02. Sweet

24 4 5
                                    

Entah apa yang telah merasuki tubuh sahabatnya itu, senyum-senyum tak jelas sepanjang detik. Ronan mendesis tidak habis pikir, "lo ngapain sih?"

Yang di ajak bicara tidak menggubris, masih setia pada layar hp-nya. Ronan menggeram tertahan, "lo ngelihat apa sih? Kayaknya seru banget."

Ronan mengintip. Alisnya terangkat, sebuah gambar pas foto seorang gadis berwajah kaku.

Bibir Ronan membentuk garis lurus.

"Cantik," Mendengar perkataan Sam, Ronan kembali memperhatikan gambar tersebut. Mata Ronan seketika membesar, tunggu-tunggu.

Gadis dalam foto itu kan.

"Amora!" Kata Ronan dengan wajah cengo. Nadanya terdengar terkejut.

Sam berdeham singkat, lalu kembali fokus pada layar hp-nya. Kini dia beralih mengetik sesuatu.

"Yang modelan kayak Amora lo bilang cantik? Mata lo minus!"

Sam lansung menoleh, tatapan mata lelaki itu berubah sinis dan tajam.

"Emang cantik kok," balas Sam tidak senang.

"Astaga, bro. Lo tuh memang ya, anti mainstream banget. Si Olivia yang badannya nonjol depan belakang, lo bilang jelek. Nah, giliran si Amora yang-ah, entahlah, lo bisa bilang dia cantik."

Ronan melotot seraya berbicara, nada suaranya ngegas.

"Dunia lo emang kebalik!"

Sam memutar bola matanya malas, "Bodo amat gue sama si oli, genit gitu, jijik gue. Jelek sikapnya."

Ronan menggeleng kagum, dia sampai kehabisan kata-kata.

"Fine, terserah. Tapi, are you serious? Amora? Si cupu bin aneh itu? Ayolah, bro. Masa Amora."

"Cupu?" Sam mengernyit.

"Ya, cupu! Dia itu ... Sebenarnya gue bingung juga sih, dia itu antara polos atau bodoh. Disuruh ini-itu mau-mau aja."

"Hell," umpat Sam pelan.

"Ya, terus dia kan pintar tuh, disuruh ngerjain pr, mau-mau aja," Ronan berseru sembari menghela napas.

Suara Sam berubah serius, "Siapa yang nyuruh-nyuruh Amora?"

"Ya mana gue tahu! Gue anak kelas buangan, dia anak kelas istimewa. Gimana gue bisa tahu!"

"Kelas buangan, kepala lo buncit!" Sam menghadiahi kepala Ronan sebuah pukulan telak.

Ronan meringis, "sakit!"

Setelah itu, baik Sam maupun Ronan sama-sama diam. Tak berselang lama, tiba-tiba Sam beranjak. Wajah terlihat cukup serius, Ronan yang melihat perubahan sahabatnya yang tiba-tiba itu lantas mendecak.

"Kemasukan apa lagi kali ini lo?" Ucap Ronan kalem-kelam, menusuk.

Bukannya menjawab, Sam malah pergi meninggalkan Ronan.

Melodi HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang