- 9. Sanksi (a) -

481 28 0
                                    

Hanya senyuman dari mu yang dapat mengalihkan dunia ku,
membuat dunia ku berarti,
teruslah tersenyum aku suka

________※※※________

[ 6.30 ]

Langit berlari menuruni anak tangga rumahnya, bisa dipastikan dia sekarang akan terlambat berangkat ke sekolah. Sambil memakan roti selai buatan ibundanya dia jongkok mengikat tali sepatunya.

"Bunda, Langit berangkat dulu. Assalamualaikum."

Dia keluar dari rumah, sesampainya dihalaman rumah ternyata disana sudah tidak ada siapa-siapa. Ayahnya sudah berangkat ke kantor dikarenakan ada rapat pagi sedangkan Kak Sheila, dia hari ini ada pekerjaan di luar kota.

Terpaksa dia harus berjalan hingga depan kompleks mencari tukang ojek. Pasrah dia mulai berjalan sambil menenteng helm berwarna coklat miliknya.

Baru saja keluar dari gerbang rumah, dia melihat seseorang tengah tergesa-gesa mengeluarkan motor dari garasi, siapa lagi kalau bukan Alvaro. Tanpa menunggu, Langit berlari menghampiri Alvaro. Langit segera naik ke atas motor Al.

"Innalillahi! Gue kirain siapa," Al terkejut.

"Udah jangan banyak omong! Hayuk cepetan jalan nanti keburu telat!" omel Langit.

"Lu kenapa nebeng gue? Lu kira gue tukang ojek pribadi lu?"

"Astaghfirullah, Mas Alvaro Angkasa yang tampan dan baik hati. Mas gak kasian liat cewek semanis dan seimut saya harus berangkat sekolah naik kendaraan umum?"

"Najis!" Al sebal.

Alvaro segera melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Sontak Langit terkejut dan melingkarkan tangannya di perut Al. Dari balik helm fullface Al tersenyum penuh arti. Beruntungnya Langit tidak dapat melihat itu karena dia memakai helm fullface.

[ 6.50 ]
Gerbang sekolah sekarang sudah tertutup sempurna. Di luar gerbang, hanya ada seorang gadis yang memohon-mohon pada satpam sekolah agar diijinkan masuk*Langit.

"Pak Jamil ayolah pak ijinin saya sama temen saya masuk. Ini pertama kalinya kami telat, kami janji deh gak akan ngulangin ini lagi. Ayolah pak ijinin kami masuk." pinta Langit.

"Maaf tapi tidak ada pengecualian. Peraturan tetaplah peraturan!" tegas Pak Jamil selaku satpam SMA Juventia.

Lalu tiba-tiba seorang laki-laki tiba. Dia Elvaro Pratama. Mata Langit terbelalak entah kenapa detak jantungnya menjadi tidak beraturan setelah melihat seorang Elvaro Pratama. Tak lama setelah kedatangan Elvaro yang notabenenya bernasib seperti Langit dan Al, datang Pak Bondan*guru BK.

Pak Bondan membuka lebar gerbang yang mulanya tertutup rapat. Dengan wajah sumringah Langit, Alvaro, dan Elvaro masuk ke sekolah tercintanya itu.

"Siapa yang bilang kalian bertiga boleh masuk bebas tanpa sanksi?!" teriak Pak Bondan.

Sontak langkah ketiganya terhenti,
"Lhoh kok gitu sih pak? Nanti kami bisa telat masuk kelas, pliss Pak ijinin kami lolos dari sanksi sekali ini aja" mohon Langit.

"Tidak bisa! Kalian harus diberi sanksi! Salah kalian sendiri kalian berangkat terlambat! Yasudah kalian ini bisa masuk ke kelas kalian masing-masing."

"Tapi ingat kalian nanti di jam istirahat dan pulang sekolah harus membersihkan ruang seni dan laboratorium lantai 2. Kalau sampai diantara kalian bertiga ada salah satu yang tidak melaksanakan hukuman ini maka hukuman kalian akan saya tambah lebih berat!" lanjut Pak Bondan.

"Baik Pak kami akan melaksanakan hukuman ini." ujar El mewakili Al dan Langit

Langit※

Beruntungnya Langit tiba di kelas sebelum Bu Renata masuk.

"Ngit, lo kenapa telat? Gak biasanya lo telat?" tanya Andra berbisik.

"Biasa gue bangun kesiangan gara-gara tadi malem gue abis pergi sama kunyuk ke pasar malem di deket kompleks sebelah." jelas Langit.

Andra hanya mengangguk sebagai jawaban kalau dia mengerti.

Bel istirahat pertama berbunyi.
Jika semua siswa senang mendengar bel penyelamat mereka ini, berbeda dengan Langit. Masalahnya dia sekarang harus pergi melaksanakan hukumannya.

"Lo mau kemana Ngit? Gak ngantin?"

"Gue ini mau bersihin lab sama ruang seni dulu sama 2 manusia gila, huh males gue Ryl,"

"Apa, kok bisa? 2 manusia gila, siapa?" Sambung Thalia.

"Biasa gan, dia dihukum gegara telat. Dan 2 manusia itu yaa Alvaro sama Kak Elvaro."

"Buset gila! Kenapa dah idup lu selalu dikelilingi cogan kayak mereka Ngit,"

"Cogan? Beruntung? Buntung iya La, mereka itu sumpah nyebelin tingkat dewa gak Al gak Kak El sama aja. Sama nyebelinnya!"

Langit berlalu meninggalkan teman-temannya.

"Ngit lo mau kemana? Gue gak diajak nih? Syedih taukk dedek."

"Oh lo mau ikut Kan? Ayok bantuin gue bersihin lab sama ruang seni."

"Ohh gajadi, gue gak mau. Oke sekian bubay!" Kania beranjak pergi menuju kelas.

×××

Langit sampai di laboratorium ternyata 2 manusia setengah alien itu tidak berada disana. Terpaksa dia harus menghampiri keduanya di kelas mereka masing-masing.

[ depan kelas XI Mipa 1 ]

Dia mengetuk pintu kelas yang terbuka sebelah.
"Permisi kak, Kak Elvaro nya ada? Kalau ada bisa tolong panggilin?" ucapnya pada perempuan dibangku dekat pintu.

"ELVARO INI LO DICARIIN ADKEL CEWEK! BURUAN KELUAR LO UDAH DITUNGGUIN!" teriak kakel perempuan itu.

Elvaro lantas bergegas keluar kelas karena dia ingat dia harus melaksanakan hukumannya.

Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas Al untuk menghampiri Al mengingatkan padanya agar melaksanakan hukuman dari Pak Bondan.

Belum sampai di kelas X.B mereka melihat seorang laki-laki berjalan menuju ruang seni, yang dapat dipastikan itu adalah orang yang mereka cari. Mereka setengah berlari menyusul Al menuju ruang seni.






















TBC
Vote and coment:))

LANGITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang