14. Mimpi buruk

8 1 0
                                    

Langit mendung, begitu pula hati Sam. Karena kejadian semalam, Sam tak bisa tidur dan alhasil dia sangat mengantuk hari ini. Kebetulan sekali, jam pelajaran pertama free class.

Mata Sam yang berat, bertambah berat. Sam buru-buru mengangkat kepalanya, lalu mencabut headset yang sedari tadi menyumbat telinganya.

Sam ingin tidur di kasur yang nyaman dan satu-satunya tempat yang memiliki kasur empuk adalah UKS. Sam lansung pergi ke sana. Sesampainya di UKS, Sam memberitahu pengurus UKS, bahwa dia sakit kepala.

Yap, dia memang sakit kepala. Sedikit. Jadi dia tidak bohong.

Sam lansung merebahkan diri di kasur, lalu memejamkan mata. Dia menghela napas. Tak butuh waktu lama, jiwa Sam sudah berpetualang di alam mimpi.

Di bagian bumi lainnya. Amora sedang berlari mengelilingi lapangan. Langkah kakinya mulai melambat, karena sudah terlalu lama berlari.

"Hah! Hah!" Dadanya sesak.

"I-ni, udah, berapah me-nith si-h!" Ucap Nisa dengan napas yang tersenggal.

Amora menggeleng tak tahu, kemudian mengedarkan pandangannya. Kakinya berhenti berlari, dia berkacak pinggang seraya memperhatikan dua orang yang sedang asik berbincang itu.

Nisa turut berhenti dan mengikuti arah mata Amora berlabuh.

"WAH! Minta di TABOK nih Pak Faisal!" Pekik Nisa menghentakkan kakinya.

Amora hendak menanggapi perkataan Nisa, tapi tiba-tiba saja kepalanya nyeri. Amora berjongkok sembari memegangi kepalanya.

Nisa segera menghampiri Amora. "Ada apa, Mor? Lo kenapa?" Nisa khawatir. Dia memegangi bahu Amora.

"Kepala gue sakit, terus gue kayak mau muntah."

"KITA KE UKS," Nisa membantu Amora untuk berdiri. Amora berusaha berdiri, namun sulit.

"E-eh! Mor, oy! Bangun!" Itu suara Nisa yang terdengar terkejut. Pasalnya, gadis yang dia bantu berdiri itu justru sudah keburu pingsan.

"Woy, tolongin gue!"

Teman laki-laki sekelas Amora dan Nisa lansung membantu. Salah satunya. Ran. Kenyataannya, lelaki itu paling tak bisa mengabaikan Amora.

Apalagi dalam kondisi seperti ini.

🔵🔴

Mata Amora bergerak perlahan. Tidak lama kemudian, mata gadis itu terbuka perlahan. Dia berusaha menyesuasikan diri dengan cahaya lampu ruangan. Dia melirik seseorang yang duduk di kursi samping kasur.

"Lo udah sadar?" Tanya Ran.

Suasana canggung seketika. Sejujurnya, Ran merutuki dirinya yang ke ceplosan semalam. Keadaan akan baik-baik saja, jika dia tidak mengatakannya semalam.

"Tadi lo pingsan," ujar Ran lagi. Amora akhirnya buka suara, "y-ya. Makasih ya udah bawa gue ke sini."

Ran mengangguk.

Hening lagi. Canggung sekali.

"Kalau gitu, gue tinggal ya?" Tanya Ran. Oke, sebut saja dia payah, menghindari Amora bukanlah tindakan yang gentle. Dia tak peduli. Oke.

Melodi HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang