- 19. Lagi -

541 19 0
                                    

Aku takut jatuh lagi
Maka dari itu aku tak ingin berharap banyak padamu

.

Langit berharap kehadiran alien lainnya tak membuat kepalanya pening, tp itu semua tak berjalan sesuai yang dia harapkan. Ya, kakel rese yang jahilnya sebelas dua belas dengan Al.

Bagaimana Tuhan bisa mengirimkan alien berparas manusia menyebalkan disekelilingnya. Dia terus menggerutu di dalam batinnya.

"Kenapa Ngit?" Tanya Rena

"Eh emangnya gue kenapa kak?"

Langit bingung, memangnya dirinya kenapa? Apa ada sesuatu yang salah di seragamnya?

"Udah Ren gak usah dipeduliin, itu mah emang gitu mukanya lupa disetrika mungkin." Sahut Elvaro.

"Shit!" Umpat Langit dalam hati.

"Jangan kesinggung ya Ngit, Elvaro emang gitu mulutnya asal."

"Hehehe iya Kak Rena, lagipula Kak Elvaro emang gitu suka becanda iyakan Kak,"

Langit tersenyum pada Elvaro, bukan senyum manis tapi senyum yang seakan mengintimidasi hendak membunuh. Horor.

"Eh yaudah, lo tolong bantu Elvaro nyalin apa aja yang dibutuhin buat persiapan hari selasa ya Ngit. Makasih." Rena bergegas pergi karena ada hal penting yang harus segera ia urus.

Langit hanya mengangguk dan tersenyum pada Rena mengiyakan permintaannya.

Dia berjalan malas menuju bangku disebelah Elvaro. Duduk dan mengambil alih laptop di depan Elvaro.

"Yaelah Ngit becanda kali yang tadi, mana ada cewek cantik kayak lu lupa nyetrika muka lu." Celetuk Elvaro mencoba mencairkan suasana.

Entah kenapa Langit ingin sekali tertawa mendengar kata-kata tak jelas yang keluar dari mulut orang disebelahnya itu. Tapi dia menahannya, yang ada nantinya Elvaro kepedean kalau dia tertawa.

"Kalau mau ketawa, ketawa aja Ngit."

"Bentar oke gue ngakak bentaran." Langit terbahak bahkan bisa dikatakan cukup keras.

"Plis kak mana ada nyetrika muka. Ada-ada aja lo, udahan becandanya gue gak marah cuma lagi males aja hari ini." Ucap Langit setelah puas tertawa.

"Nah gitu dong ketawa, males hidup boleh tapi bahagia jangan lupa dong."

"Duh liat deh lu mulai sok bijak lagi kak."

Tanpa mereka sadari ada Al yang melihat canda tawa mereka dari mulut pintu. Al baru saja hendak masuk ke dalam ruangan bagian anak-anak dekor. Tapi setelah melihat tawa Langit yang mengembang karena Elvaro dia mengurungkan niatnya dan berbalik kembali ke tempat seharusnya dia berada sekarang.

Baru berjalan beberapa meter dari pintu dia berpapasan dengan Radit.

"Eh mau ke mana Al? Bukannya bagian lo ada di bagian depan?"

"Gapapa cuma muter-muter cari udara luar aja. Oh iya ini nitip ya tolong kasih ke Langit." Al menyerahkan susu kotak dan sebuah roti isi daging.

"Nyusahin bener-bener lo berdua, tadi kan lewat tinggal masuk aja kenapa. Ribet dah idup lo Al."

"Mager. Btw makasih gue pergi dulu."

Radit berjalan sambil mengomel. Bisa-bisanya Al mengatakan 'mager' untuk berbelok padahal ruangan itu dilewatinya tapi dia bahkan sedang jalan-jalan mengelilingi sekolah.

*
Radit meletakkan titipan Al tadi di depan Langit, "Nih dari musuh, suruh makan."

"Hehe makasih Dit, eh kok lo sih yang ngasih ke gue? Al mana?"

"Gak tau, kayaknya tadi balik ngurusin bagian dia. Oh iya Ngit itu musuh lo tolong deh ruqyah kayaknya otaknya geser."

"Halah Al mah otaknya geser terus. Oh iya ini tinggal dikit lo bisa lanjutin ngecek sendiri kan Kak? Gue mau ke kantin."

"Iya bisa."

"Lo deket ya Kak ternyata sama Langit, gue kira dia bakal dingin ke lo kayak lainnya."

"Ya lumayan lah Dit, lo juga deket sama Langit kan?"

"Bisa dibilang gitu, Langit emang terkenal dingin sama cowok dari smp. Dan dia cuma akrab sama cowok yang menurutnya nyaman dan baik."

"Aneh ya, padahal kebanyakan cewek selalu deketin semua cowok. Bisa dibilang caper. Lah ini temen lo malah anti banget sama cowok."

"Semua orang punya ciri masing-masing kak."

- di Kantin -

Sudah hampir empat kali Langit mengelilingi kantin SMA Juventia tapi nihil. Dia tidak menemukan orang yang dicarinya. Bukan tanpa sebab, tapi memang biasanya Al suka bolak-balik kantin karena bosan di dalam ruangan.

Tanpa pikir panjang Langit berlari menuju bagian panitia pendaftran.

Dia memegangi lututnya sambil berusaha mengontrol nafasnya yang tersengal karena berlari. Dia mengetuk perlahan pintu di depannya.

"Permisi,"

"Iya ada apa?"

"Bisa tolong panggilin Alvaro bentar kak?"

"Oh iya bentar ya dek tunggu, gue panggilin anaknya."

"Makasih kak,"

Langit memilih duduk dideretan kursi depan kelas, dia mengambil susu stroberi yang hendak diminumnya dari saku hoodie yang ia gunakan.

Tak lama Al muncul di sebelahnya dan langsung menyerobot susu yang diminum Langit.

Langit hanya memandang jengkel sahabatnya itu. Lalu memalingkan wajahnya ke lain arah.

"Bingung gue ada gitu orang gak tau malu kayak lo, ngasih eh endingnya diminum sendiri, cih." Cibir Langit.

"Gue haus banget soalnya medusaaa"

"Salah sendiri, orang mageran malah muter-muter keliling sekolah mana sombong gak mau nyamperin gue lagi. Haish bodo lah serah lu aja gue mau pergi."

Langit menghentakkan kaki kesal lalu pergi tanpa mempedulikan Al yang hanya diam tanpa ekspresi.

"Gue gak tau Ngit, gue harus gimana. Gue bingung, apa gue bisa bikin lo ketawa kayak Kak Elvaro tadi." Ucap Al lirih.





















Tbc
Maaf, slow update dulu.

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang