You're Safe inside My Arms

3.3K 374 14
                                    

"Yaampun Mean tampan sekali!" seorang anak perempuan berpakaian seragam sekolah terlihat senang melihat foto artis pujaan nya ada di majalah yang baru saja ia beli.

"Mana... mana?? Coba aku lihat.." temannya yang beramput panjang menyambar majalah itu dan melihatnya sendiri. Dia lalu memeluk foto majalah itu kegirangan.

"Yah. Champoo! Tingkahmu ini sungguh bodoh. Mengapa memeluk foto sampai segitunya." anak perempuan lain nya yang berambut sebahu dan mengenakan kacamata menggelengkan kepala nya tak percaya karna teman-temannya sampai segitunya memuja seseorang.

Plan yang sejak tadi memperhatikan percakapan mereka malah tertawa kecil.

"Anak muda memang ada-ada saja tingkahnya." Katanya pada diri sendiri lalu melanjutkan membersihkan gelas kotor yang ada di meja belakang gerombolan anak sekolah itu.

Plan bekerja di sebuah Coffe Shop yang cukup terkenal di salah satu kota besar seperti Bangkok. Dia bekerja paruh waktu sebagai pelayan cafe setelah selesai jam kuliah.

Plan harus rela meninggalkan masa muda nya dengan belajar dan bekerja. Karna dia sekarang menjadi tumpuan untuk menghidupi keluarganya. Ayahnya adalah seorang kuli bangunan. Kerjanya tak menentu. Namun karna kecelakan yang menimpa ayahnya, mengharuskan beliau untuk istirahat dalam waktu yang cukup lama.

Ibu Plan memiliki usaha laundry di rumahnya. Walaupun hanya usaha kecil. Yang tidak bisa mencukupi seluruh kebutuhan hidup keluarganya.

Plan yang saat ini sedang duduk dibangku kuliah, akhirnya memutuskan untuk bekerja paruh waktu agar bisa membantu ibunya menutupi segala kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah adik perempuan nya.

Setiap Jum'at sore Cafe memang ramai pengunjung. Membuat Plan agak kewalahan untuk melayani pelanggan-pelanggan yang datang.

"Plan. Tolong antar ke meja 01." Techno yang selesai membuat pesanan meja 01 meminta Plan untuk mengantarnya.

"Baik!"

"Permisi. Saya mau order." Pelanggan yang duduk di meja 13 memanggil Plan siap untuk memesan.

"Oh iya maaf, tunggu sebentar." Plan menaruh minuman dan mempersilahkan nya untuk menikmati pesanan nya dengan ramah ke meja 01 dan bergegas ke meja 13 untuk mencatat apa saja yang dipesan.

Dia lalu memberikan kepada Techno agar dibuatkan pesanannya.

"Hari ini ramai sekali. Punggung ku panas seperti terbakar karna berdiri terus." Techno, sahabat Plan, mengeluh karna lelah.

"Yah mau gimana. Pak Boss tidak mau nambah karyawan lagi. Jadi kita harus sabar mengurus cafe sebesar ini berdua." Plan juga capek setengah mati. Badan nya terasa berat karna harus melayani semua pembeli yang datang tiada henti.

Plan dan Techno adalah teman satu kampus, mereka sama-sama bekerja paruh waktu pada shift sore, dari jam 4 sore hingga jam 10 malam.

Setiap hari Cafe tempat Plan bekerja memang tidak sepi pembeli. Namun Pemilik Cafe itu, Type, seperti enggan menambah jumlah pekerjanya. Karna menurutnya, bila banyak karyawan, mereka akan malas dan saling mengandalkan yang lain. Jadi lebih baik karyawan sedikit yang penting mereka serius bekerja.

Malam itu, benar-benar hari yang sibuk bagi Plan hingga tak sempat melihat handphone nya. Dia fokus bekerja sampai tak sadar sudah jam 10 malam dan Cafe harus segera tutup.

"Aish. Tanganku seperti mau patah terus-terusan membuat minuman." Lagi-lagi Techno mengeluh saat mematikan lampu Cafe. Plan hanya mengangguk lesu.

"Aku butuh kasur segera." jawabnya tak semangat.

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang