"Jadi ini pekerjaan mu?"
Plan meremas ujung baju nya dari bawah meja.
Ia sangat gugup saat duduk berhadapan dengan Ayah Mean.
Sore itu, dua hari setelah pertemuan pertama mereka, tiba-tiba Ayah Mean mendatangi Plan saat ia sedang bekerja.
Plan hanya mengangguk mendengar pertanyaan Ayah Mean. Ia tak berani menatap hanya bisa menundukkan kepala nya.
"Lalu bagaimana orang tua mu? Apa mereka tak sanggup membiayaimu hingga kau harus menjadi pelayan cafe?" tanya Ayah Mean lagi, dengan nada merendahkan saat ia berkata 'pelayan'.
"Ayahku sedang sakit. Ia tak bisa bekerja. Aku membantu ibu ku untuk membayar kuliah sendiri." telapak tangan Plan mulai berkeringat. Ia sangat tak nyaman dengan pandangan Ayah Mean kepadanya.
"Saya harap kau bisa sadar diri dengan posisimu sekarang." Ayah Mean berkata setela menyeruput hot americano yang ia pesan.
Plan tahu betul arah pembicaraan ini.
Plan mengerti apa tujuan Ayah Mean menemui nya.
Tapi dalam hati kecil Plan, ia menolak untuk mengetahui kebenaran nya.
"Saya harap kau tidak menjadi pengaruh buruk untuk anakku."
Plan menggigit bibir bawahnya, menahan sekuat mungkin agar air mata nya tak jatuh.
"Saya ingin kau membujuk anak ku untuk menerima tawaran untuk debut di luar negeri."
Kali ini Plan memberanikan diri untuk menatap Ayah Mean. Plan tak mengerti.
"Menurutmu Mean menerima tawaran itu dengan cuma-cuma? Tsk. Tentu saja itu semua ada campur tangan Ayahnya."
Plan tetap terdiam menunggu penjelasan Ayah Mean.
"Pengusaha besar seperti saya, mempunyai anak yang hanya artis lokal. Apa menurutmu itu pantas? Saya ingin anak saya menjadi orang besar. Tapi setelah saya mendengar bahwa Mean menolak tawaran itu, tentu saja saya tidak bisa tinggal diam. Kau harus bertanggung jawab. Saya tidak ingin kau menjadi beban anakku. Mengerti?"
Ayah Mean kemudian menghabiskan secangkir americano nya dan berkata sebelum ia pergi,
"Dan satu lagi yang harus kau ingat, semua gerak-gerik mu dan Mean, saya mengetahui semua nya. Saya harap kau tidak bersikap macam-macam."
Plan kemudian menatap Ayah Mean pergi bersama beberapa bodyguard nya. Ia akhirnya bisa bernafas dengan normal setelah mereka benar-benar pergi.
Plan memejamkan mata nya. Ia tak tahu mengapa keadaanya semakin sulit.
*****
"Kak Mean... kau disini?"
Wajah Plan menjadi pucat saat ia menghampiri Mean.
"Kak, kenapa diam saja?" Plan menyentuh bahu Mean yang masih mematung menatap Boss nya itu.
Namun langsung ditepis dengan kasar oleh Mean. Membuat Plan meringis kesakitan.
Type yang menyadari bahwa ada yang tak beres langsung berlari mengahampiri mereka.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Type pada Plan.
Plan hanya menggelengkan kepala nya sekilas dan dengan takut melihat ke arah Mean yang semakin terlihat marah.
"Plan, lebih baik kemas barangmu dan kita tutup Cafe ini. Sudah malam." Type menuntun Plan masuk ke dalam Cafe lagi tanpa memperdulikan keberadaan Mean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
RomanceKetika dua pasang manusia sudah ditakdirkan bersama, akankah ada yang bisa memisahkan mereka? Ini adalah kisah seorang selebritas papan atas dengan seorang pelayan cafe.