*****
Jieun kini telah berada di kamarnya, bersama dengan Robert.
"Kau punya waktu dua minggu untuk bersiap. Aku akan kembali menemuimu nanti. Untuk saat ini aku tak bisa berlama-lama di sini. Ia bisa menyadari dimana aku berada jika terlalu lama berdiam di satu tempat" ujar Robert.
"Tunggu"
Jieun mencegah Robert yang hampir menghilang.
"Ada apa?" tanya Robert.
"Bisa aku meminta satu hal lagi padamu?"
"Apa itu?"
"Ingatanku. Aku ingin seluruh ingatanku di kehidupan sebelumnya, terutama ingatan tentangnya"
Robert terdiam untuk beberapa saat.
"Baiklah"
.
.Tok...tok...
Justin yang nampak tengah termenung menatap keluar dari jendela kamarnya, kini terusik dengan suara ketukan dari pintu.
"Masuklah"
Perlahan, pintu pun terbuka. Jieun perlahan masuk ke dalam kamar Justin.
"Ada apa?" tanya Justin, tetap dingin seperti biasa.
"Justin, ini tentang sang penyihir. Aku...."
"Sudah kukatakan, jangan melakukan hal bodoh. Tetaplah diam menunggu hingga bulan purnama berakhir, lalu kembalilah ke duniamu, seperti tak terjadi apa-apa. Lupakan semua apa yang terjadi di tempat ini" sela Justin.
Tatapan Jieun kini berubah sendu. Ia sedikit terluka mendengar ucapan Justin. Bagaimana bisa Justin menyuruhnya melupakan semua yang terjadi seolah tak ada apa-apa? Setelah semua kenangan yang mereka bangun selama ini di tempat ini? Setelah ia menyadari perasaan yang dimilikinya terhadap Justin? Tidak. Tentu saja ia tak bisa.
"Bisakah kau berhenti bersikap dingin padaku?" pinta Jieun sembari berjalan mendekati Justin.
Justin terdiam. Ia memalingkan wajahnya. Tak sanggup menatap wajah Jieun yang nampak terluka.
Jieun mengulurkan tangan kanannya dan meraih pipi Justin.
"Hatiku sangat terluka setiap kali kau bersikap dingin padaku" ujarnya. Kini ibu jarinya perlahan mengusap pipi Justin lembut."Bisakah kau memperlakukanku seperti dulu?"
"Aku telah mengingat semuanya. Aku meminta kepada sang penyihir untuk mengembalikan semua ingatan tentang kehidupanku sebelumnya"
"Penyihir itu..." Justin nampak mulai geram.
Melihat wajah Justin kembali kaku, Jieun melingkarkan kedua tangannya di pinggang Justin dan menyandarkan wajahnya di dada bidang pria itu.
"Aku telah memutuskan jalan yang kupilih, dan aku memilih untuk kembali mencintaimu. Tak bisakah kau berhenti menahan perasaanmu dan membiarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
The Tale of Seven Princes
FantasySetiap hari aku selalu memimpikan hal yang sama. Aku mendengar suara seorang pria memanggil namaku. Anehnya, ada rasa rindu saat mendengar suaranya, tapi aku tak mengingat siapa pemilik suara itu. Sialnya, aku selalu terbangun saat hendak menoleh da...