15. Oke

10 2 1
                                    

Kicauan burung-burung seolah sedang saling sapa di perkarangan rumah ayah Sam. Rasanya masih sangat asing untuk Sam berada di sana. Apalagi, di kelilingi puluhan bodyguard suruhan sang ayah, yang senantiasa mengamatinya.

Privasinya hanyalah di kamar, dan oleh sebab itu, saat ini dia memilih berdiam diri di kamar sambil memetik gitar biru pemberian sang oma dan saat ini, gitar tersebut menjadi kesayangannya.

Kangen oma. Batin Sam.

Jari-jemari Sam mulai memetik dengan handal, senar demi senar gitar tersebut. Sam memejam menikmati hasil petikan jari-jemarinya yang cukup handal. Sam menikmati melodi abstraknya.

"Oy!" Seru seseorang tiba-tiba dari luar sana. Ketenangan dan konsentrasi Sam hancur seketika, dia mendengkus kesal dan segera membukakan pintu.

"Apa?" Tanya Sam datar. Dia menyorot lelaki di hadapannya malas.

"Bokap manggil lo," ucap Ran. Yap, Ran.

"Oh, ya," Sam menutup pintu kamarnya dan beranjak pergi.

"Emang lo tahu ke mana?"

"Oh iya, ke mana?" Seru Sam. Dia tidak berbalik.

"Ke ruang tengah."

Sam mengangguk, "thanks."

Setelah itu, dia segera menuruni tangga dan menuju ruang tengah. Di lihat Sam, Kevin duduk di salah satu sisi sofa.

"Ada apa, Yah?" Tanya Sam tidak ingin basa-basi.

Kevin menoleh, "nggak usah buru-buru gitu. Duduk dulu."

Sam menghela napas, lalu duduk. "Ya?" Ujar Sam.

"Kamu ingat Amora?" Tanya Kevin pada Sam.

Sam yang tadinya tidak tertarik dengan topik yang ingin di bahas Kevin, sontak menaruh perhatian penuh. Dia melihat gerak-gerik ayahnya dengan seksama.

"Jauhi dia."

What the? Cibir Sam dalam hati.

"Ayah cuma mau bicarain itu?"

Sam beranjak. Kevin ikut beranjak, lalu berjalan mendekati Sam, menyentuh ke dua bahunya, "Sam, tolong dengar dulu ayah bicara, duduk dulu. Tenang."

Sam akhirnya kembali duduk.

"Ayah tahu Amora itu penting di hidup kamu. Tapi ...."

"Tapi apa, Yah?"

"Tapi ...."

Sam membasahi bibir bawahnya, "apa, Yah?" Tanya Sam gregetan.

"Pokoknya kamu harus jauhi Amora."

"Kalau Sam nggak mau?" Tantang Sam. Dia ingin jawaban jelas, bukan jawaban ngeles seperti itu.

"Kamu ngebantah papa lagi?!"

"Nope. Sam cuma mau papa nyelesaian kalimat papa."

Kevin menghela napas dalam, matanya menatap Sam dalam.

"Ran dan Amora sudah di jodohkan."

Bagai di sambar petir, Sam terdiam. Dia menatap sang ayah dingin. Kenapa ada orang seperti Kevin di dunia? Sam tidak habis pikir.

Dengan kejadian ini, Sam jadi berpikir. Apa benar dia itu anak kandung Kevin? Apa benar?

Apa benar mereka mirip? Apa benar?

Apa benar Kevin adalah, ayahnya? Apa benar?

Sam jadi semakin tidak yakin.

Sam tidak merespon apapun. Dia lebih memilih diam dan pergi. Kevin memijat keningnya yang berkedut hebat, duduk di sofa, lalu memejamkan mata.

Melodi HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang