu melanggar komitmen, aku juga tak mungkin membantu kalian seperti ini" sahut Robert.
Setelah berjalan cukup jauh ke dalam hutan, langkah Robert dan yang lainnya pun terhenti di depan gerbang sebuah kastil. Dibanding daerah di sekelilingnya, daerah itu sangat gelap dan dingin. Aura mengerikan terpancar dari dalam kastil tersebut.
"Mulai dari sini, kalian tidak bisa ikut menemani Jieun lagi" ujar Robert.
Dengan berat hati, Justin melonggarkan dekapannya dari Jieun.
"Berjanjilah untuk berhati-hati" ujarnya seraya menggenggam tangan Jieun."Jangan khawatir, paman Robert akan menjagaku" sahut Jieun berusaha meyakinkan Justin, meskipun sesungguhnya rasa takut itu muncul kembali saat Justin melepaskan pelukannya.
"Jaga dia untukku" ujar Justin pada Robert.
"Jangan khawatir"
Jieun pun mengeratkan genggamannya pada busur panah yang dipegangnya.
"Ingatlah untuk selalu berhati-hati. Kekuatanku tak bisa kugunakan semuanya sekarang. Karena aku tak memiliki raga, kekuatan sihirku tak dapat di-casting dengan cepat.
Saat baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba saja sebuah anak panah meluncur lurus menuju jantung Jieun.
"JIEUN!!!" Justin berseru panik kala melihat anak panah itu menyambar ke arah jantung Jieun.
Bayangan kala Jieun tertusuk anak panah di masa lalu terngiang di kepala Justin. Ia benar-benar panik hendak merengsek masuk ke dalam gerbang kastil, meskipun ia tahu itu mustahil. Namun, tak lama ekspresinya mulai terkendali saat melihat Jieun nampak baik-baik saja meskipun anak panah itu masih menancap di dadanya.
Tidak. Anak panah itu tidak benar-benar menancap di sana. Hanya ujung anak panahnya saja yang tertancap. Jieun pun melepaskan anak panah itu dan menyadari jika ponsel yang ditaruh di saku kirinya lah yang menghalangi anak panah itu menembus dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Seven Princes
FantasySetiap hari aku selalu memimpikan hal yang sama. Aku mendengar suara seorang pria memanggil namaku. Anehnya, ada rasa rindu saat mendengar suaranya, tapi aku tak mengingat siapa pemilik suara itu. Sialnya, aku selalu terbangun saat hendak menoleh da...