"Cut!"
Pak Sutradara membanting gulungan kertas yang ia pegang.
"Pete, kau ini bisa kerja tidak, huh?!" Bentak sang sutradara kepada Pete yang merupakan seorang artis pendatang baru.
"Acting mu sungguh buruk! Dan lihat ekspresimu, sangat datar sekali. Cih! Kau hanya membuang-buang waktu ku." tambahnya lagi membuat Pete menunduk malu.
"Kau tak pantas menjadi artis!" Sang sutradara berkata ketus dan meninggalkan ruang shooting. Membuat pria yang bernama Pete itu menahan air mata nya dan hanya membungkukkan badan nya untuk meminta maaf kepada semua kru.
Mean, yang menjadi pasangan Pete untuk menjadi bintang iklan sebuah produk sunscreen itu menjadi iba melihat Pete yang dimarahi sang sutradara.
"Gak usah diambil hati. Dulu saat aku masih baru di dunia entertaiment, aku mendapatkan perlakuan yang lebih parah darimu." Mean mencoba memberi semangat.
"Tapi maksud Pak Sutradara baik kok. Dia ingin kita menjadi lebih baik lagi ke depannya." tambah Mean lagi.
"Oh. Satu lagi. Acting mu sama sekali tidak buruk. Hanya saja kau harus lebih terbiasa dengan kamera. Tidak usah terlalu gugup."
"Te-terima kasih." Pete tersenyum karna mendapat pujian dari seniornya.
Pete merupakan salah satu fan Mean. Dia memang agak gugup saat mengetahui bahwa dia, yang seorang artis amatir akan dipasangkan dengan Mean yang sudah lebih sukses merintis karir. Dia tak menyangka bahwa Mean, seorang artis muda, tampan dan idola pujaan nya ternyata memiliki kepribadian yang baik terhadap juniornya.
Setelah break shooting selama beberapa jam, akhirnya mereka dapat menyelesaikan proses shooting hari ini dengan lancar. Acting Pete jauh lebih baik dari sebelumnya karna saat break shooting, Pete meminta saran kepada Mean dan beberapa kru bagaimana dia harus mengeluarkan ekspresinya. Beruntung, para kru mau dengan sabar membimbing Pete.
Begitu selesai shooting, Mean pamit pulang cepat kepada Sutradara dan beberapa kru. Dia tak sabar ingin bertemu kekasihnya, Plan.
Pond, manajer pribadinya, meminta Mean untuk memberinya tumpangan dan diturunkan ke sebuah pub malam. Yah, Pond memang suka kehidupan malam.
Mean yang melihat Pete sedang menunggu di pinggir jalan sendirian, akhirnya menyapa
"Kamu pulang ke arah mana? Mau bareng?" tanya Mean dari dalam mobilnya.
"Tidak. Terima kasih. Aku sedang menunggu pacarku menjemput." tolak Pete dengan sopan.
"Oh. Baiklah kalau gitu. Kami duluan ya. Kamu hati-hati di jalan, sudah larut malam." Pamit Mean ramah.
Pond yang dari tadi diam memperhatikan percakapan mereka berdua melambaikan tangan ke arah Pete sebelum Mean melajukan mobilnya.
"Bagaimana menurutmu tentang artis baru itu? Kalian terlihat langsung akrab sepertinya." Pond membuka pembicaraan.
"Siapa? Pete? Aku hanya teringat masa-masa baru merintis karir saat melihatnya. Dia terlihat masih canggung." Mean menjawab dengan terus fokus pada jalanan.
"Saat break tadi siang, Pak PresDir (ketua agensi) menelfonku." Pond berkata ragu.
"Lalu?"
"Dia memintaku untuk membuat 'gimmick' tentang mu." Pond menjelaskan dengan hati-hati.
"........"
"Dia memintaku agar membuat berita scandal tentang...."
"Pond, kau tahu kan aku tidak suka membohongi publik." Mean memotong ucapan Pond.
"Tapi ini bukan untuk mendongkrak popularitasmu."
"Maksudmu?"
"Artis baru itu... Pete.... Agensi ingin melambungkan nama nya. Mereka ingin Pete mengeluarkan single baru."
"Aku tidak mengerti." Mean mengernyitkan alisnya.
"Pak Presiden Direktur ingin menaikan popularitas Pete, dengan memanfaatkanmu kepopuleranmu."
Mean menghela nafas panjang.
"Sebagai ganti nya, kau akan dipromosikan untuk go international." tambah Pond.
"Pond, aku..."
"Tidak! Aku tidak ingin kau langsung menolaknya. Pikirkan ini semua baik-baik, Mean. Aku berbicara bukan sebagai manajermu. Tapi aku berbicara sebagai sahabatmu. Aku tahu impian terbesarmu adalah berkarir internasional."
Mean hanya terdiam. Dia tak tahu harus menjawab apa. Dipikiran nya hanya terbayang wajah Plan.
Mean tidak ingin menyakiti hati Plan.
Tapi Mean juga tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada di depan matanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
RomanceKetika dua pasang manusia sudah ditakdirkan bersama, akankah ada yang bisa memisahkan mereka? Ini adalah kisah seorang selebritas papan atas dengan seorang pelayan cafe.