- 6. Marah? -

628 31 0
                                    

Jika memang mencintaimu dalam diam lebih baik, maka aku akan berusaha melakukan ini dengan baik.

___________________


Setelah puas memakan ramen, mereka kembali ke rumah. Mereka tidak hanya berdua ketika makan ramen. Di sana tadi juga ada Elvaro yang tiba-tiba bergabung bersama mereka. Sebenarnya Al sangat jengkel dan ingin sekali marah saat Langit menyetujui kalau Elvaro bergabung bersama mereka, tapi Al tidak dapat melarang karena selama itu menjadi kebahagian bagi Langit dia akan selalu setuju.

Mereka sekarang berada di ruang keluarga kediaman Erlangga*ayah Langit.

Langit bersemangat sekali, dia langsung mengambil novel barunya dan membacanya seketika itu.

"Tau gini tadi gak gue beliin, buat apa gue beliin tapi ujungnya gak ada rasa terima kasihnya." ucap Al sebal.

"Yaelah lu jangan gitu dong, lu tau sendiri gue kadang bisa lupa dunia kalau udah baca novel. Maap lahh yayayaya" kata Langit menutup novelnya lalu memeluk Al dari samping.

"Maapin dedek yaa tatak uncehak uncehakk~~" ucap Langit seraya menoel noel pipi Al.

Al mengelus puncak kepala Langit, "Iya iyaa gue gak marah lagi deh, tapi bisa diulangin lah kata-kata yang tadi."

"Yee kesenangan lu monyed! Kaga ada pengulangan!" Langit lalu kembali pada aktivitasnya membaca novel.

"Yaelah Ngit, cuman ngulangin doang apa susahnya sihh, ayolahh ulangin kata-katanya buat gue" ucap Al memohon menyandarkan kepalanya ke bahu Langit.

Langit masih fokus dengan bukunya, "dibilangin gak mau ya gak mau!"

Tanpa mempedulikan Al yang masih menyandarkan kepala dibahunya, Langit langsung berdiri lalu pergi ke kamarnya. Otomatis Al hampir jatuh kesamping karena bahu yang ia gunakan sandaran hilang.

Al lantas mengikuti Langit ke kamarnya, dia membuka pintu kamar gadis itu. Dia mendapati Langit duduk tertidur di meja belajarnya masih memegangi novelnya.

"Dasar bocah, baca buku sampe ketiduran gini," ujarnya pelan lalu memindahkan Langit ke tempat tidur.

"Alvaro lu cowok paling nyebelin,," Langit mengigau.

"Tapi akunya sayanggg, huahhhh" lanjut Langit lalu menaikkan selimutnya.

"Langit lo cantik banget kalau lagi tidur, dan gue tau kalau lo bener-bener sayang tulus sama gue, tapi sayang cuman sebatas sahabat." kata Al pelan, lalu keluar dari kamar Langit.

_Hímmél_

Langit malam ini seperti biasa, insomnia. Ini adalah hal wajar baginya yakni sulit tidur.

Dia membuka apk Line barangkali ada seseorang yang masih aktif di jam tengah malam seperti ini dia dapat mengajaknya chattan. Guna mengusir rasa bosannya.

"Eummm enaknya ngechat siapa yaa? Gimana kalau Al aja?" pikirnya.

Dia segera mencari kontak Al, sebenarnya dia sudah agak mengantuk tapi yaa begini, dia bersikukuh tidak ingin tidur.

Nyed temenin gue chattan yee, biasa nih gue insomnia lagi.
23.15

"Nahh udah beres tinggal nunggu balesannya, sipp" ucapnya
Tak lama hp nya berbunyi menandakan ada sebuah pesan baru yang dia terima.

Elvaro

Kenapa? Iya ini gue temenin Ngit hahaha
23.18

"Mampus kenapa gue pakek salah ngechat orang pula, salah mereka nama pada nyrempet yaa jadinya kayak gini gue harus bales apaan anjay, yakalik gue bilang salkir bisa-bisa nih kakel rese kegeeeran" Langit bingung

Hehehe kakak masih belum tidur?
23.30

Ya belum lah Ngit, nyatanya gue ini masih balesin chat lu😒
23.31

Yaa kan gue nanya kak, oke udh dlu kak, malem
23.32

Loh? Katanya tadi insom minta nemenin?
23.33

Ehh itu, gak jadi tiba-tiba gue udah ngantuk kak😴hehehehe
23.34

Ohh yaudah.
Good night Ngit, have a nice dream❤
23.34

/read


Percakapan tak sengaja mereka berakhir disini. Langit merasa malu sekali semisal bertemu dengan Elvaro dia harus berkata apa tentang hal ini. Sementara disebrang sana, El sedang menebak nebak kenapa Langit hingga mengirimkan pesan kepadanya di jam semalam ini.

[ besoknya ]

Hari ini Langit berangkat sekolah bersama Al. Mereka berangkat sekolah menaiki motor Al.

Mereka sampai di sekolah, mereka pergi menuju kelas masing-masing. Karena kelas mereka beda arah jadinya mereka harus berpisah disini.



Hari ini Langit mendapat tugas dari Bu Luna (guru penjaga perpustakaan) untuk membantunya mengurutkan berkas sepulang sekolah.

Setelah berakhirnya pelajaran, Langit segera pergi menemui Bu Luna. Dia menuju kantor guru untuk mencari Bu Luna, kebetulan kantor guru terletak didekat lapangan. Bukannya menemukan Bu Luna Langit malahan bertemu dengan orang yang ingin dia hindari hari ini–Elvaro. Memang hari ini adalah jadwal anak ekstra futsal untuk latihan dan El juga mengikuti ekstra ini.

"Hai Ngit," sapa El dari kejauhan lalu menghampiri Langit.

"Eh hai juga kak," balas Langit awkward.

"Yaelah Ngit, kalau diajak ngobrol orang tuh tatap mukanya ini malahan liat bawah. Kenapa uang lo ilang liat bawah mulu?" ucap El.

Langit langsung menatap sinis El, "ehh apa? Gak kok Kak, btw Kak El kenapa kok masih disini gak pulang?" tanya Langit mencairkan suasana.

"Kan gue ada latihan futsal, lah lo sendiri kenapa masih disini? Bukannya lo ikut ekstra pencak silat hari Kamis ya?" El bertanya balik.

"Iya gue ini emang gak ada ekstra tapi ini tadi disuruh Bu Luna buat bantuin ngurutin berkas."

"Woii El lu latihan atau masih mau pacaran? Cepet kesini ini kita udah mau mulai!" teriak seorang laki-laki dari tengah lapangan.

"Yaudah Ngit gue kesana dulu ya, lo semangat yaa bantuin Bu Luna!" ujar El berlari menuju lapangan.

Langit hanya menunduk tak mau El mengetahui pipinya sekarang yang mulai memanas merah. Entah kenapa rasanya menjadi seperti ini, Langit sekarang selalu canggung apabila dekat dengan Elvaro.

"Masa gue punya penyakit jantung(?) rasanya jantung gue detaknya jadi gak normal gini(?)" batin Langit.























TBC
vote and coment:))

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang