-Mean POV-
Aku mencoba menghubungi Plan berkali-kali, tapi dia tak menjawabnya. Pesanku juga diabaikan olehnya.
"Mengapa kau tidak mendengar penjelasanku dulu sih, Plan. Kenapa kau main pergi saja, huh?!" Aku membanting ponselku ke atas kasur karna kesal.
"Lebih baik aku bicara pada Pete dulu. Aku akan memintanya untuk klarifikasi bahwa berita ini tidak benar. Semoga saja dia bisa diajak kerjasama."
Aku lalu bergegas mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
.
.
.Aku mencoba menghubungi Pete untuk membicarakan masalah ini, dia menyuruhku untuk datang ke apartement nya karna dia bilang dia sedang tidak enak badan.
Aku menuruti nya karna mungkin akan lebih baik bila kita tidak bertemu di tempat umum.
Aku menyalakan mesin mobil ku dan menuju ke arah apartement Pete.
Sesampai nya di depan pintu apartment Pete, aku menekan bell pintu nya berulang kali. Tapi tidak ada jawaban.
Aneh. Bukan kah dia menyuruh ku datang?
Aku mencoba menghubungi nya, samar aku mendengar nada dering ponsel berbunyi.
Aku mendekatkan telingaku pada pintu depan apartment Pete.
"Pete.....?" Aku mencoba mendorong pintu yang ternyata tak terkunci.
Nada dering ponsel milik Pete semakin terdengar olehku. Tapi apartement nya terlihat sangat sepi. Aku mencari sumber suara ponsel itu berasal.
"Pete! Hey sadarlah.... kau kenapa?" Aku panik melihat Pete tergeletak di atas lantai. Aku menepuk pelan pipi nya. Badan nya sangat panas. Apakah dia demam?
"Kak Mean...?" Pete yang setengah sadar memanggil namaku pelan.
"Sejak kapan kau demam begini? Lebih baik kita ke rumah sakit." kataku sambil membantu nya bangun.
"Aku baik-baik saja kak. Sungguh." Pete berjalan gontai memaksakan diri. Membuatku tak tega melihat kondisi nya yang seperti itu.
"Kita ke rumah sakit sekarang. Jangan memaksakan diri. Jalan saja kau sempoyongan seperti itu." kataku sambil memapahnya menuju mobilku.
"Tidak usah kak. Aku hanya butuh istirahat. Aku akan membaik bila minu...." Pete tak menyelesaikan perkataan nya. Badan nya semakin lunglai dan dia hampir saja terbentur tanah kalau aku tak menahan tubuhnya.
"Dasar keras kepala. Apa kau tak kasihan dengan tubuh mu sendiri." Aku bergumam sambil membopong Pete ke mobilku. Aku benar-benar panik bila terjadi apa-apa dengan anak ini.
Sepertinya saat ini kurang tepat bila aku membicarakan masalah skandal yang beredar. Lebih baik tunggu sampai keadaan Pete membaik dahulu.
**********
-Plan POV-
Hari ini hatiku benar-benar kacau. Kejadian pagi tadi benar-benar seperti mimpi buruk bagiku. Aku tak menyangka bahwa ternyata Kak Mean mempunyai hubungan spesial dengan orang lain.
Aku akui, memang aku tak pernah mengizinkan kak Mean untuk memberitahu kepada para penggemar nya bahwa aku adalah kekasihnya. Aku sangat ingin menjaga reputasinya agar tak menjadi buruk karna berpacaran denganku, seorang pria biasa yang berasal dari keluarga sederhana.
Aku melihat beberapa foto yang beredar di beberapa sosial media. Foto-foto yang memperlihatkan kedekatan kak Mean dengan artis yang bernama Pete itu. Mereka terlihat akrab saat di lokasi shooting. Pete tampak begitu menawan. Tubuhnya yang tinggi, kulitnya yang putih dan senyum nya yang manis, benar-benar jauh lebih menarik dibandingkan diriku.
Aku menghela nafasku panjang. Komentar-komentar di akun sosial media Kak Mean menyadarkanku. Memang ada beberapa fans fanatik yang menghujat akan hubungan mereka. Tapi tidak sedikit juga yang mendukung hubungan mereka. Aku sadar bahwa Pete lebih pantas mendampingi kak Mean ketimbang diriku ini.
"Plan....?" tiba-tiba ada yang memanggilku. Aku menoleh ke arahnya.
"Kau Plan kan? Hei... Aku Pond. Manajer pribadi, Mean." Jelas orang itu.
"Ah. Iya. Ada apa kak Pond?"
"Boleh aku meminta waktumu sebentar?" wajahnya tampak serius.
"Umm.. kita bicara di Cafe tempat kerja ku bagaimana? Kebetulan jam kerjaku hampir di mulai. Tidak jauh kok dari sini." jelasku.
"Oke." Kak Pond mengikutiku menuju Cafe.
Sebenarnya masih ada dua jam lagi sebelum jam kerja ku dimulai. Tapi aku tidak mungkin mengajak nya ke asramaku. Jadi lebih baik bicara di Cafe saja.
Kami duduk di salah satu meja, sore itu pengunjung Cafe belum terlalu banyak.
"Mau pesan minum apa, kak?" Aku menawari nya.
"Tidak perlu. Terima kasih. Aku hanya sebentar kok. Aku ingin bicara tentang Mean padamu." Wajahnya kembali serius.
"Ada apa dengan Kak Mean?"
"Aku yakin kau sudah mendengar gossip itu..." kata kak Pond menunggu responku. Aku hanya mengangguk.
"Itu tidak benar sama sekali. Kau tak perlu salah paham."
"Oh..." jawabku sedikit lega.
"Tapi aku ingin kau untuk sementara waktu menjaga jarak dengan nya. Bisa kah?"
"Aku tak mengerti, kak.." tanyaku bingung.
"Presdir agensi Mean ingin skandal ini tetap dilakukan sesuai rencana. Kau tahu, Pete adalah artis yang baru terbit. Presdir yakin bahwa dengan wajahnya yang tampan dia akan menjadi ladang uang." Kak Pond perlahan menjelaskan padaku.
"Lalu?"
"Tapi Presdir ingin dengan cara yang instan. Dia ingin mendompleng nama besar Mean untuk mempromosikan Pete. Untuk mencuri perhatian publik. Makanya agensi membuat skandal murahan seperti ini."
"Apa untungnya buat kak Mean? Bukan kah fans fanatik nya akan mengamuk dan dia akan kehilangan banyak penggemar karna mengerahui bahwa idola mereka telah memiliki kekasih?" Aku masih tak mengerti arah pembicaraan ini.
"Sebagai gantinya, Presdir akan mengorbitkan Mean untuk menjadi artis Hollywood. Dia akan dipromosikan menjadi bintang yang besar."
Mimpi kak Mean selama ini....
"Lalu, mengapa kakak ingin aku untuk menjaga jarak dengan kak Mean?"
Kak Pond menatapku, dia agak ragu untuk menjelaskannya padaku.
"Katakan saja kak..."
"Mean menolak tawaran itu. Dia tidak ingin menyakiti perasaanmu."
Mataku terasa panas.
"Aku harap, Mean mau melanjutkan sandiwara yang telah dibuat oleh pihak agensi. Dan aku mohon padamu Plan, tolong mengerti keadaan Mean, untuk sementara waktu kau jangan menemuinya. Karna aku takut ada paparazzi yang mencium kedekatan kalian. Dan merusak gimmick antara Mean dan Pete yang agensi sudah siapkan."
"Aku harap, kau bisa dengan bijak mempertimbangkan masalah ini. Pikirkan lah masa depan Mean...."
-TBC-
**********

KAMU SEDANG MEMBACA
Our Destiny
RomanceKetika dua pasang manusia sudah ditakdirkan bersama, akankah ada yang bisa memisahkan mereka? Ini adalah kisah seorang selebritas papan atas dengan seorang pelayan cafe.