Protect him!

1.9K 276 23
                                    

Mean membawa Plan ke apartment nya. Dia membantu Plan membuka baju nya dengan sangat hati-hati. Ada beberapa lebam di bagian perut dan punggung Plan.

"Sejak kapan?" tanya Mean setelah mengambil kotak obat.

Plan diam saja. Tidak berani menceritakan apa saja yang ia alami beberapa bulan belakangan ini.

Mean menghela nafasnya. Beberapa kali dia menggertakan giginya karna kesal. Tapi Mean menahan emosi nya karna Plan membutuhkannya.

"Plan, mengapa kau tidak menceritakan padaku bahwa bajingan-bajingan itu masih mengganggumu?!" Mean mulai menaikan nada suaranya.

"Maaf....." hanya itu yang bisa Plan katakan.

Mean menghela nafas lagi dan mulai mengoleskan salep pada luka yang ada di tubuh Plan.

"Omong-omong, berita tentang aku dan Pete, kamu tidak perlu...."

"Aku tahu." potong Plan.

Mean menghentikan aktifitasnya, dia menatap Plan dengan penuh tanda tanya.

"Kak Pond memberitahuku semuanya." jelas Plan lagi.

"Shit, Pond! Apa saja yang iya katakan? Plan, Dengar kan aku baik-baik, kamu tidak perlu memikirkan apa saja yang dikatakan Pond padamu. Aku..."

"Kak! Apa yang dikatakan Pond semua nya benar."

"Bagian mana yang benar?!" Mean mulai tersulut emosinya.

"Kamu memang harus mengejar impianmu, kak..." Plan memelas menatap Mean.

"Aku akan terus mendukung karirmu." tambah Plan lagi.

"Menghindariku... apa dengan cara itu kamu mendukungku?" Mean berkata ketus.

"A-aku...." Plan terbata.

"Aku tidak butuh popularitas, Plan. Aku hanya butuh kamu disampingku. Selamanya...." Mean menatap Plan dalam.

Plan tak menjawab. Dia tak berani membalas tatapan Mean. Dia malah memakai baju nya kembali.

"Kamu mau kemana?" Mean menahan tangan Plan.

"........" Plan cuma diam.

"Kalau aku sedang bicara padamu, tatap mata aku." kata Mean tegas.

"Aku harus kembali ke asrama. Besok aku ada kuliah pagi, kak." jawab Plan menatap mata Mean takut.

"Dengan kondisimu seperti ini? Malam-malam begini? Kau mau dihajar lagi oleh mereka?!" Mean merasa frustasi dengan sikap Plan.

"Aku baik-baik saja. Aku bisa jaga diriku sendiri." Plan berusaha tegar.

Mean menghela nafas lagi entak untuk keberapa kalinya,
"Aku sedang tidak ingin beradu argumen denganmu, Plan. Malam ini kau tidur disini. Dan dengan kondisimu yang seperti itu, lebih baik besok kamu tidak usah kuliah dulu. Jangan membantahku, mengerti?"

Plan mengalah. Ia menuruti perintah Mean untuk menginap di apartmentnya malam itu.

Setelah mandi dengan air hangat dan meminum segelas jahe panas yang dibuatkan Mean, Plan tertidur dalam dekapan Mean.

.

.

.

.

.

Keesokan pagi nya, Mean terbangun...

Sampingnya terasa kosong...

"Plan, mengapa akhir-akhir ini kau pandai menghindariku..."

***********

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang