Es butuh waktu buat cair. Dan gue akan cairin es itu, segera.
***
Langit mulai berjalan menghampiri lelaki itu, tetapi ketika sudah dekat ada seseorang yang menarik tangannya dan menyeretnya ke arah berlawanan. Langit menoleh, ternyata Kania.
"Lu ngapain dah Ngit ke arah sana? Lu lupa arah kelas? Udah ayok balik bentar lagi jam mapel biologi dimulai, lu gak mau kan dihukum suruh nyium babi karena telat?" cerocos Kania.
"Ehh tapi bentar gue mau kesana bentar.... " belum sempat Langit menyelesaikan perkataannya, dia sudah terlanjur ditarik pergi oleh Kania.
"Mungkin ini cuman firasat gue aja gak mungkin itu dia, mustahil juga dia ada disini kan?" batin Langit
***
Ketika banyak waktu luang disekolah Langit sering menghabiskan waktunya di perpustakaan, walau hanya sekedar untuk membaca novel favoritnya.
Ketika sedang membaca, ada seseorang laki-laki yang duduk disebelahnya, "gak papa kan dek kalo misalnya gue duduk disini? Ohh iya lo inget gue siapa? Terus nama lo siapa? Kelas berapa?" ucapnya menghujani Langit dengan beberapa pertanyaan.
"Maaf kak, kakak bisa diem? Gak liat gue baru baca? Bisa kan tanyanya nanti aja setelah gue abis baca?" ujar Langit malas tanpa melihat kakel disebelahnya.
Tanpa membalas perkataan Langit, lelaki itu lalu mulai fokus membaca buku yang dipinjamnya sambil menunggu Langit menyelesaikan aktivitas membacanya.
Langit sudah selesai membaca novel yang dia pinjam, dia bangkit dari posisi duduknya tapi ketika dia akan berjalan tangannya diraih oleh seseorang, dia menoleh kepada orang yang berani sekali memegang tangannya.
"Tolong lepasin tangan gue sebelum tangan kakak patah," katanya sinis
Elvaro melepaskan tangan Langit, "lo kan bilang gue bisa tanya apa aja setelah lo selesai baca kan?"
"Yaudah apa yang mau kakak tanyain?" ucapnya malas.
"Lo masih inget gue? Gue orang yang bantuin lo ngambil buku dari rak yang tinggi beberapa hari lalu."
"Terus? Makasih, udah kan?"
"Bukan masalah makasih atau gak, gue mau nanya nama lo siapa dan lo kelas apa?" tanya Elvaro mencoba sabar menghadapi Langit.
"Kakak ini kenapa sih? Nama gue Langit Kykandrya kelas X.D puas?" katanya lalu berjalan meninggalkan Elvaro.
Elvaro merasa belum puas karena mereka belum sempat mengobrol lama, lantas dia memegang tangan Langit agar tidak pergi begitu saja, benar saja Langit memutar tubuhnya menghadap Elvaro tapi dia malah menonjok cukup keras tangan Elvaro. Elvaro melepaskan tangannya dari Langit karena tangannya sakit akibat ulah Langit itu.
"Mending baru tangan yang gue tonjok belum muka lo."
Tanpa rasa bersalah Langit pergi meninggalkan Elvaro yang masih kesakitan karena perbuatan Langit.
"Langit Kykandrya? Nama yang bagus untuk seorang gadis semanis dia. Gue gak marah karena ulahnya ke gue hari ini, yang ada gue malahan makin penasaran sama dia. Liat aja gue bakal cairin manusia es kayak lu Langit Kykandrya." ucapnya pelan diikuti senyuman yang terbit diwajahnya.
***
Di lain tempat dan suasana, lagi-lagi Langit melihat sesosok lelaki jangkung itu lagi tengah berbicara dengan temannya membelakangi Langit. Langit mulai berjalan hendak menghampiri lelaki jangkung itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT
Teen FictionR13+ "Jikalau langit benci matahari maka tidak akan ada yang namanya pagi." Hubungan cinta yang menurutku sendiri tak wajar. Kadang terlihat begitu semu walau nyata, ada yang rela menahan perih dan letih. Ada pula yang bersembunyi dibalik topeng ta...