Revange

2.4K 332 15
                                    

"Plan. Sini!!" Techno memanggil Plan untuk duduk disamping nya.

"Huft... hampir saja aku terlambat." Plan bernafas lega karna setelah ia masuk ke dalam ruang kelas dan duduk di samping sahabatnya, sang dosen baru masuk ke ruang kelas, padahal ia sudah telat 15 menit.

"Plan tumben terlambat. Eh... mata mu kenapa? Seperti kurang tidur. Jangan-jangan kamu dan Mean...." Techno tersenyum jahil seakan tahu apa yang menyebabkan lingkaran hitam di bawah mata Plan.

"Ssstt... jangan kencang-kencang ngomong nya. Nanti ada yang dengar." Plan buru-buru menutup mulut Plan dengan kedua telapak tangan nya.

Teman-teman kuliah Plan tidak ada yang mengetahui bahwa Plan, yang seorang anak dari keluarga biasa, sedang berpacaran dengan Mean seorang artis dan model terkenal. Plan takut teman-teman nya akan memanfaatkan kebaikan nya dan memintanya untuk memperkenalkan mereka dengan Mean. Karna Plan tahu, banyak teman-teman kampus wanita nya yang memuja sosok Mean.

"Lalu semalam kalian main berapa ronde?" Techno tak bisa menahan diri untuk menggoda Plan. Namun malah mendapat cubitan keras di pinggangnya sebagai jawaban. Techno meringis kesakitan tapi tidak bisa juga menahan tawa.

"Kalian berdua yang di belakang. Bila tidak niat untuk belajar dan hanya ingin mengobrol, lebih baik keluar dari kelas saya." Dosen pengganti yang terlihat muda dan tampan tiba-tiba menegur Plan dan Techno.

"Tsk. Dosen pengganti saja sombong sekali." Techno bergumam seperti tak terima.

Plan hanya memelototi Techno agar dia bisa diam.

Ruang kelas menjadi berubah tenang. Hanya suara sang dosen pengganti yang terdengar bicara memulai pelajaran.

*******

Kelas yang berlangsung hanya dua jam itu akhirnya selesai juga. Plan dan Techno pulang ke asrama untuk makan siang yang mereka beli di kantin kampus, lalu istirahat sebentar di kamar mereka masing-masing sebelum bersiap untuk berangkat bekerja paruh waktu di Cafe.

"Plan, kau lihat tadi cara dosen pengganti itu bicara? Dia seperti ketua gengster saja. Terlihat angkuh dan sombong. Dia selalu mendongkakan kepala nya. Benar-benar tidak membuatku kesal." Techno mengomentari dosen pengganti itu saat mereka berjalan kaki menuju Cafe.

"Ya maklum sih. Mungkin karna dia masih muda. Tapi nasibnya bagus, atau setidaknya otak nya pintar jadi diumurnya yang terlihat muda sudah menjadi dosen. Sehingga cara nya mengajar terlihat kaku. Karna kita mungkin tidak terlalu jauh terpaut umur." Plan menyetujui pendapat sahabatnya.

"Tapi harus nya dia tidak seperti itu. Sampai-sampai menegur kita tadi. Mengancam kita keluar kelas lagi. Ih bikin kesal deh!" oceh Techno terus.

"Yaudah. Gak usah dipikirin kata-katanya. Mungkin dia lagi ada masalah jadi sensitif hehe.." Plan mencoba menyemangati teman nya.

Saat mereka tiba di Cafe tempat mereka bekerja paruh waktu, Plan dan Techno langsung berganti shift dengan karyawan sebelum nya.

"Sepertinya kita akan kerja rodi hari ini, Plan." Techno tampak lesu saat melihat pengunjung yang datang ke Cafe di akhir pekan ini sangat ramai.

Plan hanya menepuk bahu sahabatnya itu untuk memberi semangat.

*****

Hari itu, Plan bergantian dengan Techno menjadi pembuat minuman. Sedangkan Techno bertugas mengantar pesanan.

Saat meja-meja lain sudah berkali-kali ditempati oleh orang yang berbeda, tapi tidak untuk meja 09 yang sudah hampir 4 jam diduduki oleh orang yang sama.

Sang empunya meja 09 kembali memanggil untuk memesan.

"Iya, silahkan.. mau pesan apa ya?" Techno berusaha dengan sopan menyapa.

"Ini." kata pria itu singkat tanpa ekspresi sambil menunjuk Espresso Macchiato di buku menu.

"Baik. Apa ada lagi?" tanya Techno dengan senyum memaksa.

"........" orang itu malah terlihat cuek memainkan telfon genggamnya dan mengabaikan Techno.

Techno ingin sekali memukulnya. Kalau saja dia bukan si dosen pengganti itu, mungkin sudah dari tadi Techno mengusir dari Cafe itu.

"Dosen sombong itu memesan minuman yang sama lagi." Kata Techno memberi tahu Plan.

"Eh? Lagi? Apa dia sudah gila. Ini sudah gelas yang kelima. Apa dia tidak merasa pusing dengan asupan kafein yang begitu banyak di tubuhnya." Plan menggelengkan kepala tak percaya. Namun dia tetap membuatkan pesanan sang dosen.

Techno hanya mengangkat bahu tak peduli. Dia benar-benar bosan mengantarkan gelas dengan minuman yang sama selama 4 jam terakhir ini. Ditambah sikap sang dosen yang tak ada santun nya sama sekali. Membuat Techno benar-benar ingin mengusirnya.

Hari semakin larut, pengunjung pun sudah tampak berkurang, dan jalanan mulai sepi. Plan dan Techno memutuskan untuk menutup Cafe nya.

"Permisi... maaf kami sudah mau tutup, Pak." Plan menjelaskan kepada dosen pengganti itu dengan sopan.

Sang dosen menghentikan aktifitasnya. Dia mengamati Plan dengan lama.

"Siapa nama mu?" tanya sang dosen.

"Plan, Pak." jawab Plan.

Sang dosen hanya mengangguk, dia kemudian memasukan buku catatan yang ada di atas meja ke dalam tas nya. Sekilas Plan melirik ke arah buku itu dan ada tulisan tangan "Kengkla" pada cover buku tersebut.

Sang dosen memang bersikap aneh. Tapi Plan tak terlalu memperdulikannya karna yang ia harapkan sekarang adalah sang dosen cepat pergi hingga dia bisa menutup Cafe dengan cepat dan segera pulang.

Sebelum sang dosen meninggalkan Cafe, dia sempat bertemu mata dengan Techno. Sang dosen memandangnya lama lalu tersenyum manis "Lain kali, bila aku pesan minuman, aku ingin kau yang membuatnya." kata nya lalu pergi.

Techno mendengus dan ngedumel sendiri. "Tidak sudi aku membuatkan minuman untuk orang sombong sepertimu."
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.
-------------------------------------------------------------

Di tempat berbeda, Plan tak menyadari ada seseorang yang memakai pakaian serba hitam dan menutupi wajahnya dengan masker berwarna hitam, sedang mengawasinya. Orang itu kemudian mengirim pesan singkat ke seseorang melalui handphone nya

'Bila kau ingin menghancurkan hidup seseorang. Mulailah dari teman terdekatnya.'

-TBC-

*********

AN: 😱😱😱😱
Kira-kira siapa yaak yang kirim pesan itu? Dan pesan nya buat siapa? Siapa yang mau diancurin hidup nya? Ngapa dah ini cerita jadi kaya serial killer gitu sih hehee..

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang