Still Craving for You

2.6K 338 17
                                    

Plan perlahan membuka matanya dan dengan enggan memaksa dirinya untuk bangun, karna pagi ini dia ada jadwal kuliah.
Harusnya sih setiap Sabtu dia libur kuliah, namun karna salah satu dosen nya akan mengambil cuti untuk melahirkan, dosen tersebut meminta mahasiswa nya untuk datang Sabtu ini, sekalian memperkenalkan pengganti dosen itu.

Plan tersenyum melihat seseorang yang sangat berarti di hidup nya masih tertidur pulas disampingnya. Dia membelai lembut pipi Mean perlahan,

"Selamat Pagi, Kak...." bisik Plan pelan dan mengecup pipi Mean.

Wajah tidurmu ini seperti anak bayi. Berbeda sekali dengan sikap mu tadi malam. Batin Plan.

Plan lalu melihat cairan putih yang sudah mengering di antara kedua kaki nya.

Seluruh badannya terasa sakit karna semalam Mean tidak mengizinkan dia untuk tidur. Mereka berhubungan badan sampai dini hari, hingga mereka benar-benar sudah tak bertenaga lagi.

"Aku harus mandi sebelum terlambat ke kampus." Katanya sambil menguap. Plan masih merasa ngantuk.

Dia turun dari tempat tidur dan berjalan dengan menyeret kaki nya menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar. Bagian bawahnya masih terasa panas karna Mean semalam tidak bisa mengontrol dirinya yang sudah tak bertemu Plan selama seminggu.

Plan menyalakan air hangat, badan nya terasa relax saat air hangat itu menyentuh punggungnya. Dia membersihkan setiap inci lekuk tubuhnya. Menatap seluruh badan nya yang penuh dengan bulatan merah keunguan, buah bibir kekasihnya semalam.

"Kak.... kak Mean...." Plan berteriak dari dalam kamar mandi.

"Lima menit lagi, Plan...." gumam Mean sambil menutup wajahnya dengan selimut.

"Kak.... tolong..." Plan teriak memelas.

"Ngh... Ada apa?" Mean menjawab dengan masih menutup matanya rapat.

"Tolong ambilkan handuk ku."

"......." tidak ada jawaban.

"Kakkk! Kok tidur lagi sihh?" Teriak Plan sambil mengerucutkan bibirnya.

"Aku masih ngantuk, Plan. Ambil saja sendiri. Lagi pula aku sudah biasa melihatmu tanpa busana kenapa harus malu." Mean masih bergumam dan dia melanjutkan tidurnya.

"Tapi nanti lantai nya basah. Kak Meannnn.... tolong tolong tolong... tolong ambilkan handuk ku..." Plan sengaja berteriak dengan suara manja nya agar Mean mau mengambilkan handuknya.

"Aish!" Mean jadi kesal sendiri dan menendang selimutnya.

Dengan mata masih tertutup dia mengambil handuk bersih dan berjalan menuju kamar mandi utama.

Plan tersenyum dengan tingkah Mean yang seperti anak kecil.

Pffft... kamu gak sadar apa kak umurmu sudah 25. Tapi masih seperti bocah.

"Terima kasih." ucap Plan sambil mengecup bibir Mean singkat, dan langsung masuk lagi ke kamar mandi untuk bersalin.

Mean malah tertidur sambil berdiri.


**********

Setelah selesai mandi, Plan menyiapkan sarapan untuk Mean dan dirinya sebelum pergi ke kampus. Dia memasak omelet telur isi daging dan menyeduh susu cokelat hangat.

"Kamu mau kemana pagi-pagi begini? Bukan nya Sabtu libur kuliahnya?" Mean tiba-tiba melingkarkan tangan nya, dan memeluk Plan dari belakang. Wajahnya dia sandarkan ke bahu Plan. Masih dalam keadaan mengantuk.

"Aku ada kuliah tambahan. Hanya satu mata kuliah kok." Jawab Plan sambil menuangkan air hangat ke cangkir.

"Oh... jam berapa?" tanya Mean sambil membuat pola asal di perut Plan menggunakan jari telunjuknya.

"Jam 10, kak." Plan menahan pergerakan tangan Mean yang mulai menggelitik perutnya.

Mean melirik jam tangan yang dipakai Plan.

"Masih ada 45 menit lagi." bisik Mean di telinga Plan.

"Maksudnya?" Plan mengernyitkan dahi nya.

"Kita bermain cepat." jawab Mean singkat dan mulai menggerayangi leher jenjang Plan dengan bibirnya.

"Kak... aku akan terlambat. Bukan kah tadi malam kita sudah melakukannya?" Plan merasa geli saat Mean menggigit pelan daun telinga nya.

Mean tidak menjawab, malah dengan pergerakan tangan nya yang cepat dia sudah membuka pakaian bagian atas milik Plan.

Hari ini pasti aku akan datang terlambat... batin Plan.

.
...............

AN: Mean....
Kamu kenapa nafsuan gini sihh... T_T
Jadi pengen juga *ditonjok dedek Can*
Wahahahhaha

Our DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang